Ramadan dan Kesedihan di Tengah Corona

Novi Puji Lestari

Oleh:
Novi Puji Lestari
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang

Ramadan di tengah pandemi virus Corona saat ini, bisa dipastikan di antara umat Islam banyak yang merasakan kesedihan. Melalui semua kegiatan yang harus terbatasi karena kebijakan dari pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial. Hingga akhirnya, semua ibadah jamaah harus terbatasi. Begitu pun kegiatan ekonomi nyaris tidak berdenyut. Sebagai akibatnya kondisi perekonomian setiap individu pun ikut terdampak karena virus Corona ini.
Kondisi yang demikian, hampir bisa dipastikan sebagian kita umat merasakan kesedihan. Namun,sebagai umat sekiranya kita harus percaya bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Dengan mengingat Allah akan membuat hati menjadi tenteram. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28).
Kesedihan yang kita rasa bersama saat pandemi saat ini adalah manusiawi. Apalagi, fitrah kita manusia memiliki sifat alami berupa sedih, yang hampir bisa dipastikan dimiliki oleh setiap manusia. Kesedihan bisa saja muncul akibat dari tidak dapat menerima keadaan, atau ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Seperti keadaan uang yang mulai menitis tapi kerja terbatasi seperti kondisi pandemi saat ini, kesusahan dalam hidup, kecewa, stres, atau patah hati dan masih kesedihan lainnya.
Kesedihan sebenarnya dibolehkan. Melalui kesedihan yang terasa secara biologis memiliki dampak baik bagi tubuh, yakni dapat membersihkan racun dan meluapkan emosi yang terpendam. Namun, yang menjadi masalah adalah manakala kesedihan itu harus berlarut-larut yang jika dibiarkan akan dapat membawa dampak buruk. Kesedihan yang berlarut-larut inilah yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Islam mengajarkan cara mengobati kesedihan.
Pertama, selalu ingat seruan-Nya, bahwa ‘Allah bersama kita”. Jadi artinya, seberat apa pun kesulitan dan kesedihan yang dirasakan, kita tidaklah sendiri. Sehingga, tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Allah bersama kita. Dialah Allah pemilik segalanya di dunia ini.
Dia Mahakuasa atas segala sesuatunya. Dia Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya berlarut dalam kesulitan. Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Dengan mengingat Allah akan membuat hati menjadi tenteram. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28).
Kedua, cara termudah adalah banyak berzikir; mengingat dan terus menyebut nama Allah. Berzikir tidak hanya mengunduh pahala besar, melalui zikir yang kita lakukan itu merupakan bagian dari amalan yang disukai para malaikat dan rasul-Nya. Selain itu, berzikir juga telah tersedia hal-hal indah untuk kebaikan diri dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Baik untuk sekarang atau nanti. Baik untuk kehidupan kita di dunia atau di alam akhirat.
Saat bertasbih, sejatinya kita sedang mengakses kesucian dan kebeningan sifat rahman rahim-Nya. Jadi sangat memungkinkan hati kita tidak akan berlama-lama dengan kesedihan. Melalui hati yang sedang dalam proses membeningkan dan menjernihkan, demi hadirnya sifat kasih dan sayang-Nya. Saat bertahmid, sejatinya kita sedang memuji keagungan dan kebesaran-Nya.
Sekiranya, di tengah situasi pandemi virus Corona saat ini kita masih diberi kesabaran. Sebab, betapa pun kita masih diberi kesempatan menikmati semua karunia-Nya. Teramat banyak nikmat yang Allah beri. Dan itu jauh tidak sebanding dengan ujian yang Allah beri. Tidak ada Zat yang bisa memberikan kebaikan yang indah dan sempurna, kecuali Dia, Allah SWT.
Melalui momen Ramadan inilah saatnya kita mengobati rasa kesedihan melalui tasbih, tahmid yang bisa kita lakukan dengan ketulusan hati. Semoga, ujian hadirnya pandemi Corona di negeri ini segera diangkat oleh Allah SWT, dengan begitu aktivitas sosial, ekonomi negeri bisa bangkit kembali seperti sedia kala. [*]

Tags: