Ramadan, Bahagia Bersama

RamadanRembulan (qomariyah) penanda Ramadan sudah berbentuk tiga-perempat bulatan. Menandakan pelaksanaan ibadah puasa sudah berjalan hampir sepertiga. Masih tersisa 20 hari lagi. Inilah masa selama 30 hari yang paling ditunggu-tunggu di Indonesia. Juga di berbagai belahan dunia. Sampai gedung putih (istana presiden Amerika), dan istana Buckingham di Inggris, mengucapkan selamat pada datangnya bulan Ramadan.
Beberapa tahun terakhir, non-muslim sedunia turut merespons kebahagiaan menyambut bulan Ramadan. Walau di berbagai negeri bangsa (mayoritas) muslim, malah terjadi perang saudara. Di Suriah, Irak, dan Libya, muslim membunuh sesama muslim. Terorisme ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) telah menjadi “monster” berjubah yang siap melakukan pembunuhan masal umat Islam. Bahkan ISIS telah bersumpah menghancurkan Ka’bah, manakala bisa menguasai Mekkah.
Bangsa-bangsa Eropa dan Amerika telah menyadari benar, bahwa agama Islam mengutuk terorisme. Namun ironis, banyak organisasi teroris menggunakan label Islam. Berbagai tindak terorisme, malah menyebabkan isu ke-tertindas-an muslim dilupakan. Misalnya nasib bangsa Palestina, yang semakin tertindas dibawah rezim Zionis Israel. Hal yang sama juga dialami suku Rohingya (asal Bangladesh, di pengungsian Kamboja), dan suku Uighur (di Tiongkok).
Pada bulan Ramadan, bangsa muslim yang tertindas membutuhkan solidaritas dari saudara sesama muslim. Terutama dari Indonesia, sebagai muslim terbesar di dunia. Lebih lagi, Indonesia memiliki konstitusi yang meng-amanatkan keterlibatan aktif dalam perdamaian dunia. Amanat itu tercantum dalam muqadimah UUD 1945 alenia ke-empat. Bunyinya, “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, …”
Secara adat budaya maupun syariat, bulan Ramadan disambut dengan sukacita. Sebulan Ramadan, kesalehan sosial meningkat. Banyak sedekah ditebar dalam bentuk uang maupun makanan. Persaudaraan dan per-kerabatan makin dikukuhkan. Sebaliknya, seluruh perilaku permusuhan di-mampat-kan. Termasuk penyelenggaraan berbagai lomba (olahraga dan seni) yang memicu persaingan tak sehat.
Ramadan memiliki fungsi rekreatif yang sangat bermanfaat untuk memulihkan spirit dan inovasi. Selama sebulan puasa, hampir seluruh paradigma (pola pikir) dan tindakan, dilakukan dengan “standar” Ramadan. Terasa lebih ramah dengan tumbuhnya inner quotient (kecerdasan dari dalam diri). Sukses mengendalikan diri bukan hanya takut terhadap ancaman hukum undang-undang (maupun syariat), melainkan kesadaran murni.
Karena inner-quotient itu pula, hiburan malam tutup. Maksiat dan pekat (penyakit masyarakat) yang lain juga turut menyurut, karena situasi sosial yang baik. Bahkan pada masa lalu, inner-quotient “standar” Ramadan dijadikan momentum untuk proklamasi kemerdekaan RI. Para pendiri negara menggunakan momentum Nuzulul Quran (17 Ramadan) bertetapatan dengan 17 Agustus 1945 dijadikan sebagai hari lahir negara yang berdaulat, bebas dari kolonialisme.
Tetapi, benarkah syetan di-borgol pada bulan Ramadan? Sebab kenyataannya, masih ada sekelompok orang (komunitas eksklusif) yang coba menyusupi situasi khidmat Ramadan dengan tindakan jahat. Yakni, masih ada yang mencuri harta orang lain (dan harta negara), serta coba “mencuri” dendam dengan menebar teror. Nampaknya, diperlukan dakwah spesial untuk me-minimalisir eksklusifitas, berupa “pembinaan” oleh negara. Selebihnya, sisa tindakan jahat merupakan keniscayaan.
Situasi umum (dan sosial) respons terhadap Ramadan mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Juga “kerja sosial” pemerintah terasa lebih melayani hajat kultural Ramadan. Misalnya, dengan menggelar bazaar dan operasi pasar sembako. Ini menjadi cara “pembinaan” untuk mencegah kejahatan perdagangan oleh spekulan.
Pemerintah memiliki kewajiban mengamankan (dan menyamankan) bulan puasa Ramadan sejak awal sampai diujungnya (hari raya Idul Fitri). Karena rangkaian Ramadan sudah menjadi bagian sosial budaya paling kolosal. Didalamnya juga terdapat nilai ke-ekonomi-an (dan politik) tertinggi dan strategis.

                                                                                                                      ———   000   ———

Rate this article!
Ramadan, Bahagia Bersama,5 / 5 ( 1votes )
Tags: