Rahasia Jadi Guru Idaman

Exif_JPEG_420

Exif_JPEG_420

Judul Buku    : Rahasia Jadi Guru Favorit-Inspiratif
Penulis    : Yanuar A.
Penerbit    : Diva Press
Tahun Terbit  : September 2015, Cet. I
Tebal      : 14 x 20 cm, 236 Halaman
ISBN      : 978 – 602 – 0806 – 28 – 0
Peresensi    : Usman Hadi
Alumnus FAIB UIN Sunan Kalijaga

Guru adalah instrumen ilmu dan pengetahuan. Tentu slogan itu tak berlebihan, mengingat guru memiliki andil besar atas pembentukan karakter anak didiknya. Saking urgennya profesi ini, tak mengherankan bila jamak didapati seorang guru yang menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya.
Menjadi seorang guru harus peka dan sadar atas posisi yang ia emban. Artinya, seorang guru harus memperlihatkan karakter yang baik di depan anak didiknya dan dilarang menunjukkan prilaku tercela. Karena tindakan tercela tersebut dapat menjadi contoh tak baik untuk murid-muridnya.
Jika menengok situasi kekinian, tampaknya masih banyak ‘guru’ yang kurang memiliki kesadaran profesi yang ia pikul. Ini bisa dilihat dengan masih adanya oknum guru yang melakukan tindakan tak terpuji. Semisal melecehkan anak didik, dan bertidak kasar kepada mereka.
Oleh sebab itu, menjadi penting kiranya bagi seorang guru untuk mengetahui berbagai anjuran dan pantangan atas profesinya. Sehingga mereka dapat memilah dan memilih mana prilaku yang dapat menjadi contoh baik bagi anak didiknya, dan mana yang tidak. Tak hanya itu, prilaku baik seorang guru dapat menjadikannya sebagai pribadi yang menyenangkan, sehingga banyak digemari (menjadi guru favorit) murid-muridnya.
Buku berjudul “Rahasia Jadi Guru Favorit-Inspiratif” garapan Yanuar A., sedikit banyak telah menguraikan dengan apik seputar dunia ajar-mengajar. Banyak hal yang Yanuar paparkan, seabrek pantangan dan anjuran bagi seorang guru berhasil ia tuliskan dengan terperinci, dan pastinya juga detail.
Di antara prilaku buruk seorang guru yang tak patut dijadikan contoh yakni kebiasaan duduk di atas meja. Hal semacam ini lumrah didapati di bangku sekolah. Bila prilaku tersebut dikaitkan dengan budaya ketimuran, tentu tidak cocok – tidak pantas. Prilaku seperti itu justru memperlihatkan bahwa guru yang bersangkutan tak paham dengan etika. (hlm. 58).
Selain tak pas dengan budaya timur, mengajar sambil duduk di atas meja juga dapat dimaknai sebagai bentuk merendahkan anak didik. Artinya, guru tersebut tak memberikan penghormatan yang layak untuk anak didiknya. Dalam bahasa simbol, prilaku semacam ini menggambarkan strata yang berbeda antara guru dan murid. Padahal, dalam proses pembelajaran, hubungan antara murid dan guru tak boleh tersekat guna memuluskan proses pengajaran.
Contoh lainnya yakni prilaku tak disiplin. Telah jamak dijumpai seorang guru yang semena-mena menghukum anak didiknya yang tak disipin, sering telat, atau juga anak didik yang sering bolos. Di sisi lain, guru yang bersangkutan juga sering telat atau bahkan sering bolos. Namun, anak didiknya tak berani menegurnya, dan hanya menggunjing di belakang atas tindakan tak patut guru tersebut.
Adapun disiplin yang dimaksud dalam konteks ini bukan disiplin satu arah yang menjurus otoriter, namun berdisiplin yang demokratis. Artinya, kepentingan bersama antar guru dan murid harus didahulukan, bukan mendahulukan kepentingan dan ego salah satunya dalam membuat dan melaksanakan aturan (hlm. 80-81).
Seorang guru juga harus peka terhadap ucapan yang ia lontarkan. Ia harus jeli dalam memilah dan memilih omongan, sehingga kata-kata jorok tak keluar dari mulutnya. Pasalnya, bila kata-kata kotor keluar dari mulut seorang guru, hal ini menjadi preseden buruk baginya, tentu juga menjadi contoh yang tak baik bagi anak didiknya.
Ada dua hal yang bisa dilakukan seorang guru agar anak didiknya tak gampang mengeluarkan kata-kata jorok. Pertama, jangan gampang mengeluarkan hukuman, pasalnya hukuman terkadang justru memancing anak didik untuk berkata yang tidak senonoh. Kedua, jangan mudah kehilangan kontrol. Bila hal ini terjadi, tentu seorang guru dengan gampangnya mengeluarkan kata-kata jorok. Maka, seorang guru harus memiliki sifat sabar, sehingga emosinya tak gampang lepas kendali (hlm. 183-184).
Di antara larangan dan anjuran tersebut merupakan sebagian contoh dari seabrek nasihat yang diuraikan dalam buku ini. Patut kiranya buku ini menjadi referensi setiap orang, terlebih bagi yang berkecimpung di dunia pendidikan. Sehingga, seorang guru bisa lebih berhati-hati dan selektif dalam bertutur kata dan bertindak. Buku setebal 236 halaman ini juga patut menjadi rujukan bagi segenap segmen masyarakat. Mengingat setiap dari kita adalah pendidik, paling tidak pendidik bagi anak-anak kita nanti.

                                                                                                     ————————- *** —————————

Rate this article!
Rahasia Jadi Guru Idaman,5 / 5 ( 1votes )
Tags: