Ramadan, Sarana Melatih Integritas Diri

Ani Sri Rahayu

Oleh:
Ani Sri Rahayu
Dosen PPKn (Civic Hukum) Univ Muhammadiyah Malang

Ramadan menurut ajaran Islam, disebut sebagai penghulu dari segala bulan. Karena bulan ini penuh kemuliaan, hikmah, berkah, dan ampunan (maghfirah). Selain itu, puasa ramadan juga memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang bertakwa, berilmu, bersyukur, dan cerdas (QS Al-Baqarah [2]: 183-188). Oleh sebab itulah, keberadaan Ramadan sebagai bulan istimewa untuk mendapatkan predikat muttaqin (QS Al-Baqarah [2]: 183) memiliki beberapa kelebihan dibanding bulan lain. Dan, selain itu puasa Ramadan disebut sebagai bulan pendidikan (tarbiyah).
Itu artinya, bulan puasa ramadan ini adalah waktu dan cara yang tepat untuk mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya meskiupun diperbolehkan (QS. Al A’raf,7:3). Mengingat Ramadan bisa terbilang sebagai bulan pendidikan maka keberadaan Ramadan adalah momentum positif guna mengoreksi segala perilaku kehidupan ekonomi, sosial, dan ibadahnya. Oleh karenanya, Ramadan sepatutnya diarahkan guna meningkatkan nilai ibadah sosial (hablum-minan-nas) dan nilai-nilai religiusnya (hablum-min-allah atau tauhid). Bulan membangun solidaritas dan kesetiakawanan sosial sekaligus membangun hubungan yang lebih erat dengan Allah SWT.
Melalui pemahaman itulah, puasa dapat mengantarkan seseorang mengalami transformasi diri yang dahsyat menuju kesempurnaan etik-moralitas yang luhur; al-akhlaq al-karimah. Dengan demikian, semakin jelas adanya bahwa sejatinya puasa memiliki makna signifikan untuk melatih integritas diri, bukan hanya di alam eskatologis, tapi juga dalam kehidupan nyata di dunia saat ini. Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan serta prinsip. Integritas diartikan pula sebagai sikap kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Termasuk pun kesediaan untuk menegakkan keadilan (QS An-nisa’ [4]: 135).
Integritas dalam bentuk komitmen, kejujuran dan konsistensi, pengendalian diri, ketabahan, atau sejenisnya. Dari situlah, bisa terdiskripsikan atau tergambarkan bahwa orang yang berintegritas dipercayai karena ucapannya juga menjadi tindakannya. Berintegritas karena mulut dan hatinya tidak bertengkar. Tiada pertentangan sikap karena memiliki pendirian dan punya komitmen dalam setiap amalannya (QS Fushilat [41]: 30). Kualitas integritas terlihat pada keutuhan yang berasal paduan kejujuran dan konsistensi. (QS Al Baqarah [2]: 42). Orang yang berintegritas akan mendapat kepercayaan dari orang di sekelilingnya, komunitasnya, atau dari siapa pun yang mengenal karakternya (QS Al-Anam [6]: 82).
Merujuk dari ayat itulah, tersirat jelas bahwa puasa mengajarkan nilai-nilai keluhuran, puasa sangat bisa menjadi jalan membangun integritas diri dan menempa spiritual pribadinya. Untuk itu, momen ramadan adalah waktu yang sangat pas untuk meningkatkan keilmuan agama demi memperkuat integritas diri. Sebab, ramadan adalah tepat-tepatnya waktu sebagai momentum untuk mendidik jiwa, serta meneguhkan integritas dalam perang melawan hawa nafsu di fananya dunia ini. Untuk itu, puasa di bulan ramadan seyogianya menjadi stimulus bagi segenap umat manusia untuk belajar membiasakan diri berbuat jujur dan sederhana agar terhindar dari perilaku koruptif, senantiasa teguh mempertahankan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan yang sejatinya menjadi keutamaan ramadan. [*]

Tags: