Ramadan, Momen Perkuat Kebersamaan

Ani Sri Rahayu

Oleh:
Ani Sri Rahayu
Dosen PPKn (Civic Hukum) Univ Muhammadiyah Malang

Alhamdulillah Ramadhan 2022/1443 Hijriah telah tiba, bulan yang selalu dinanti oleh orang-orang yang rindu akan keberkahan, kemuliaan serta ampunan. Meskipun, pada tahun ini umat muslim di Indonesia memiliki perbedaan penetapan jatuhnya 1 Ramadhan 1443 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah. Pemerintah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Minggu, (3/4), sedangkan Muhammadiyah Sabtu (2/4).
Namun, setidaknya kenyataan itu tidak mengurangi kebersamaan kita. Perbedaan yang terjadi sepatutnya menjadi berkah bagi umat Islam yang menjalani ibadah puasa di tahun ini. Dengan tetap menjadikan momentum Ramadan sebagai momentum kebersamaan untuk menghindari segala perselisihan dan perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Perbedaan yang ada adalah membawa rahmat selama mengacu pada bagaimana menyatukan hati dan bersama-sama dalam membangun bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kini saatnya seluruh umat muslim agar mengisi Ramadhan dengan berbagai amal kebaikan demi meningkatkan kesalehan diri dan kesalehan sosial.
Terlebih, keberadaan Ramadan sebagai bulan istimewa untuk mendapatkan predikat muttaqin (QS Al-Baqarah [2]: 183) memiliki beberapa kelebihan dibanding bulan lain. Puasa Ramadan disebut sebagai bulan pendidikan (tarbiyah). Selain itu, pula Ramadan adalah untuk mengukuhkan tali ukhuwah yang mungkin sempat renggang di bulan-bulan sebelumnya. Oleh sebab itulah, keberadaan Ramadhan bisa terimplementasikan sebagai sarana pengintegrasian bangsa ini.
Integrasi nasional sendiri merupakan suatu ikatan dan kebersamaan antar manusia tanpa membedakan kasta, keyakinan, agama atau jenis kelamin. Tiap negara sangat membutuhkan faktor pendorong integrasi nasional untuk menjali sebuah kesatuan. Terlebih Hakikat ibadah puasa sesungguhnya adalah berkaitan dengan integritas individu dalam melakoni kehidupan sosialnya. Prosesi ibadah puasa adalah perwujudan integritas ibadah sosial (hablum-minan-nas) dan nilai-nilai religiusnya (hablum-min-allah atau tauhid).
Untuk itu, mari kita jadikan ramadhan sebagai momentum kebersamaan untuk saling mendoakan dan mendukung pembangunan bangsa yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, dan momentum untuk mengembalikan kembali kebersamaan keluarga, sekaligus sebagai bulan untuk berbagi antarsesama manusia, apalagi berbagi dengan saudara-saudara kita yang kurang mampu (dhu’afa).
Selain itu, keberadaan Ramadan adalah momentum positif guna mengoreksi segala perilaku kehidupan ekonomi, sosial, dan ibadahnya. Ramadhan sepatutnya diarahkan guna meningkatkan nilai ibadah sosial (hablum-minan-nas) dan nilai-nilai religiusnya (hablum-min-allah atau tauhid). Bulan membangun solidaritas dan kesetiakawanan sosial sekaligus membangun hubungan yang lebih erat dengan Allah SWT, sekaligus sebagai sarana momen perkuat kebersamaan. [*]

Rate this article!
Tags: