Raih Penghargaan Pengelolaan dan Promosi SDG Hewan

16-penghargaan-disnakPemprov Jatim, Bhirawa
Jawa Timur kembali mengukir prestasi dengan meraih tiga penghargaan dalam lomba Kontes dan Ekspo Peternakan Nasional 2014 didalam kegiatan Pertemuan Nasional Tani Nelayan XIV Tahun 2015, kemarin.
Tiga  penghargaan tersebut sebagai pemenang juara II pengelolaan Sumber Daya Genetika Hewan (SDGH) dan juara I stan pameran  SDGH juga  juara I Promosi SDG Hewan.
Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM mengatakan, keanekaragaman dan keunikan SDGH serta budaya yang melekat di masyarakat menjadi keunikan tersendiri dalam pengelolaan SDGH di masing – masing daerah.
“Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan yang harus diakui dan harus memiliki azas manfaat bagi masyarakat. Di Jawa Timur sendiri sangat banyak SDG Hewan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditi peternakan unggul ataupun hewan kesayangan,” katanya.
Dalam Lomba SDGH, Provinsi Jawa Timur menampilkan 5 (lima) rumpun, yaitu Sapi Madura, Domba Sapudi dan Itik Mojosari yang telah ditetapkan sebagai rumpun melalui Keputusan Menteri Pertanian serta Kambing Senduro dan Ayam Gaok yang kan diusulkan untuk ditetapkan sebagai Rumpun pada bulan Juni Tahun 2014.
Selain 5 (lima) komoditi di tersebut. Provinsi Jawa Timur juga memiliki SDGH Sapi Jawi asal Pasuruan, Sapi Galekan asal Trenggalek, Sapi Rambon asal Banyuwangi, Rusa Bawean dari Gresik, Ayam Bekisar dari Sumenep, Ayam Hutan Hijau, Kelinci Malang, Kucing Raas dari Sumenep dan lain-lain.
Selama ini, Pemprov Jatim memiliki komitmen yang tinggi dalam pelestarian dan pengembangan SDGH, diantaranya dengan Mengembangkan secara khusus SDGH di UPT lingkup Dinas Peternakan Jatim.
Selain itu juga melakukan pembinaan dengan memberikan motivasi dan stimulasi kepada masyarakat untuk peduli pada SDGH, memetakan daerah potensial untuk mengembangkan SDG Hewan serta memberikan apresiasi terhadap daerah yang telah mempromosikan SDGH.
Sekedar diketahui, SDG Hewan adalah hewan atau material genetiknya tidak termasuk ikan atau material genetiknya, yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang bernilai aktual maupun potensial, yang dapat dipergunakan untuk menciptakan rumpun atau galur baru.
SDGH terdiri dari SDGH asli (asal usulnya murni berasal dari Indonesia), SDGH Lokal (hasil persilangan atau introduksi yang telah beradaptasi dan berkembangbiak pada lingkungannya), SDGH Introduksi (pemasukan dari luar negeri, baik yang sudah maupun yang belum terbukti dapat beradaptasi di indonesia).
Dalam pelaksanaan Ekspo dan Kontes Peternakan Nasional ada beberapa kegiatan, yaitu kegiatan utama berupa Lomba Pengelolaan dan Promosi Sumberdaya Genetik Hewan (SDGH) yang dilaksanakan indoor dan outdoor serta Pemeran Agribisnis dan Teknologi Peternakan.
Selain itu juga dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung seperti sarasehan kelembagaan kelompok peternak, gelar lomba olahan hasil peternakan, promosi gizi dan magang peternak. Tak hanya itu, juga ada teknologi pakan ternak yang dikembangkan dalam menekan biaya pakan bagi peternak serta lomba menghitung telur ayam yang ada di stan Disnak Jatim.

Sapi Sonok dan Sapi Seberat 1,2 Ton
Ekspo dan Kontes Ternak menjadi daya tarik para petani dari berbagai daerah di Indonesia di arena pameran Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan ke XIV di Kepanjen, Kabupaten
Malang.  Dalam kontes ternak kali ini, panitia menampilkan berbagai jenis ternak unggulan, diantaranya sapi dengan berat  1,2 ton.
Sapi dengan berat  1,2 ton yang dipamerkan contohnya, sapi jenis cross limosin. Sapi milik   H.Dahlan warga Desa Kedung Pedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini, punya lingkar dada 248 cm, tinggi gumba 152 cm dan panjang badan 186 cm. “Sapi ini dengan bobot 1,2 ton ini berumur 4,5 tahun,” ungkap Suliadi, salah seorang penjaga stand, Selasa (10/6) sore.
Begitupula dengan Sapi Sonok, dalam kunjungan Presiden bersama ibu Presiden tampak antusias menyaksikan sapi sonok asli Sumenep ini. Termasuk kecantikan sapi yang merupakan ciri khas asli Madura ini yang sangat unik dan perlu dilestarikan.
Beberapa peserta juga antusias melihat sapi yang nampak jinak ini, mereka bergantian berfoto bersama. “Kalau didaerah saya, tidak ada sapi yang diperlakukan seperti ini. Kebanyakan dilepas di lahan luas dan hanya untuk dipotong,” kata salah satu peserta M Pajakpoh asal Sulawesi Utara.
Ditempat ini, juga dipamerkan Sapi Jaliteng. Sapi Jaliteng adalah persilangan sapi dari Jawa, Bali yang dikawinkan dengan Banteng Jawa. Sapi Jaliteng di tempat ini, sukses pembiakan pada 6 Agustus 2013. berat lahir Sapi persilangan Banteng Jawa ini, punya berat 21 kilogram. Lalu ada pula Sapi Minator asal Australia dari bangsa simental. Sapi dengan kepala bulat besar ini, diumurnya yang 6 tahun, sudah punya bobot 1,1 ton. Ada 3 ekor sapi yang punya mempunyai berat, 1,2 ton lebih. Sisanya, berat sapi-sapi dibawah naungan UPT Pembibitan Ternak dan Balai Besar Iseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang ini, mencapai 900 kilogram.
Sementara itu, Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan Unit Pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
Dengan pengalaman lebih dari dua puluh delapan tahun BBIB Singosari telah memproduksi semen beku dari sembilan bangsa sapi (Limousin, Simental, Aberdeen Angus, Brangus, Brahman, Ongole, Madura, Bali dan Friesien Holstein) dan dua bangsa kambing (Peranakan Ettawa dan Boer).
Kepala Bidang Informasi, Ir Jack Pujianto  menjelaskan BBIB mempunyai berbagai program, diantaranya adalah evaluasi dan laporan kegiatan produksi, pemasaran dan pemantauan mutu semen ternak unggul, serta pengembangan inseminasi buatan
Selain itu, BBIB juga produksi dan pemberian saran teknis produksi semen ternak unggul, pengujian dan pemantauan mutu semen ternak unggul,pengembangan inseminasi buatan dan metoda produksi serta pemeliharaan pejantan ternak unggul.

Lima Sumber Daya Genetika Hewan (SDGH) Khas Jawa Timur
Sapi Madura
Sapi Madura adalah hewan asli Indonesia. Sapi jenis ini memiliki beberapa keunggulan komparatif, antara lain tahan terhadap berbagai penyakit, mudah beradaptasi serta mudah  berbiak dimana saja, bahkan pada daerah yang kering sekalipun, seperti di Pulau Madura.
Dengan keunggulan genetik serta potensi yang dimiliki, permintaan Sapi Madura dari tahun ke tahun kian semakin meningkat. Bukan saja dari luar provinsi tetapi juga dari luar negeri seperti Malaysia. Dengan melihat kondisi tersebut dikhawatirkan populasi sapi Madura semakin lama akan semakin menurun. Terlebih lagi jika Sapi Madura sebagai aset sumber daya genetik (plasma nutfah) ternak asli Indonesia diakui oleh negara lain.
Dinas Peternakan Provinsi dengan dukungan Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo akhirnya melestarikan plasma nutfah, yang merupakan aset sumber daya genetik ternak asli Indonesia melalui Keputusan menteri pertanian nomor 3735/Kpts/HK.040/11/2010 tentang Penetapan Rumpun Sapi Madura sebagai hewan asli Indonesia.

Itik Mojokerto
Itik Mojokerto merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari Kecamatan Mojokerto Jawa Timur lebih spesifiknya lagi dari Desa Modopuro Mojosari Mojokerto. Saat ini itik Mojosari telah tersebar di wilayah Indonesia.
Itik ini berproduksi lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada lingkungan tradisional maupun intensif. Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari konsumen.
Begitupula dengan Itik Mojosari, adanya dukungan dari Gubernur Jawa Timur, untuk bisa melestarikan genetika hewan yang merupakan aset sumber daya genetik ternak asli Indonesia. Maka,  melalui Keputusan menteri pertanian 2837/Kpts/LB.430/8/2012 tentang penetapan rumpun Itik Mojosari baik jantan maupun betina.

Domba Sapudi
Pulau Madura memang berpotensi dalam berternak. Selain ada Sapi Madura, juga ada Domba ekor gemuk merupakan salah satu sumber daya genetik ternak yang memiliki nilai ekonomis,
ilmu pengetahuan dan social budaya untuk pertanian dan peternakan serta memenuhi kebutuhan manusia sebagai sumber pangan protein hewani.
Dominasi populasi domba ekor gemuk terbesar adalah di Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur. Karakteristik yang khas pada domba ekor gemuk ini, adalah ekor yang besar, panjang dan lebar. Bagian pangkal ekor membesar berisi suatu timbunan lemak sedangkan bagian ujung ekor mengecil tidak berlemak. Domba ekor gemuk memiliki warna bulu putih, yang jantan
bertanduk kecil sedangkan yang betina tidak bertanduk.
Berdasarkan SK Mentan 2839/KPTS/LB.430/8/2012 sentra domba ekor gemuk ini ditetapkan Kementerian memiliki populasi terbanyak di Sumenep dengan jumlah 15 ribu ekor lebih. Domba ini memiliki daya adaptasi yang sangat baik terhadap berbagai lingkungan agrosistem terutama di daerah beriklim kering. Tujuan utama diternakan domba ini untuk diambil dagingnya.

Kambing Senduro
Dari penelitian yang dilakukan kambing Senduro memiliki kekhasan yang tidak dipunya spesies kambing lainnya. Spesies kambing Senduro ini dual purpose atau dwiguna, sehingga bisa dimanfaatkan produksi daging atau susunya. Apalagi, susunya sangat diminati oleh masyarakat.
Kambing Senduro asal Lumajang memiliki kekhasan dengan badannya panjang, tinggi dan besar tak lama lagi juga ditetapkan sebagai sumberdaya genetik khas Jatim yang nantinya ikut dipatenkan juga.
Kambing Senduro adalah persilangan antara kambing lokal jenis kacang dengan etawa dan anglo nubian. Setelah dilakukan persilangan beberapa kali hasilnya terbentuk komposit kambing senduro yang unggul dibanding kambing jenis lain.
Informasi dari peternak setempat, kambing etawa senduro dapat tumbuh hingga beratnya mencapai 170 kilogram, sehingga tidak heran kambing tersebut banyak diburu oleh para peternak di dalam dan luar negeri seperti dari Malaysia. Untuk itulah, bibit Kambing ini dipertahankan dengan penetapan sebagai rumpun hewan yang dipertahankan dan asli Jatim serta diusulkan tahun 2014.

Ayam Gaok
Ayam Gaok memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai strain unggul ayam ras lokal nusantara. Pertumbuhan badan yang cepat dan tubuhnya yang besar (saat dewasa jantan mampu mencapai bobot 4-5 kg) menjadi faktor penting dalam produksi daging.
Ayam Gaok berpotensi besar sebagai penghasil daging dan telur, sebagai pangan halal dan thoyyib Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur. Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 – 2,5 Kg.
Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam. Untuk menjaga kelestarian ayam ini, maka diusulkan Pemprov Jatim agar ditetapkan sebagai rumpun hewan yang dipertahankan dan asli Jatim pada tahun 2014 ini. [rac]

Tags: