Ramadan dan Implementasi Literasi Lingkungan

Oleh:
Husamah
Dosen FKIP UMM, Mahasiswa S3 Pendidikan Biologi UM

Bulan spesial yang dinanti seluruh umat Islam kembali menjumpai. Berbagai ritual keagamaan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan misi Ramadhan, yaitu mewujudkan hamba yang bertaqwa. Itulah amanah Allah SWT yang tertuang jelas dalam kitab suci-Nya, QS Al-Baqarah ayat 183.

Nabi Muhammad SAW pun mewariskan dua hadis yang popular bahwa “Man shama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih (Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu).” (HR. Bukhari). Dalam hadis lain dengan periawat yang sama, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Man qama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih. (Barangsiapa yang menghidupkan bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu)”.

Sebagai umat Islam yang sadar dan cerdas, sudah seharusnya kita memaksimalkan semua kemampuan kita untuk menggapai kemuliaan bulan Ramadhan ini. Adalah perintah ilahiah sangat jelas, yaitu agar manusia memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk taat kepada-Nya dan menjauhi langkah-langkah setan yang terus berupaya untuk mengelabui dan menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka.

Salah satu implementasi riil ketaatan kita dalam bulan Ramadhan adalah menjadi hamba yang peka terhadap problematika lingkungan. Ramadhan dapat menjadi momentum untuk bergerak secara individu maupun kolektif dalam mengatasi berbagai tuntutan kekinian bidang lingkungan hidup.

Problematika Lingkungan Kekinian

Begitu banyak problematika lingkungan yang terjadi saat ini. Semuanya bermuara pada kerakusan dan konsumsi yang berlebihan, konsumsi yang tidak berorientasi pada keberlanjutan (sustainability). Berbagai bentuk problematika yang dapat kita temui adalah pencemaran lingkungan, deforestasi dan menipisnya plasma nutfah, perubahan cuaca dan pemanasan global, dan munculnya penyakit-penyakit aneh.

Ada baiknya kita merenungi data yang dilansir World Health Organisation (WHO), di mana polusi udara membunuh sekitar tujuh juta orang di seluruh dunia setiap tahun. Data WHO menunjukkan bahwa hampir semua populasi global (99%) menghirup udara yang melebihi batas pedoman WHO yang mengandung polutan tingkat tinggi, dengan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menderita paparan tertinggi.

Lebih lanjut menurut WHO, dari kabut asap akibat pembakaran sampah yang menyelimuti kota hingga asap di dalam rumah, polusi udara merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan iklim. Efek gabungan dari polusi udara ambien (luar) dan rumah tangga menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun, sebagian besar sebagai akibat dari peningkatan kematian akibat stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru-paru dan infeksi saluran pernapasan akut.

Fungsi hutan yang berhubungan dengan flora dan fauna yaitu tempat tinggal dan berkembang biak, serta pelesatarian flora dan fauna. Jika hutan rusak maka akan terjadi kepunahan karena fungsi hutan tersebut menjadi rusak. Rusaknya hutan ini melipuli hilangnya keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta musnahnya plasma nutfah. Kerusakan hutan, misalnya disebabkan kebakaran hutan yang menimbulkan kerusakan ekosistem dunia sampai sekarang ini belum dapat ditanggulangi secara maksimal, dan terus terjadi secara berulang setiap tahunnya. Penyebab utamanya adalah kerasukan manusia dalam membuka lahan dan pencapaian target kebutuhan bidang perkayuan dan hasil hutan non kayu.

Saatnya implementasi literasi lingkungan

Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk memaksimalkan perbuatan baik tidak hanya kepada Sang Pencipta (hablu min Allah), tetapi juga kepada sesama manusia (hablu min al-nas) dan semesta (hablu min alam). Dalam konteks hubungan dengan semesta, kita mengenal istilah literasi lingkungan.

Makna literasi lingkungan yang paling diterima secara luas adalah bahwa literasi lingkungan terdiri dari kesadaran dan kepedulian tentang lingkungan dan masalah terkait, serta pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk bekerja menuju solusi masalah saat ini dan pencegahan masalah baru (NAAEE, 2004).

Dalam kontek literasi lingkungan yang didasari oleh kesadaran ber-Islam yang baik, telah diuraikan dengan tegas oleh para pakar. Imfadi Abu-Hola dalam artikelnya An Islamic Perspective on Environmental Literacy (Education, v130 n2 p195-211 Win 2009). Nilai-nilai agama dan aturan memainkan peran penting dalam mencapai keseimbangan di lingkungan. Salah satu tujuan besar Islam adalah membuat hidup menjadi mudah dan aman. Apalagi dalam agama Islam, sikap positif terhadap alam dan lingkungan sangat jauh jangkauannya. Dalam konteks ini, menurutnya, tidak boleh ada perilaku merusak atau berlebihan yang menjadi perilaku dominan manusia.

Lebih lanjut menurut Imfadi Abu-Hola (2009) manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk yang paling penting sesuai dengan tugasnya sebagai wakil di muka bumi, sehingga mereka bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan di lingkungan. Melihat secara mendalam nilai-nilai dan aturan Islam akan mengungkapkan bahwa semua konsep dan masalah lingkungan diperlakukan dengan cara yang sangat kuat dan jelas. Islam melarang perilaku negatif yang mengancam lingkungan, melarang penggunaan sumber daya alam secara berlebihan, wewajibkan umatnya mencegah polusi, selalu menjaga kebersihan, dan menghormati hewan, tumbuhan dan air. Semua itu termasuk nilai dan kewajiban seorang hamba, dalam pandangan Islam. Dapat disimpulkan bahwa tujuan besar dari semua ayat Al-Qur’an dan sabda serta hadits Nabi SAW adalah untuk membangun dan memelihara lingkungan yang sehat dan bersih dari segala sumber pencemaran atau penyalahgunaan (implementasi literasi lingkungan).

Dalam tatanan praktis, ada baiknya kita menerapkan apa yang disarankan oleh Hidayat Tri Sutardjo, Sekretaris Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI, dalam artikelnya (2022). Sebagai perwujudan literasi lingkungan secara riil, kita dapat melakukan secara konsisten kegiatan-kegiatan berikut. Kegiatan-kegiatan seperti pengurangan sampah sisa-sisa makanan, terutama di waktu berbuka, mengurangi penggunaan botol plastik, menghentikan penggunaan styrofoam, menggunakan tempat makanan dan minum tidak sekali pakai, membawa tas belanja sendiri, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sendirian, dan berkendaraan umum akan sangat baik mulai dilakukan selama Ramadhan ini.

Kita pun harus memulai berkomitmen untuk tidak merusak hutan (senantiasa menahan diri). Tidak boleh sembarangan menebang pohon yang menjadi paru-paru dunia. Membudayakan prinsip reuse, reduce, dan recycle sangatlah penting. Kita juga harus mengurangi kerakusan dan ketamakan kita dalam mengkonsumsi sumber daya alam. Dengan demikian, Ramadhan ini akan memberi nilai lebih kepada kita semua. Wallaahu a’lam bisshowab.

———- *** ———–

Tags: