Ramadan dan Melonjaknya Harga Kebutuhan Pokok

Oleh :
Nanang Qosim
Dosen Agama Islam Jurusan JKG Poltekkes Kemenkes Semarang.

Bulan Ramadan akan kita masuki. Datangnya Ramadan bagi kita selaku seorang mukmin adalah laksana “kekasih” yang sangat kita rindukan. Ketika “kekasih” yang akan datang, maka dengan suka cita, kita pasti berupaya untuk menyiapkan segala macam yang dapat mengantarkan penjumpaan kita dengannya menjadi penuh makna, penuh kesan dan senantiasa melahirkan harapan-harapan.

Ramadan merupakan sebuah cakrawala atas curahan karunia Allah SWT karena semua aktivitas hambanya yang beriman pada bulan Ramadan dinilai sebagai ibadah. Di bulan Ramadan, nafas-nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal-amal sholeh kita diterima dan doa-doa kita diijabah.

Kecil yang dilakukan tetapi besar pahalanya disisi Allah SWT. Ringan yang dikerjakan, namun berat timbangan dihadapan Allah SWT. Apalagi jika amal yang besar dan berat, tentu akan mampu melesatkan kita kederajat yang mulia (derajat yang mutaqin) dan meraih kenikmatan surga-Nya. Itulah, bulan yang suci, yang amat mulia, yang Allah berikan pahala melimpah didalamnya, sekaligus bulan yang penuh dengan rahmat dan maghfiroh Allah SWT.

Naiknya Harga

Namun di lain sisi, dari indahnya bulan Ramadan, masyarakat banyak yang “galau” disaat akan masuk di bulan Ramadhan. Dalam artian bukan galau atas bulan yang penuh rahmat ini, melainkan galau atas melonjaknya harga bahan kebutuhan pokok.

Terutama yang lagi heboh sekarang yakni harga minyak goreng. Banyak yang menyatakan sikap bahwa sangat jelas dan terang benderang bahwa urusan minyak goreng di negeri ini dikuasai oleh para spekulan yang memainkan harga seenaknya. Celakanya, pemerintah seakan tidak berdaya untuk bertindak melawan para pengusaha nakal itu.

Ketika pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi Rp14.000 per liter, pasokan minyak goreng ditahan. Berbagai merek minyak goreng dalam kemasan seakan lenyap ditelan bumi dari gerai-gerai ritel. Masyarakat harus antre berjam-jam untuk mendapatkan minyak goreng.

Kemudian, HET minyak goreng dihapus dan diserahkan pada harga pasar. Seketika itu pula minyak goreng banjir di pasaran. Namun, para spekulan yang mengontrol pasokan dengan seenaknya memainkan harga. Di gerai-gerai ritel harganya dilambungkan hingga Rp25.000 per liter. (Media Indonesia, 22 Maret 2022)

Informasi di atas sangat jelas, karena dalam pertemuan antara Menteri Perdagangan (Mendag) dengan DPR, pada tanggal 17 Maret 2022, di Senayan, Menteri Perdagangan (Mendag) pun mengakui kelangkaan minyak goreng akibat ulah mafia. Ia tak menyebutkan siapa mafia itu. Mendag mengaku, tidak mampu menghadapi mafia tersebut. Jelas ini sangat ironis.

Bahkan potensi kenaikan beragam bahan pokok di bulan Ramadhan disinyalir akan mulai terjadi di berbagai daerah akibat terjadi spekulasi harga dan tata niaga yang buruk. Kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok yang sudah melonjak, seperti daging, telur, gula pasir dan lain-lain. Jadi sungguh disayangkan Ramadan yang penuh rahmat ini malah menjadi budaya naiknya komoditas yang terus mengalami kenaikan harga yang tidak stabil.

Butuh Perhatian Pemerintah

Kenaikan bahan pokok di bulan Ramadan yang senantiasa terjadi hampir setiap tahun, mau tidak mau menjadi beban bagi daya beli masyarakat. Tentu kondisi semacam ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar pemerintah melakukan langkah tegas dan terukur untuk melakukan stabilisasi harga di lapangan.

Pemerintah tidak boleh lepas tangan terkait persoalan atas melonjaknya bahan pokok. Untuk itu, perlu kiranya ada kesungguhan dari pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan bahan pokok di pasar sampai ke masyarakat.

Salah satunya pemerintah perlu mengevaluasi harga menjelang dan nanti saat berada di bulan Ramadan. Demikian juga, pemerintah harus melakukan langkah yang tegas dengan cara melakukan pengawasan secara ketat di lapangan khususnya di pasar-pasar tradisional yang sering terjadi lonjakan harga yang tidak ideal.

Langkah konkritnya pemerintah juga harus segera melakukan operasi pasar terbuka secara efektif dan efisien bahkan sebelum nantinya mendekati hari raya idul fitri. Pun, pemerintah perlu mencegah spekulan-spekulan pasar yang sedang melakukan aksinya untuk menaikkan harga, yang mau tidak mau melonjaknya harga bahan kebutuhan pokok tersebut telah membuat masyarakat menjadi resah.

Oleh karena itu menurut hemat penulis, pemerintah dan jajarannya yang terkait bisa segera mungkin melakukan pengawasan secara ketat di dalam pengendalian lonjakan harga-harga kebutuhan pokok menjelang dan saat nanti berada di bulan suci Ramadan . Langkah pengawasan yang ketat pastinya akan mengurangi beban dari masyarakat umumnya dan khususnya bagi umat Islam yang menjalankan ibadah bulan suci Ramadan.

——— *** ———

Tags: