Qudrotin: Ditemukan 45 Penderita Difteri, Sidoarjo KLB di Jatim

Ratusan kader imunisasi se Kab Sidoarjo dikumpulkan oleh Dinkes Sidoarjo diberikan pengarahan soal imunisasi dasar lengkap (IDL), karena Sidoarjo masuk dalam KLB penyakit Dipteri. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Dari kegiatan imunisasi Difteri di Kab Sidoarjo tahun 2018, mulai periode pertama dan kedua ditemukan ada sebanyak 45 kasus penderita Difteri. Dengan demikian Kab Sidoarjo dinyatakan masuk dalam Kondisi Luar Biasa (KLB).
Menurut Kasi Surveilans dan Imunisasi, Bidang Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, Qudrotin S.Keb, pada kegiatan imunisasi Difteri periode pertama cakupan yang mampu disasar sebesar 91.8 persen. Sedangkan periode kedua sebesar 96 persen.
“Untuk periode ketiga dalam Bulan November ini semoga bisa 100 persen,” kata Qudrotin, yang baru saja telah mengumpulkan 325 kader imunisasi se Sidoarjo, dalam kegiatan forum peduli imunisasi, di ruang delta graha Setda Sidoarjo.
Dalam waktu 2 bulan ini, kata Qudrotin, imunisasi dasar lengkap (IDL) Difteri periode ketiga harus bisa dicapai. Maka sejumlah pihak telah dipanggil. Seperti kalangan rumah sakit, klinik kesehatan dan bidan desa.
Menurut ia, para kader imunisasi di Sidoarjo harus semangat dalam melakukan program IDL. Sebab Kab Sidoarjo masuk dalam KLB Difteri. Dalam periode pertama dan kedua ditemukan ada total 45 kasus terduga Difteri.
Dari 18 kecamatan yang ada di Kab Sidoarjo, kasus KLB terduga Difteri ini ditemukan di 12 kecamatan. Dari 45 kasus itu, sebanyak 44 kasus penderita dibawah usia 19 tahun dan 1 kasus diatas usia 19 tahun.
“Ditemukan ada satu kasus saja, itu sudah termasuk KLB,” kata Qudrotin.
Untung saja, 45 penderita Difteri ini tak sampai dalam kondisi kritis dan mematikan. Mereka langsung diobati. Mereka yang kena Difteri ini, karena imun dalam tubuhnya hanya berkisar 30-34 persen saja. Bila imun tubuh sudah mencapai 75 sampai 80 persen dianggap sudah kuat.
Secara total, capaian program imunisasi dasar lengkap (IDL) di Kab Sidoarjo pada tahun 2018 ini, menurut Qudrotin, sudah mencapai sebesar 72.3 persen. Sementara targetnya nanti sebesar 92.5 persen.
Dengan pertimbangan, dengan capaian itu imun dalam tubuh dan imun massal sudah terbentuk. Sehingga dianggap aman dari bahaya penularan penyakit Diferi.
Disampaikan kalau program imunisasi dasar lengkap ini sudah ada sejak tahun 1956 lalu. Sampai sekarang masih tetap menjadi prioritas Nasional.
Program IDL di Indonesia, katanya sudah berhasil mengeliminasi berkembangnya penyakit cacar saja. Namun penyakit lain masih belum. Maka itu program IDL ini harus serius, sebab kalau dilakukan dengan asal-asalan maka antibodi dan anti bodi massal tidak terbentuk.
Disebutkan kalau kasus Difteri di Prov Jatim termasuk nomor satu di Indonesia. Di tingkat Jatim, Kab Sidoarjo berada pada urutan ketiga.
Maka diingatkan supaya kekebalan individu dan massal tidak sampai bolong. Sehingga kasus Difteri tidak tumbuh terus. Bila terus terjadi, maka nanti bisa-bisa akan jadi daerah endemis Difteri.
“Harapan kita bagaimana agar orang tua dan anak bisa digerakkan supaya bisa sadar untuk melakukan imunisasi dasar lengkap,” katanya. (kus)

Tags: