Radikalisme Musuh Bersama

Karikatur RadikalismeDinihari (30 September) pada setengah abad lalu, Indonesia menggemparkan dunia dengan peristiwa tawur sosial. Terjadi pembantaian terhadap tujuh jenderal (TNI Angkatan Darat), yang dituduh sebagai “dewan jenderal.” Seharusnya, ketujuh jenderal ini dihadapkan (dalam keadaan hidup) pada presiden. Tujuannya untuk mempertanggungjawabkan tuduhan rencana kudeta. Setelah peristiwa gerakan September 30 (gestapu) itu, rakyat “membalas” dengan membantai anggota PKI.
Pada tataran bawah (rakyat), terjadi saling intip kekuatan. Kampung yang basis PKI (Partai Komunis Indonesia), menyerbu dan membunuh rakyat yang bukan PKI. Dan sebaliknya, anggota PKI “dijemput” untuk dibunuh. Rakyat membunuh rakyat (yang berhubungan ke-keluargaan sekalipun) tak ter-elakkan. Sampai beberapa aliran sungai di Jawa, berwarna kemerahan. Karena banyak korban pembantaian dilarung ke sungai.
Tawur sosial gestapu (dan “gestok,” gerakan satu Oktober) konon, memicu trauma radikalisme anggota PKI. Trauma mendalam menghadapi radikalisme, yang tersimpan selama 17 tahun (sejak 1948). Saat itu, gubernur pertama Jawa Timur, RMT Soerjo, dicegat di tengah perjalanan oleh anggota PKI. Jasadnya ditemukan di hutan di Kedung-galar, Ngawi. Ekstremitas (kekejaman) radikalisme “kiri” itu, biasa disebut Madiun affair.  PKI juga menyulut trauma pemberontakan tahun 1926.
Uniknya, pemerintahan sementara tahun 1967, juga menggelar pengadilan terhadap pimpinan (pengurus partai tingkat pusat sampai tingkat desa dan kelurahan) PKI. Vonis paling berat (dianalisis sebagai golongan A dan B), ada yang dijatuhi hukuman selama 20 tahun. Ada pula yang dibuang ke pulau Buru. Sedangkan golongan C, cukup dipenjara di daerah. Namun banyak pula yang tidak diketahui nasibnya setelah pengadilan.
Gerakan ekstremisme, kiri telah nyata-nyata mengancam ketenteraman dan keamanan nasional. Begitu pula ekstrimitas “kanan” ber-altar keagamaan. Berbagai penyiaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, telah dimanfaatkan untuk propaganda berlabel dakwah. Padahal isinya, hanya olok-olok kelompok lain. Walau sebenarnya, “geng” radikalisme sulit berkembang di Indonesia, karena menjadi musuh sosial bersama. Namun perlu waspada, radikalisme yang eksklusif menyasar kelompok potensial pemuda. Dengan memanfaatkan isu demokrasi dalam menjalankan keyakinan agama, kelompok radikal bebas mengisi ruang publik. Organisasi “bawah-tanah” radikalisme berkembang, membonceng HAM. Radikalisme “memperoleh tempat” di berbagai kalangan, yang tidak paham keagamaan. Begitu pula ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) sebenarnya tidak berdakwah sendiri. Melainkan ber-simbiose dengan kelompok minoritas yang telah ada.
Dengan ciri eksklusif, gerakan ISIS mudah dibedakan dengan gerakan dakwah sosial ormas keagamaan lain. Yakni, tidak mau dikategorikan Muhammadiyah, sekaligus sangat anti-pati terhadap NU (Nahdlatul Ulama)! Bersyukur, hampir 100% rakyat Indonesia mengutuk cara dakwah ISIS. Bahkan rakyat secara komunitas berinisiatif membentengi diri dari penyusupan ISIS.
Penolakan rakyat akan sangat bermanfat. Karena Indonesia belum memiliki peraturan yang melarang warganya bergabung dengan organisasi (asing maupun dalam negeri). Maka seluruh institusi (negara) seyogianya bergerak cepat. Terutama BNPT, BIN serta Kepolisian, dan MUI. Sudah banyak gerakan berlabel dakwah keagamaan, malah menimbulkan konflik pada masyarakat. Termasuk gerakan salafy (seolah-olah dakwah), mesti dicermati.
Karena itu wajar apabila seluruh masyarakat menolak radikalisme. Juga anti-pati terhadap ISIS sebagai organisasi teroris yang harus diberantas. Propagandanya terkait dengan lapangan pekerjaan di Timur Tengah, dengan iming-iming gaji setara UMK di Indonesia. Plus bonus jihad (menyimpang). Ternyata iming-iming cukup manjur. Terbukti, yang di dalam penjara bisa ber-baiat untuk ISIS.
Indonesia sudah berpengalaman dengan dampak radikalisme, serta dampak ketimpangan indeks gini. Melebarnya perbedaan strata kaya dan miskin, bisa menyuburkan ekstremitas, berujung tawur sosial. Mencegahnya, mesti dengan kecerdasan (dan kejujuran) pemerintah untuk memakmurkan rakyat.

                                                                                                        ———- 000 ————-

Rate this article!
Radikalisme Musuh Bersama,5 / 5 ( 1votes )
Tags: