Puting Beliung Rusak Rumah Warga Sumber Brantas Kota Batu

Dengan lesu, salah seorang warga Desa Sumber Brantas, Puyanto memunguti perkakas warungnya yang porak-poranda akibat puting beliung, Minggu (20/10).
K

Kota Batu,Bhirawa
Sejak Sabtu (19/10) malam, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dihantam angin puting beliung. Kuatnya terpaan angin telah mengakibatnya banyak rumah rusak, pohon tumbang, terputusnya jaringan kabel PJU, dan robohnya tiang listrik dan baliho jalan. Hingga Minggu (20/10) siang, puting beliung kerap kali muncul lagi di Desa ini meskipun tidak sekencang malam sebelumnya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim mengatakan bahwa angin kencang yang disertai dengan debu terjadi di Desa yang menjadi hulu Sungai Brantas sejak Sabtu (19/10) malam. “Kondisi Jl Raya Sumberbrantas saat ini cukup membahayakan untuk dilewati kendaraan karena banyaknya material pohon tumbang. Untuk kendaraan yang melewati jalur dari Pacet ke Batu dan sebaliknya banyak yang berbalik arah,” ujar Rochim, Minggu (20/10).
Pasca kejadian, katanya, Tim Gabungan dan para relawan terus disibukkan dengan penanganan pasca bencana, dan siaga untuk antisipasi munculnya angin kencang susulan. Karena di sepanjang kawasan Desa Sumber Brantas, angin kencang masih terus berhembus. Hal ini mengakibatkan debu terus beterbangan di jalanan Desa, termasuk di Dusun Lemah Putih yang ada di Desa tersebut.
Salah satu warga Dusun Lemah Putih, Puyanto (66th) mengaku bahwa angin kencang yang terjadi Sabtu (19/10) malam, telah mengakibatkan warung miliknya porak-poranda. Malam itu Puyanto baru saja menutup warungnya sekitar pukul 21.00 WIB.
Namun Puyanto ragu untuk meninggalkan warungnya. Karena ia merasakan angin bertiup kencang dan dari semakin lama tekanannya semakin kuat. “Biasanya saya tidur pukul 22.00 WIB, tetapi malam itu hingga pukul 00.00 WIB saya tidak bisa dibuat tidur,”ungkap Puyanto. Akhirnya, sesaat setelah pergantian hari, puting beliung telah merusak dan memporak-porandakan warung yang telah ia bangun 6 tahun lalu.
Awalnya, angin menerbangkan atap warungnya yang berukurang 10×4 meter. Tak lama kemudian, warungnya ikut roboh. Semua perkakas warung juga ikut tersapu angin. “Waktu itu saya menyelamatkan diri dulu. Saya segera keluar ketika melihat warung diterpa angin,” ujar Puyanto menyampaikan rasa paniknya.
Barang pecah belah, dan etalase dagangan miliknya berdagang pecah. Hingga pukul 10.00 pagi, Puyanto bersama rekan dan kerabatnya masih memunguti sisa barang yang masih bisa dimanfaatkan. Setiap hari, Puyanto bersama istri berdagang makanan seperti bakso, mie goreng, dan nasi pecel.(nas)

Tags: