Ramadan, Gerakan Bersama Membangun Keluarga

Oleh :
Thoat Stiawan.
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Di dalam suatu keluarga pasti akan ada problem yang muncul. Tidak mungkin atau bisa dikatakan hampir mustahil jika perjalanan dalam membentuk keluarga itu mulus-mulus saja. Pasti akan ada problematika yang terjadi. Entah itu problematika yang bisa dikatakan sepele atau problematika yang bisa dikatakan serius. Problematika keluarga adalah keadaan dimana kehidupan suatu keluarga sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, baik problem kehidupan dari anak-anak, ataupun dari suami dan istri, bisa jadi semua ini terjadi karena kurangnya komunikasi dan waktu berbincang di keluarga, bahkan tidak ada waktu luang untuk sekadar makan bersama keluarga.
Bulan puasa selalu menjadi momen istimewa, karena menjadi momen yang tepat untuk menjalin komunikasi dan berkumpul bersama keluarga. Kebersamaan keluarga dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan menjadikan hubungan lahir, batin dan emosional semua anggota keluarga akan menjadi semakin erat sehingga menumbuhkan rasa kasih dan sayang serta kepedulian sesama anggota keluarga. Terlebih lagi semangat untuk memperbaiki diri dan keluarga menuju rida Allah, Setiap rumah tangga mendambakan keluarga bahagia, sejahtera, dan harmonis. Hal tersebut dapat tercapai dengan kebersamaan keluarga dengan cara menunaikan misi ibadah dalam kehidupan dan mentaati ajaran agama yang semuanya itu terwujud dalam hadirnya bulan suci Ramadan. Al-qur’an dalam surat At-Tahrim, ayat 6 menjelaskan “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim :6).

Gerakan Sahur Bersama
Gerakan sahur bersama adalah upaya bersama untuk mengingatkan kembali keluarga akan pentingnya meluangkan waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi bersama anggota keluarga. Gerakan sahur bersama mengandung makna menggunakan kesempatan/momentum makan untuk berkumpul dan berkomunikasi. Budaya berkumpul dan makan bersama keluarga sudah mulai terkikis (Ibrahim, 2015), Menurut Brad Sachs, PhD, pakar psikologis keluarga di Columbia, makan bersama adalah cara yang paling mendasar untuk menciptakan kedekatan dalam keluarga. Untuk menjalin kebersamaan keluarga saat berpuasa, mulailah dengan ritual makan bersama saat sahur. Momen sahur menjadi momen yang selalu dinanti, karena seluruh anggota keluarga bisa berkumpul dengan lengkap.
Tanpa adanya paksaan, momen kebersamaan di pagi buta tersebut seolah-olah menjadi magnet otomatis bagi seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di tengah waktu sahur yang terbatas dan rutinitas kegiatan di luar rumah yang belum dimulai. Kebersamaan anggota keluarga tersebut terjalin mulai dari rutinitas saling membangunkan dan mengingatkan setiap anggota keluarga untuk bangun sahur. Setelah itu momen kebersamaan pun semakin terasa saat seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan untuk menyantap hidangan sahur yang nikmat buatan Ibu. Selain itu, momen makan bersama saat sahur ini juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk saling bertukar cerita, curhat, hingga berbagi inspirasi, untuk semakin meningkatkan rasa kebersamaan dengan keluarga, disampin itu juga sahur merupakan suatu amalan yang disunnahkan “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Gerakan Berbuka Bersama
Salah satu kebiasaan yang berkesan di bulan Ramadan adalah berbuka puasa bersama keluarga. Nikmatnya tak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Saling membantu menyiapkan makanan berbuka, jalan-jalan sebelum berbuka puasa sambil membeli takjil, momen-momen kebersamaan yang sangat dinantikan setiap anggota keluarga. Saat berbuka puasa merupakan salah satu kebahagiaan seorang muslim. sebagai momen bahagia, sudah tentu berbuka puasa dipenuhi atmosfer kegembiraan, apalagi dikelilingi keluarga tercinta. Sungguh menjadi kebahagiaan yang berlipat ganda.
Sebenarnya, berbuka puasa sama saja seperti makan malam bersama. Bedanya karena menunggu azan magrib. Maka kebersamaan makan bersama keluarga adalah saat-saat indah membangun bonding antar anggota keluarga. Apalagi jika ada yang selama ini bermukim di luar kota, pastilah buka puasa bersama menjadi ajang saling melepas kerinduan. Berbuka puasa terasa tidak lengkap jika hanya dilakukan sendirian. Dianjurkan agar makan secara berjamaah. Maka buka puasa bersama menjadi hal spesial yang menjadi tradisi yang sangat berkesan dan menjadi kenangan tersendiri yang akan terus diingat sampai kapan pun. “Orang yang berbuka puasa mempunyai dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya karena puasa yang dilakukannya” (HR. Bukhari & Muslim).

Gerakan Tadarus Bersama
Bertadarus bersama menjadi momentum berharga di bulan yang penuh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT, Tadarus di waktu Ramadan menjadi kesempatan sangat baik untuk dilaksanakan bersama anak, istri, dan keluarga di rumah, banyak umat Muslim keliru mengartikan tadarus dengan berlomba-lomba membaca Al Quran di masjid. Dalam konteks keluarga, kegiatan tadarus Al-Qur’an bersama keluarga bisa menjadi salah satu aktivitas untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Tadarus bukan sekadar membaca Al Quran tetapi memahami dan mempelajarinya dengan saling berinteraksi. Di sini pentingnya kesadaran orangtua dan anggota keluarga untuk mengoptimalkan keberkahan di bulan suci Ramadan. Kegiatan tersebut bisa dilaksanakan menjelang buka puasa, setelah salat tarawih, setelah salat subuh, atau pada waktu lainnya. Selain melipat gandakan amal ibadahnya, tadarus bersama adalah bagian dari memanfaatkan momen berharga untuk menanamkan keimanan, mengenalkan dan mengajari nilai-nilai agama pada anak. Membaca Al Quran juga menjadi ibadah yang utama untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Seutama-utama ibadah umatku adalah membaca Al Quran.” (HR. Baihaqi).

Gerakan Berbagi Bersama
Bulan Ramadhan menjadi bulan yang spesial karena ada kesempatan untuk berbagi yang terbentang luas. Di mana semua umat muslim yang merayakannya saling berlomba-lomba untuk berbuat baik. Mengingat, di bulan ini lah keberkahan, pahala yang berlipat serta ampunan Allah SWT terbuka lebar untuk umat muslim yang ingin memperbanyak pahala dan menghapus dosa-dosanya. Ada banyak cara untuk melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, salah satunya yang sudah menjadi tradisi adalah saling berbagi. Entah itu berbagi takjil, menu buka puasa, menu sahur, hingga santunan anak yatim. Ramadhan itu memang indah, penuh kasih sayang dan kebersamaan.
Bulan Ramadan juga merupakan momen di mana setiap orang belajar untuk berbagi kepada sesama melalui zakat. Dengan pemahaman tentang makna berbagi, keluarga akan terbiasa untuk saling berbagi dan membantu. Hal ini akan membentuk toleransi dalam memahami satu sama lain dan saling membantu. Rasa pemahaman ini tentu akan memperkuat keharmonisan dalam keluarga. Momen Ramadan adalah momen yang indah dan berharga bagi setiap keluarga. Maknai bulan Ramadan yang penuh berkah ini untuk saling memperkuat rasa pengertian, saling memahami dan memaafkan, berani bicara dan jujur, serta saling mengembangkan satu sama lain melalui komunikasi efektif antar anggota keluarga. “Barangsiapa yang menjumpai saudaranya yang Muslim dengan (memberi) sesuatu yang disukainya agar dia gembira, maka Allah akan membuatnya gembira pada hari kiamat.” (HR. Thabrani).

Gerakan Refleksi Diri Bersama
Bulan Ramadan juga saat di mana setiap orang melakukan refleksi diri dan perbaikan diri. Berpuasa tidak hanya menahan haus dan lapar, tetapi bagaimana setiap orang menahan amarah, nafsu dan segala keinginan duniawi. Hal ini akan melatih diri untuk senantiasa berefleksi atas segala kekurangan yang ada dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Momen ini akan sangat baik diterapkan dalam keluarga. Bulan Ramadan adalah momen di mana setiap orang bisa kembali mendekatkan diri pada keluarga dan saling memaafkan antar anggota keluarga. Selain itu, melalui proses pengembangan diri dalam berpuasa, baik orang tua maupun anak-anak juga dilatih untuk senantiasa jujur, berani bicara mengakui kesalahan dan meminta maaf. Momen ini tentu akan semakin memperkuat keharmonisan dalam keluarga. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok (hari akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19).

——– *** ———

Tags: