Raker Ke-2 Pokja Wartawan DPRD Jatim, Jaga Bisnis Tetap Survive, Dorong UMKM Lakukan Adaptasi

Ketua Pokja Wartawan DPRD Jatim Riko Abdiono memberikan jaket kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak usai pemaparan Raker Ke-2 di Hotel Grand Whiz, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (20/2/2021). [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Mojokerto, Bhirawa
Pokja Wartawan DPRD Jatim menggelar Rapat Kerja (Raker) Ke-2 di Hotel Grand Whiz, Trawas, Kabupaten Mojokerto selama tiga hari (19-21/2/2021). Mengusung tema ‘Menjaga Independensi, Merawat Sinergi di Tengah Pandemi’ diharapkan mampu membuat pelaku UMKM tetap survive.

Raker Ke-2 kali ini menghadirkan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, mantan Asisten II (Bidang Ekonomi) Pemprov Jatim Hadi Prasetyo, Wakil Rektor IV Unitomo Surabaya Meithiana Indrasari dan Wakil DPRD Jatim Anik Maslachah.

Diskusi kian gayeng ketika pelaku UMKM dan pelaku wisata di Bumi Majapahit dihadirkan langsung. Dengan harapan mereka bisa adaptasi usaha. terutama di sektor bisnis yang terdampak. Tak sedikit pula bisnis atau usaha yang kemudian terdampak sampai akhirnya gulung tikar.

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dalam paparannya mendorong para pelaku UMKM di Jatim untuk tidak lelah melakukan adaptasi atau terobosan usaha agar mampu bertahan di tengah kondisi pandemi saat ini.

“Pandemi ini belum bisa diprediksi kapan berakhirnya, sehingga untuk bertahan di kondisi saat ini para pelaku usaha terutama UMKM harus melakukan adaptasi dengan berbagai penyesuaian,” kata Emil, sapaan lekat Wagub Jatim saat menjadi narasumber dalam Rapat Kerja ke-2 Pokja Wartawan DPRD Jatim di Hotel Grand Whiz Trawas, Kab. Mojokerto, Sabtu (20/2).

Emil mengatakan, salah satu cara adaptasi usaha saat pandemi adalah melalui diversifikasi usaha. Dimana saat pandemi ini, sebanyak 16% Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 11% Usaha Menengah Besar (UMB) di Jatim cenderung melakukan diversifikasi usaha termasuk penambahan produk dan lokasi usaha.

“Bahkan sekarang banyak usaha kuliner yang dia hanya jual untuk delivery sistem lewat aplikasi ojek online. Jadi dia tidak melayani makan di tempat, jadi hanya open kitchen saja tidak perlu sewa tempat luas hanya cukup untuk memasak saja kemudian makanannya dijual lewat aplikasi,” katanya.

Kemudian, lanjut Emil, pelaku usaha juga bisa melakukan pemasaran secara online. Dimana saat pandemi ini sebanyak 83% UMK dan 80% UMB mengakui adanya pengaruh positif dalam menggunakan media online untuk pemasaran.

“Salah satu dampak pandemi ini adalah transaksi dagang secara online atau e-commerce meningkat. Maka visualisasi produk harus bagus. Jadi bukan hanya packaging tapi juga foto produk sehingga punya daya saing,” katanya.

Tidak hanya itu, adaptasi usaha juga bisa dilakukan dengan melakukan pengurangan jam kerja atau pengaturan Work From Home (WFH) untuk tetap mempertahankan tenaga kerjanya meskipun aktivitas usaha terdampak oleh pandemi.

“Berdasarkan analisis hasil survei BPS pada Bulan Juli Tahun 2020 tentang dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha di Jatim menunjukkan bahwa sebanyak 59,5% UMK dan 53,7% UMB masih tetap beroperasi normal di tengah pandemi. Namun, 84% UMK dan 85% UMB cenderung mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi terjadi,” ungkapnya.

Emil menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan Pemprov Jatim untuk menjaga ekonomi Jatim tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Seperti menjaga trust atau kepercayaan masyarakat. Menurutnya, kepercayaan masyarakat menjadi kunci menjaga ekonomi tetap survive.

Kemudian, menjaga basis konsumsi masyarakat. Dimana, sebanyak 60,82% PDRB Jatim Tahun 2020 merupakan konsumsi rumah tangga. Untuk itu Pemprov Jatim terus berupaya mengamankan daya beli masyarakat melalui social safety net (kolaborasi antara program pemerintah pusat dan daerah), serta memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan bahan pokok melalui Lumbung Pangan Jatim.

“Selain itu kami juga terus menyerahkan bantuan dari Pemprov Jatim sebagai stimulus pemulihan ekonomi, memperkuat keberadaan Kampung Tangguh sebagai satuan terkecil PPKM Mikro di masyarakat, serta program pemulihan ekonomi berbasis UMKM sebagai backbone perekonomian Jatim,” pungkasnya.

Mantan Asisten Pemprov Jatim Hadi Prasetyo pun mengatakan bahwa bantuan keuangan ekonomi produktif merupakan instrumen yang efektif untuk bisa mengarahkan sekaligus mengkonsolidasikan survival ekonomi krisis dan penguatan langkah menuju pasca krisis.

Hadi yang pernah menduduki sebagai posisi penting di Pemprov Jatim, seperti Ketua Bappeprov pun memberikan kunci survive saat krisis seperti kondisi saat ini. Menurutnya, lapangan usaha pertanian dan perikanan yang kuat di Jatim, menjadi fundamental ekonomi saat krisis. “Usaha mikro, kecil, koperasi dan usaha menengah difasilitasi secara optimal untuk melalui krisis,” katanya.

Ia melanjutkan, program-program ekonomi produktif melalui bantuan keuangan provinsi kepada Kabupaten/Kota sangat mendukung ketahanan krisis. “Menuju pasca krisis, ekonomi Jatim perlu diarahkan pada produk unggulan yang melibatkan UMKM serat berbasis kawasan (Perpres 80/2019),” jelasnya.

Hadi berharap usaha mikro dan kecil diarahkan untuk masuk dalam industrialisasi produk unggulan berbasis teknologi. Untuk produk unggulan yang diarahkan ekspor, dilakukan dengan cluster kelompok berbasis potensi SDA kawasan.

“Inisiasi captive market, dilakukan dengan kemitraan usaha mikro-kecil dengan usaha menengah atau usaha besar,” tandasnya. (geh)

Tags: