Pusaka Leluhur Keraton Sumenep Lalui Pencucian Air Tujuh Sumber

Pusaka Leluhur Keraton Sumenep Lalui Pencucian Air Tujuh Sumber

Sumenep, Bhirawa
Sebanyak sembilan (9 ) pusaka dilakukan penjamasan atau pencucian di Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi Sumenep. Ke sembilan pusaka leluhur itu, dua diantaranya pusaka Keraton Sumenep dan tujuh pusaka merupakan milik leluhur Desa Aeng Tong-tong.
Proses penjamasan berlangsung sakral di “Bujuk Agung” dengan menghadirkan sejumlah empu keris setempat. Bujuk Agung ini merupakan pemakaman salah seorang empu keris di Sumenep dan Wakil Bupati Sumenep, Ach. Fauzi serta sejumlah pejabat Pemkab setempat.
Pada proses penjamasan pusaka, sesepuh atau empu keris membacakan macopat dengan bahasa Jawa dan berbagai doa lainnya. Usai pembacaan macopat, pusaka leluhur itu disiram dengan air tujuh sumber dicampur tujuh kembang rupa serta diarak kesejumlah bujuk para empu lainnya salah satunya Bujuk Tuwek. Kemudian, pusaka leluhur keraton akan diantarkan ke Museum Keraton (hari ini, red) yang merupakan tempat penyimpanannya.
Tujuh keris dari sembilan keris yang turut dijamas merupakan warisan leluhur Aeng Tongtong sendiri, diantaranya keris pusaka Semanis, keris pusaka Sejimat Pamangkang, keris pusala Sekombang, keris pusaka se Beceng, keris Selendu Sagere, dan keris pusaka yang dijuluki se Kembang Sareh.
Wakil Bupati Sumenep, Ach. Fauzi mengatakan, melalui penjamasan keris yang dikemas dengan Haul Akbar Jamasan Keris Pusaka Keraton Sumenep dan Pusaka Leluhur Aeng Tong-tong ini diharapkan bisa memberikan rasa aman bagi masyarakat Sumenep dan menghormati warisan sejarah, termasuk keris.
Haul ini merupakan bagian untuk melestarikan budaya, sehingga yang sudah pernah ada harus dilestarikan. “Siapapun yang hidup, tidak boleh melupakan sejarah, termasuk budaya keris ini,” kata Wabup Sumenep, Ach. Fauzi, Minggu (8/9).
Orang nomor dua di Bumi Sumekar ini menyampaikan terima kasih kepada paguyuban yang selama ini telah bersama melestarikan budaya keris ini. Sebab, Sumenep merupakan satu-satunya Kabupaten yang memiliki Keraton yang hingga saat ini masih terawat, sekitar berumur 300 tahun dan juga memiliki pengrajin keris terbanyak di dunia serta telah diakui oleh Unesco.
“Di Desa Aeng Tong-tong ini telah terbangun Galeri Keris. Ini berkat kerjasama berbagai pihak termasuk paguyuban,” ucapnya.
Politikus PDI perjuangan ini menerangkan, pada tahun 2014 Sumenep ditetapkan sebagai Kota Keris. Hal ini merupakan ikhtiar pemerintah untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang. Para pemuda di Sumenep, utamanya di Desa Aeng Tong-tong diharapkan bisa menggantikan para empu keris guna menjaga eksistensi budaya yang telah lama ada di Bumi Sumekar ini.
“Jangan sampai budaya keris ini hilang ditangan para pemuda. Di era 4.0 ini, jadikan media sebagai fasilitas untuk mempublikasikan keberadaan keris yang dihasilkan oleh para empu disini,” harapnya.
Sementara itu, panitia Haul Akbar Jamasan Keris Leluhur, Wawan Novianto menyatakan, haul akbar dan penjamasan ini merupakan aktifitas sejarah yang telah dilaksanakan leluhur terkait penjamasan keris.
“Ukuran kesuksesan generasi adalah menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Untuk itu, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk menyiapkan generasi yang akan datang,” jelas Wawan. [Sul]

Tags: