Puluhan Ribu Jamaah Ikuti Salat Gerhana di Masjid Al-Akbar

Wagub Drs H Saifullah Yusuf bersama puteranya dan jamaah lain melakukan salat gerhana di Masjid Al Akbar yang diimami oleh  Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori, Rabu (9/3). [trie diana]

Wagub Drs H Saifullah Yusuf bersama puteranya dan jamaah lain melakukan salat gerhana di Masjid Al Akbar yang diimami oleh Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori, Rabu (9/3). [trie diana]

Risma Saksikan di Kenjeran Park
Surabaya, Bhirawa
Puluhan ribu jamaah mengikuti salat gerhana matahari di Masjid Al-Akbar Surabaya (MAS) yang dipimpin oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Abdusshomad Buchori, Rabu (9/3).
“Hikmah dari gerhana adalah mengajak untuk beriman dan berdzikir, sekaligus mengingatkan bahwa inilah kebesaran Allah SWT,” ujar KH Abdusshomad Buchori di sela khutbahnya.
Salat sunah gerhana, kata dia, sangat dianjurkan bagi kaum muslimin serta sebagai bentuk bersyukur, bertaubat, berdzikir dan beristighfar.
“Gerhana juga sebagai pengingat bahwa suatu saat alam ini akan hancur. Karena itulah peristiwa alam ini diikuti saja dan kita sebagai makhluk yang lemah harus selalu mengingat Allah SWT,” ucapnya.
Ia juga berpesan bahwa fenomena gerhana tidak seperti yang selama ini menjadi cerita publik, yaitu karena dimakan oleh makhluk ghaib dan sejenisnya.
Sementara itu, selain jamaah yang berada di dalam masjid, ribuan orang lainnya terpantau menyaksikan gerhana matahari menggunakan kacamata khusus maupun teropong yang disiapkan di halaman masjid.
“Jamaah dan warga yang datang di luar perkiraan dan hampir seperti saat menunaikan salat Idul Fitri. Jumlahnya sekitar 50 ribu jamaah,” ujar Humas Masjid Al-Akbar Surabaya Helmy M. Noor.
Satu di antara jamaah maupun warga di sana adalah Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf yang datang bersama puteranya. Sementara itu banyaknya masyarakat yang datang ke masjid untu melaksanakan salat gerhana juga mengundang reaksi Gus Ipul, panggilan karib Wagub.
“Ini memang di luar dugaan. Tadi saya juga sempat kesulitan masuk ke MAS karena parkirnya padat sekali. Saya memprediksi jumlah jamaahnya mencapai 50 ribu orang karena penuh. Bahkan di lantai dua jamaahnya juga penuh. Jumlahnya lebih banyak dibanding saat salat Idul Fitri. Hal ini diluar dugaan pengurus masjid,” kata Gus Ipul, panggilan.
Menurut dia, gerhana matahari yang hanya bisa dilihat di Indonesia ini merupakan fenomena langka. Tak heran jika masyarakat sangat antusias untuk menyaksikan langsung. Kondisi ini tentu berbeda dengan pelaksanaan gerhana matahari pada 1983, yang membuat masyarakat ketakutan melihat gerhana matahari.
Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Saifullah Yusuf mengatakan, banyak manfaat yang bisa didapatkan umat dalam menyikapi fenomena gerhana matahari ini. “Pertama, untuk mensyukuri nikmat Allah, karena kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati fenomena alam ini, ini adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Mari kita jadikan momen ini untuk lebih bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah SWT,” katanya.
Kedua, memperkokoh persaudaraan, fenomena gerhana ini membuat masyarakat berkumpul, bersilaturahim, dan bersama-sama beribadah. “Selain itu, fenomena ini juga menghadirkan banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri, ini menimbulkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
“Ketiga, fenomena ini bisa membuat ilmu pendidikan dan teknologi kita makin maju dan menjadikan bangsa ini cinta ilmu. Keempat, ini bisa dijadikan sarana pendidikan kepada anak-anak kita di sekolah, bagaimana terjadinya gerhana matahari. Mudah-mudahan anak-anak kita makin cinta ilmu dan cinta Allah,” tambahnya.
Gerhana matahari sebagian di Surabaya mencapai 83,08 persen yang tepat dimulai pukul 06.21, kemudian mencapai puncaknya pada 07.25 dan berakhir pada 08.39 . Kemudian, agar bisa lebih nyaman dan detil menyaksikan pergerakan matahari selama terjadinya gerhana, pihak MAS menyiapkan empat layar lebar dan empat LED 54 inc di sejumlah titik bagian masjid. Tak hanya itu, PWNU Jatim juga membagikan 1.000 kacamata khusus yang digunakan untuk melihat gerhana.
Sedangkan gambar visual pergerakan matahari saat nobar, diambil dari Teleskop Explore Scientific ED 80mm milik Lembaga Falakiyah PWNU Jatim. Selain digunakan untuk nobar gerhana matahari, Teleskop Explore Scientific ED 80mm juga biasa dipakai untuk keperluan astrofotografi dan melakukan rukyatul hilal setiap awal bulan Hijriyah.

Sembunyi saat KKN
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak ingin melewatkan momen gerhana matahari yang terlihat sebagian di Kota Surabaya.  Wali kota dua periode ini melihat langsung fenomena alam di Kenjeran Park (Kenpark) Surabaya, Rabu (9/3) kemarin.
Pantauan Harian Bhirawa, sejak pukul 05.30 Risma sudah tiba di Kenpark bersama ribuan warga Surabaya. Didampingi  kelompok Surabaya Astronomy Club dan Himpunan Pelajar Astronomy Surabaya, Risma menduduki kursi yang telah dipersiapkan. Dilanjut pembagian kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari di detik-detik berlangsungnya fenomena langka ini.
Tepat pukul O6.22, matahari sudah mulai tertutup dari ufuk timur. Warga pun mulai menyaksikan dengan kacamata khusus, tak ketinggalan juga Risma. Proses tersebut sampai pukul 08.40 dengan lebar sekitar 86,04 persen. Risma tampak serius mengamati setiap proses gerhana matahari meski hanya sebagian.
Risma mengaku terakhir menyaksikan gerhana saat dirinya masih duduk di bangku kuliah pada 1983 yang lalu.
“Waktu ada gerhana matahari ini saya masih menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata, red) di suatu desa di Jatim. Ketika itu, penduduk percaya bahwa saat ada gerhana tidak ada yang berani keluar rumah. Aku masih ingat itu,” katanya sambil mengenang masa kuliahnya.
Ia menceritakan, penduduk desa saat itu pada ketakutan semua saat ada gerhana matahari. Bahkan, lubang-lubang kecil yang ada di dalam rumah ditutupi semuanya. “Nah, sekarang kan sudah pada ngerti karena sudah dijelaskan semuanya di media TV atau cetak tentang bahayanya itu apa. Kalau dulu kan nggak ada penjelasannya secara lengkap,” jelasnya.
Selain ratusan kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari, ada lima teleskop yang disediakan bagi warga untuk melihat gerhana matahari dari Kenpark. “Tolong, jangan melihatnya dengan mata telanjang karena bisa menyebabkan kebutaan,” kata salah satu anggota Astronomy Club kepada orang sekitar.
Kemacetan terjadi sepanjang jalan akses menuju Kenpark Kenjeran Surabaya sejak pukul 05.00. Sebab, loket pintu masuk menuju nonton bareng fenomena alam tersebut tidak semuanya dibuka. Alhasil, para pengendara motor dan mobil berebut masuk. “Ya ini kan juga libur nasional (Hari Raya Nyepi). Jadi waktunya tepat untuk melihat langsung gerhana matahari,” kata Agus Suhandoko warga Sidoarjo saat mengantre di loket masuk Kenpark Kenjeran. [iib,geh]

Tags: