Puisi Pulo Lasman Simanjuntak

Mata Puisi

Oleh :
Pulo Lasman Simanjuntak

1//
menghitung hari-hari
nyaris buta (cemas !)
seperti puisiku yang menua
diselimuti asap kabut
dari pinggiran kota berawan

terus kususuri menuju
rumah ibadah
untuk mukjizat kesembuhan
di atas mimbar kesucian

membawa juga tubuhmu
digerogoti ulat-ulat beracun
dari dalam tanah basah
airmata terus berdarah

2//
sebelum aku merangkul
pekabaran tiap dinihari
rajin gerak badan di tikungan jalan

mulutku yang membusuk
telah menelan rakus
ribuan potong daging haram
ratusan ikan dari selokan

bahkan sering disuguhkan minuman biang gula
dari perkebunan teh yang tumbuh liar
di sekujur tubuhku

3//
maka kuputuskan( tiba-tiba !)
mata puisi ini
harus berlari ke rumah duka
disuntik obat mata dosis tinggi

lalu jadilah aku menjelma
jadi seorang tukang sihir
yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri
tegak tiap pagi

4//
pada malam ini
sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah
gelap gulita
harus kuselesaikan
membaca kitab suci
dengan mata kiri
menari-nari sendiri

aku harus kuat, pesanmu
sampai nanti kita bisa bertemu lagi
di hamparan langit baru
tanpa ada lagi
tangisan membuta
atau penyakit menular
sudah dimatikan seekor ular

damailah hati ini

Jakarta, Selasa 29 November 2022

Kado Ulang Tahun Dibungkus Kertas Puisi

kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
tanpa kecupan
doa dan mimpi

kelaparan selalu jadi sarapan
untuk nyanyian pagihari
bau bensin mengiringi
kematian liar ini

kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
siapa mau menjenguk matahari
hiburan batin
menebang pohon
taman hati

kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
sambil menunggu
hubungan batin pujangga basi
pada hari-hari menua
di ranjang besi
tak ada lagi
tangisan bayi
menjual perhiasan dan barang
warisan mati

Pamulang, Senin 20 Juni 2022

Melawat Rumah Sakit Kelaparanku Jadi Sirna

duduk lelah
disuntik narkotika
pil warna merah
setelah seharian
menyantap
cerita mitos
sekumpulan ikan goreng
disantap di atas meja omong kosong
dari mulut pewarta tua

lalu membuka jendela rumah untuk kesepianku disensus nyonya kaya

sambil terus menunggu kedatangan
bukan pujangga sastra
membawa kabar dari surga

aku sempat bersyair
di kamar mandi milik pesakitan

rumah sakit makin bertingkat-tingkat
orang-orang telah mengunyah permen coklat

“sakit jantungnya harus ganti salah obat,” ujar perempuan sulung sambil mengajak untuk pesta perjamuan

telepon seluler telah berhenti berdering
pesta adat perutku butuh asupan makanan sehat
mata uang juga makin liar
masuk dalam selimut mimpi sorehari

diselesaikan dengan doa berdarah
tiap subuhhari dibungkus kegelisahan

RS.Bhayangkara Lemdiklat Polri, Jakarta Selatan, Kamis sore 16/6/2022

Menulis Puisi Tanpa Mezbah Pagi

menulisi puisi
tanpa mezbah pagi
bersama permaisuri mati suri

larik puisi ini ternyata masih membutuhkan seribu ton beras impor
yang tersimpan dalam kompor

menulis puisi
tanpa mezbah pagi
bersama perkawinan kurus kering kerontang

bait puisi ini
ternyata masih membutuhkan tiupan daun-daun migas
tersembur liar dari cuaca makin panas

lalu kemanakah penyair usia senja
ini mau bercerita
gadai gitar yang bisa bernyanyi rock n roll dengan perut lapar
pinjaman oline yang bertebaran dalam
paru-parunya yang lumpuh setengah badan

ataukah kupilih terus menulis puisi
tanpa matahari risih
tanpa sungai mati
tanpa laut berombak kisruh
tanpa kuburan
dengan kain kafan kejang-kejang

masihkah iman ini kuat
ditusuk bertubi-tubi
dengan jutaan jarum kebenaran

Jakarta, Senin 22 Agustus 2022.

———– *** ————

Tentang Penulis :
Pulo Lasman Simanjuntak
Penyair telah menerbitkan 7 buku antologi puisi tunggal, dan 17 buku antologi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Karya puisinya telah dimuat (dipublis) diberbagai media cetak, media online, dan majalah digital di Indonesia dan di Malaysia.
Anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Sastra Nusa Widhita (SNW), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), dan anggota Sastera Sahabat Kita (SSK-Sabah, Malaysia).
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP). Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan.

Rate this article!
Tags: