Raih Nilai Terbaik se Jatim Tapi Gagal di SNMPTN

Kepala Cabang Dindik Surabaya Dr Sukaryantho berbincang dengan siswa peraih peringkat 10 besar di Jatim dari SMAN 5 Surabaya dan kepala sekolah peraih rerata tertinggi 10 besar di Jatim. [adit hananta utama]

Dindik Jatim, Bhirawa
Di antara sekian banyak peserta Ujian Nasional (UN) yang kecewa dengan susahnya soal High Order Thinking (HOT). Masih ada sejumlah peserta yang berhasil menaklukan soal tersebut dengan hasil sempurna. Beberapa di antaranya adalah lulusan SMA Surabaya yang terbaik di Jatim.
Naufal Achmad Tsani Daffa adalah siswa peraih nilai UN tertinggi di Jatim jenjang SMA peminatan IPA. Lulusan SMAN 5 Surabaya ini berhasil meraih nilai UN murni sebesar 394 dari empat mata pelajaran yang diujikan. Meski sayangnya, dia bukan siswa beruntung yang terpilih sebagai salah satu calon mahasiswa dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
“Ya kesel juga sih tidak diterima SNMPTN. Waktu itu ambil Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Tapi ya mungkin memang nilai rapornya kurang. Jadi sekarang mau ngejar SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri),” tutur Naufal saat ditemui di sekolahnya kemarin, Kamis (3/5).
Naufal merinci, dari empat mata pelajaran yang diujikan, dia mendapat nilai Matematika dan Fisika 100. Sedangkan Bahasa Indonesia mendapat 96 dan Bahasa Inggris 98. “Waktu mendengar kabar itu ibu langsung menangis karena senang sekali,” tutur siswa yang tinggal di Kedungdoro, Tegalsari Surabaya itu.
Anak dari pasangan Mochammad Ruslan Hadi dan Alfin Suzanah itu mengakui, mendapat nilai sempurna pada mapel matematika dan fisika tidaklah mudah. Sebab, ada beberapa soal yang menurutnya memiliki tingkat kesulitan paling berat. Menurutnya itulah soal HOT yang membuat banyak siswa kecewa. Sebab, soal jenis ini nyaris tidak terprediksi sebelumnya. Baik saat mempelajari soal UN tahun lalu, try out maupun dari bank soal yang dibelinya di toko buku.
“Taunya setelah ujian itu ternyata viral, soal matematika ramai di medsos. Kira-kira ada lima soal, baik matematika maupun fisika yang sulit seperti itu,” tutur Naufal yang pernah mengikuti Olimpiade Siswa Nasional 2014 jenjang SMP.
Di SMAN 5, selain Naufal masih ada empat siswa lain yang juga dari peminatan IPA berhasil meraih peringkat 10 besar di Jatim. Di antaranya ialah Jonathan Maxmilian Surya, Fachri Haikal Apriansyah, dan Dhaffa Alif T. Selain peminatan IPA, Vannesia Mauretta menjadi satu-satunya siswa IPS di sekolah tersebut yang berhasil meraih peringkat 10 besar di Jatim.
Vanessia mendapatkan nilai UN total 362,5. Secara rinci, Bahasa Indonesia 74, Bahasa Inggriss 96, Matematika 100 dan Ekonomi 92,5. Seperti umumnya siswa SMA, Vanessia juga mengakui beratnya menghadapi soal matematika pada ujian tersebut. Jika di bandingkan dengan mengerjakan soal ujian tahun lalu, dia butuh waktu dua kali lipat untuk menyelesaikan ujian tahun ini.
“Kalau saya latihan pakai soal UN tahun lalu cukup satu jam. Kalau soal UN tahun ini waktunya tidak cukup untuk mengoreksi kembali jawaban yang sudah dikerjakan. Makanya tidak menyangka bisa mendapat 100 untuk matematika,” tutur Vanessia.
Vanessia tidak pernah menyangka bahwa soal matematika akan sesulit yang dihadapinya. Padahal, para guru kerap menenangkan para siswa terkait hasil nilai try out. “Katanya try out itu soalnya lebih sulit dari UN. Jadi kita malah diminta lebih tenang dengan hasil try out yang ada,” tutur dia.
Vanessia baru tahu bahwa soal UN itu sulit dari temannya yang ujian lebih dulu di sesi 1. Selain itu, dia juga melihat komentar di akun media sosial Kemendikbud yang lucu-lucu. “Nggak, saya nggak ikut komen kok,” kata dia.
Salah satu jenis soal yang paling berat menurutnya adalah tentang trigonometri. Untuk satu soal tersebut, dia harus menyelesaikannya dengan dua tahap. “Lebih ke mengotak-atik rumus begitu. Itu pun baru nemu caranya setelah soal-soal lain selesai dikerjakan. Jadi sempat saya lewati dulu,” tandasnya. Berbeda dengan Naufal, Vanessia lebih beruntung dalam SNMPTN tahun ini. Dia berhasil diterima di jurusan Akuntansi Universitas Indonesia.
Selain siswa yang berhasil meraih nilai terbaik, sejumlah SMA di Surabaya juga tercatat sebagai sekolah terbaik 10 besar di Jatim. Beberapa di antaranya ialah SMAN 5 Surabaya menempati peringkat pertama jenjang SMA IPA, di susul SMA Xin Zhong pada peringkat ketiga dan SMK Kristen Elyon pada peringkat 10. Sementara untuk jenjang SMA IPS tercatat SMAN 5 Surabaya menempati peringkat kedua se Jatim, di susul SMA Kristen Elyon pada peringkat ketiga, SMA Katolik St Lois 1 pada peringkat ke enam dan SMAN 6 Surabaya pada peringkat 10.
Kepala Cabang Dindik Surabaya Dr Sukaryantho menuturkan, capaian siswa maupun sekolah di Surabaya cukup mewarnai pada hasil UNBK tahun ini. Pihaknya yakin, di balik prestasi dan hasil rata-rata sekolah yang baik tersebut, terdapat manajemen sekolah yang teratur pula. Di samping itu, proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan evaluasi belajar siswa. “Kami ingin sekolah-sekolah yang lain terus mengembangkan diri belajar dari yang sudah dicapai oleh sekolah-sekolah yang mendapatkan peringkat teratas ini,” pungkas Sukaryantho. [tam]

Tags: