Putting Beliung Jatuhkan Rudal di Desa Terung Kulon

Anggota DPR RI H Sungkono dan Pengurus PAN Sidoarjo membagikaj sumbangan. [hadi suyitno/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Desa Terung Kulon, Kec Krian, benar-benar seperti dihantam rudal. Bangunan tembok roboh, ratusan rumah yang segaris di Jl Raya Terung Kulon itu luluh lantak, pohon selingkar tangan orang dewasa juga tumbang. Asbes dan seng melayang-layang bagaikan kertas.
Angin putting beliung yang datang Rabu (15/2) pukul 16.00 itu sungguh tak disangka Sumaryono, warga Desa Keboharan, Krian. Mulanya dari awan tebal yang menggantung di atas desa Keboharan dan Terung Kulon. Sepeti biasa awan berwarna hitam pekat pertanda akan hujan. Ternyata hujannya tak deras seperti yang dibayangkan, namun hanya muncul semacam angin kuat yang dingin. ”Tapi di kulit angin itu rasanya panas. Saya masih merasakan seperti ada angin panasnya,” ujarnya.
Lalu dari arah timur muncul gulungan angin berputar-putar. Itu angin puting beliung yang awalnya datang dengan putaran rendah. Tak urung meski putaran rendah, angin seperti mengebor bangunan di bawahnya. Sebagian rumah di Desa Terung Kulon sudah rontok. Pohon peneduh tepi jalan raya juga bertumbangan. Pada saat itu hujan belum reda, namun curah hujannya tidak deras. Sebatas hujan gerimis saja. Setelah itu putting beliung itu pergi sampai warga tidak mengira dikira tidak muncul.
Ternyata setelah 10 menit, muncul putting beliung yang diameternya sangat besar dengan kecepatan lebih 100 km per jam. Warga menyebut ini ‘mbok’nya yang pertama tadi. Sekitar 2 menit mboknya putting beliuang ini berdansa di atas desa Terung Kulon dan Keboharan. Menghajar seluruh bangunan yang dilewati. Malah ada rumah yang kena anginnya saja juga roboh.
Agus, warga Keboharan, menceritakan, saat kalut warga masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Justru ini malah tidak aman, karera bangunan rumah yang roboh sebagian menimpa keluarga korban. Ada dua korban luka parah yang masih rawat tinggal di RSUD Sidoarjo. satu orang meninggal dunia karena jantungan.
Desa Terung Kulon yang berbatasan dengan kec Sukodono, ratusan rumahnya hampir rata dengan tanah. Bahkan mushola Dusun Kanigoro, Desa Keboharan, juga tidak luput dari terjangan Putting Beliung. Sungai yang dilewati putting beliuang bahkan sampai terlihat dasar sungainya. ”Benar suatu pemanadangan yang mengerikan,” ujar Sueb (60 tahun).
Sebagai warga yang mulai kecil hingga tua tinggal di desaTerung Kulon, baru kali ini melihat putting beliuang sedahsyat itu. Tahun lalu juga muncul embrio dari puting beliuang. Hanya lingkaran kecil yang berputar-putar tidak sampai menukik ke tanah. Tetapi yang kemarin ini benar-benar fenomena alam yang sangat langka.
Tiga anggota DPRD Jatim dari FKB, Hj Anik Maslachah, Khusainuddin, Kabil Mubarak melakukan Sidak dan memberi banbtuan 1000 makanan siap saji, biscuit, mineral dan selimut, anik mmeminta perlu ada reaksi cepat untuk membantu warga karena saat ini masih musim hujan.
Banyak rumah yang tidak bisa dihuni karena atapnya terbuka. Dalam PP 21 tahun 2008, menyebutkan kewajiban oemerintah pusat dan daerah untuk merehabilitasi kerusakan akibat bencana alam. Sementara pengurus Muslimat Sidoarjo juga turun langsungmemberikan bantuan. Menurut Ketua Muslimat Sidoarjo, Hj Ainun, perlu gerakan cepat untuk menangani kerusakan.
Anggota DPR RI, Sungkono dengan timnya juga mendatangi lokasi bencana, Sabtu kemarin. Ia melihat kerusakan yan ditibulkan akibat putting beliuang itu sangat luar biasa. Diakui baru kali ini ada peristiwa alam seperti putting beliung yang memiliki dampak seperti ini.
Anggota DPRD Sidoarjo dari Fraksi PAN, Bangun Winarso, melihat bahwa empat kecamatan di Sidoarjo merupakan kawasan endemik dari putting beliung. Empat kecamatan adalah Tarik, Balongbendo, Krian dan Sukodono.
Sebagai warga Krian, Bangun, mengamati setiap tahun memang mjncul gejalanya saja. Berupa kumparan angin tinggi yang kadang juga merobohkan pohon-pohon kecil. Tetapi angin keras dalam bentuk putting beliung yang bergerak secara tegak lurus seperti kejadian rabu lalu, itu sungguh tidak pernah diperkirakan.
Angin putting beliung atau ada yang menyebut angn leysus, kalau di Sumatra juga disebut angin bahorok, memang datang secara tiba-tiba dengan putaran snagat tinggi. di Amerikan saja kecepatannya bisa mencapai 320 km per jam. Sampai sekarang tidak ada penangkalnya.
Sampai hari ini, aparat kepolisian dan TNI, PMI serta pengurus Muhamadiyah dan NU membangun Posko. Mereka menyiapkan tim kesehatan dan makanan bagi warga yang membutuhkan. Puing-puing bangunan masih berserakan di halaman rumah. Pohon-pohon yang bertumbangan di tepi hakan juga dipinggirkan untuk membuka akses satu-satunya menuju rumah warga itu. [hds]

Tags: