Ramadan, 160 Lansia Nyantri di Pesantren Rejoso Peterongan

Dua wanita lanjut usia ini sedang membaca Alquran di salah satu ruangan serambi Masjid Pesantren Rejoso Peterongan Jombang. [ramadlan]

Satu Minggu Nenek Sofiyah  Khatamkan Alquran Dua Kali
Kabupaten Jombang, Bhirawa
Hari kedua puasa Ramadan, Sofiyah (67)  nenek asal Desa Sumberkarang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto ini baru menapakkan kakinya di Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang. Kedatangannya di Pesantren KH Romly Tamim ini untuk nyantri selama bulan puasa.
Di Pesantren Rejoso ini, tradisi nyantri atau mondok selama bulan puasa bagi kaum lansia alias lanjut usia  memang sudah berlangsung puluhan tahun. Bahkan sudah menjadi tradisi turun temurun.  Karena rata-rata yang nyantri adalah mereka pengikut Tarikat  Qodiriyah Wan Naqsabandiyah.
“Alhamdulillah, kalau berada di pesantren ini saya lebih bisa tekun ibadah,  terutama saat bulan Ramadan seperti sekarang ini,” tutur Sofiyah saat ditemui di serambi masjid induk pesantren yang berdiri sejak 1885 tersebut.
Selama seminggu berada di pesantren, nenek Sofiyah yang telah memiliki enam cucu ini mengaku telah menyelesaikan membaca Alquran hingga dua kali khatam. “Saya sudah tiga kali puasa nyantri di sini. Puasa tahun lalu, Alhamdulillah bisa mengkhatamkan Alquran sebanyak lima kali. Sudah begitu, ibadah pendukung lainnya juga lebih fokus. Seperti zikir salat malam, hingga mengaji kitab,”imbuhnya wanita dengan lima anak ini.
Bersama nenek Sofiyah ada sebanyak 160 lansia yang mengikuti pesantren selama Ramadan di Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. Mereka biasanya diantar oleh anak atau keluarganya untuk mondok.  Ketika puasa hendak berakhir, para santri lansia ini akan dijemput oleh keluarganya.
Bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari? Karena sudah menjadi budaya di pesantren, untuk kebutuhan makan minum banyak warung yang menyajikan makanan di sekitar pesantren.
Pengasuh Pesantren Darul Ulum KH Cholil Dahlan mengatakan  tradisi nyantri atau mondok selama puasa bagi kaum lansia di Pesantren Darul Ulum sudah berlangsung puluhan tahun. Bahkan sudah menjadi tradisi turun temurun. “Sudah sejak zaman kakek saya dulu. Karena memang kebanyakan dari mereka adalah jamaah tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyah yang berpusat di PPDU,” ujar Kiai Cholil.
Pada Ramadan kali ini terdapat 160 orang yang datang dari berbagai daerah. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan Ramadan tahun sebelumnya. Karena banyaknya para lansia, mereka ditempatkan di dua lokasi. ” Pertama di masjid utama, kemudian kedua berada di asrama puteri PPDU. Seluruh lansia itu selalu mengikuti kegiatan pengajian yang digelar di masjid induk,”jelasnya.
Selama berada di pesantren, ratusan lansia itu mendapatkan berbagai macam materi pelajaran. Mulai dari ibadah murni seperti salat, zakat, dan puasa, hingga menjalankan ibadah tambahan seperti zikir, kajian kitab, serta materi tentang akhlak.
“Pada pagi hari para lansia mengaji selama dua jam setelah Salat Duha. Kemudian mengaji lagi secara jamaah setelah Asar selama satu jam. Kedatangan para lansia ini ingin melakukan ribat atau ibadah selama 24 sehari selama bulan puasa,” ujar Kiai Cholil sembari mengatakan bahwa para lansia itu tidak ditarik biaya selama berada di pesantren. [Ramadlan]

Tags: