Puluhan Anak Bacakan Proklamasi di Rumah Kelahiran Bung Karno di Jombang

Anak-anak dari Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang bergantian mengikuti Lomba Membaca Teks Proklamasi di rumah tempat kelahiran Bung Karno, Senin sore (17/08). [arif yulianto/bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Sekitar 25 anak dari Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang membacakan teks Proklamasi di rumah tempat lahir Sang Proklamator, Ir Soekarno (Bung Karno) yang berada di Gang Bung Karno, Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Senin sore (17/08). Oleh panitia, di salah satu spanduk di lokasi acara dituliskan bahwa, di rumah tersebut Bung Karno dilahirkan.

Momen pembacaan teks Proklamasi ini dikemas dalam bentuk Lomba Membaca Teks Proklamasi yang merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian kegiatan Peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke-75 Tahun 2020 yang diselenggarakan warga setempat di rumah tempat kelahiran Bung Karno tersebut. Lomba Membaca Teks Proklamasi ini yang pertama kali digelar di lokasi situs bersejarah tersebut.

Penggagas acara, Kuswartono mengungkapkan, tujuan dilaksanakannya Lomba Membaca Teks Proklamasi ini yakni untuk mengingatkan kembali bahwa tanggal 17 Agustus merupakan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan bukan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Supaya kita tidak terjerumus kepada 5 dosa besar politik. 5 dosa besar politik yang kami maksud adalah, kalau kita mengatakan 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan Republik kita akan terjerumus 5 dosa besar politik,” ungkap Kuswartono.

Jika 17 Agustus dianggap Hari Kemerdekaan Republik Indonesia lanjut Kuswartono, hal tersebut bisa mengakibatkan terjerumus pada 5 dosa besar politik yakni, terjadi pengingkaran terhadap para pejuang-pejuang bangsa, pengingkaran terhadap teks Proklamasi yang di dalamnya tidak ada 1 katapun yang menyatakan Kemerdekaan Republik, pengkhianatan terhadap Bapak Bangsa yakni Soekarno dan Hatta yang membacakan tesk Proklamasi atas nama Bangsa Indonesia dan bukan atas nama Republik, dan dosa besar yang selanjutnya yakni, hal tersebut tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya juga tidak ada 1 katapun yang menyatakan Kemerdekaan Republik, dan yang terakhir yakni, hal itu juga bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mana, NKRI tidak pernah dijajah oleh siapapun. Dengan kata lain, yang mengalami penjajahan yakni Bangsa Indonesia.

“NKRI sudah menjadi negara yang abadi dan tidak pernah dijajah. Jadi kalau kita katakan Negara Republik Indonesia ini pernah dijajah, ini namanya dosa besar politik,” lanjut Kuswartono.

Terkait pemilihan segmen anak-anak sebagai peserta Lomba Membaca Teks Proklamasi ini, menurut Kuswartono, mereka merupakan generasi yang akan datang yang harus diselamatkan dari dosa besar politik tersebut.

“Mereka harus paham bahwa, 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, bukan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,” tandas Kuswartono.

Selain itu alasan digelarnya Lomba Pembacaan Teks Proklamasi di rumah kelahiran Bung Karno, sambung Kuswartono, juga untuk mengenalkan kepada khalayak bahwa, di tempat itulah tempat lahirnya Bung Karno yang nama kecilnya yakni Raden Koesno.

Disinggung lebih lanjut jika ada pihak yang mendebat tempat lahir Bung Karno di lokasi lain seperti di Surabaya, Kuswartono menjawab, dari pihak keluarga Kuswartono yang juga merupakan kerabat Bung Karno ini belum pernah mendengar jika Bung Karno lahir di Surabaya.

“Dari pihak keluarga, yang kami tahu kalau dari pihak keluarga, beliau (Bung Karno) lahir di sini, dengan seorang juru ari-ari yang waktu itu namanya Pak Sumojani. Jadi pihak keluarga menyatakan beliau (lahir) di sini,” terang Kuswartono.

Sementara itu, salah seorang anak peserta lomba bernama Nuzulatul Khasanah (10) menuturkan, dirinya merasa sangat bangga bisa menjadi salah satu peserta Lomba Membaca Teks Proklamasi di rumah tempat kelahiran Bung Karno.

“Karena Bung Karno Presiden ke-1 Republik Indonesia, Proklamator juga,” tuturnya.

Siswi kelas 5 sebuah madrasah di Ploso, Jombang inipun berharap, kegiatan seperti itu bisa digelar kembali pada Peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun-tahun mendatang.(rif)

Tags: