Ramadan, Alquran, dan Kisah Kegalauan

Buku GalauJudul    : Manage Your Galau With Al Qur’an
Penulis    : Miski Muhammadi Mudin
Penerbit   : Diva Press
Cetakan  : 1, 2016
Tebal     : 172 halaman
ISBN    : 978-602-391-175-5
Peresensi  : Al-Mahfud
Penikmat buku, Lulusan Tarbiyah Pendidikan Islam STAIN Kudus.

Bulan Ramadan menjadi bulan penuh berkah dan keutamaan. Berbagai ibadah dan amalan pahal dilipatgandakan Allah Swt. Selain puasa itu sendiri, ibadah paling utama di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Bahkan, bulan Ramadan juga disebut sebagai bulan Al-Quran. Sebab, pada bulan inilah Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril. Di antara keutamaan membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan adalah mendapatkan pahala besar dari Allah Swt., diangkat derajatnya oleh Allah Swt., mendapatkan syafa’at di hari kiamat, serta mendapatkan ketenangan dan ketenteraman jiwa.
Kita akan fokus pada keutamaan yang terakhir ini, yakni keutamaan membaca Al-Quran sesuai fungsinya sebagai asy-syifa’ (obat atau penyembuh). Dengan membaca Al-Quran, kita akan merasa lebih tenang dan berbagai penyakit hati akan hilang, salah satunya adalah kegelisahan atau kegalauan. Dan buku berjudul Manage Your Galau With Al Qur’an ini mendedahkan kisah kegalauan orang-orang pilihan yang dibadikan Al-Qur’an. Selain fungsinya sebagai penyembuh (obat) kegalauan, beberapa kisah dalam Al-Quran sendiri ternyata juga merekam tentang “kegalauan”.
Kegalauan diartikan sebagai kondisi jiwa, hati, atau pikiran yang sedang tak tenang yang tercermin dari perasaan sedih, cemas, bimbang, bingung, gelisah, resah, dan sejenisnya. Jika “galau” merujuk pada hal tersebut, maka sebenarnya juga sudah dialami umat sejak zaman dahulu. Kita bisa melacak beberapa istilah atau kata yang memiliki kedekatan makna dengan kata “galau” di dalam Al Quran. Diantaranya, al-huzn, al-khauf, al-batstsu, dan al-ghamm (hlm 26). Jadi, tak hanya manusia modern yang bisa dilanda kegalauan, orang-orang yang hidup berabad-abad silam pun mengalami kegalauan. Namun, tentu kegalauan yang direkam Al Quran menyimpan hikmah. Artinya, kegalauan itu tak sekadar kisah sedih yang mengharu-biru, namun kisah yang menyimpan pelajaran berharga dan kaya nilai-nilai keimanan dan spritual.
Misalnya, kegalauan Rasulullah Saw. yang terekam dalam Q.S Al-An’am (33). Uraian ayat tersebut mengisyaratkan kegalauan Rasulullah Saw yang erat kaitannya dengan sikap negatif pembesar Mekkah di awal dakwah. Menurut Al-Hasan, penyebabnya karena beliau dituduh sebagai tukang sihir, dukun, bahkan orang gila. Ada juga yang berpendapat, mereka dengan terus terang mengatakan tak beriman pada beliau dan tak menerima agama yang dibawa beliau. Hal inilah yang membuat Rasulullah Saw bersedih (hlm 29-31).
Kagalauan juga dirasakan Nabi Luth As., Dalam Al Qur’an dijelaskan kaum Nabi Luth As. adalah kaum yang menyukai sesama jenis (homoseksual). Sudah berkali-kali beliau mengajak mereka kembali pada fitrah manusia yang sebenarnya, namun Nabi Luth As. justru mendapatkan pengucilan, pengusiran, bahkan perlakukan tak senonoh. Di titik inilah kita melihat kegalauan Nabi Luth As. Kemudian, apa yang bisa didapatkan dari kisah kegalauan manusia pilihan tersebut?
Hal pokok yang kita dapatkan adalah tentang keimanan. Perhatikan kegalauan yang dialami Rasulullah Saw. Meskipun sudah berdakwah dengan lemah lembut, santun, dan ikhlas, beliau masih dianggap sebagai dukun dan tukang sihir yang mengada-ada. Namun, beliau tak pernah berhenti menyampaikan dakwah Islam. Ini tentu karena dilandasi keimanan yang kuat dalam diri beliau. Kegalauan, dalam hal ini bisa dikatakan sebagai ajang pembuktian iman. Ketika iman seseorang kuat, kegalauan seperti apa pun tak akan mampu meruntuhkan tekadnya untuk terus berjalan di jalan Allah Swt.
Selain Rasulullah Saw. dan Nabi Luth As., ada juga kisah kegalauan Nabi Zakariya As. Di usianya yang sudah renta, Allah Swt belum memberi Nabi Zakariya seorang anak. Namun, kegalauan Nabi Zakariya As. bukan tentang siapa yang akan menjadi pewaris rumah, harta benda, atau hal materi lainnya. Tetapi tentang siapa yang akan meneruskan perjuangan menyampaikan ajaran Allah Swt (hlm 69). Di tengah kegalauan tersebut, beliau tak pernah putus berdoa pada Allah Swt agar dikaruniai anak. Dari kisah kegalauan Nabi Zakariya As., tersebut, kita belajar memeliharan harapan kuat pada Allah Swt. meski dalam kegalauan.
Dan sebagaimana kita tahu, doa Nabi Zakariya dikabulkan. Istrinya hamil dan lahirlah Yahya, yang kelak juga menjadi seorang Nabi seperti ayahnya. Apa yang diulas buku ini, lewat kisah-kisah kegalauan orang-orang pilihan yang ada di dalam Al-Qur’an telah memberi kita banyak pelajaran tentang bagaimana menyikapi dan mengolah kegalauan. Bahwa kegalauan tak hanya tentang kesedihan dan penderitaan, namun kegalauan juga menyimpan pelajaran. Bahkan, jika dijalani dengan sabar dan benar, kegalauan bisa menghasilkan jalan menuju pencapaian baru atau perubahan menuju kebaikan.

                                                                                                                     ———- *** ———–

Rate this article!
Tags: