Ramadan Tetap Bermakna di Tengah Corona

Dr M Sholihin Fanani

Oleh :
Dr M Sholihin Fanani
Penulis adalah Ketua Majelis Tabligh PW. Muhammadiyah Jatim dan Dosen Agama Islam UMSurabaya.

Ramadan telah datang. Namun, gaungnya masih sepi, kalah dengan berita Corona yang sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda kapan akan berakhir. Bahkan pemerintah justru menetapkan masa darurat Covid-19 menjadi 29 Mei 2020. Pemerintah pun akhirnya juga melarang agar masyarakat tak melakukan tradisi mudik, karena dikhawatirkan menambah jumlah korban yang terpapar virus corona.
Bagi umat Islam, jangan sampai kita terlena oleh virus corona, sehingga lupa bahwa ramadan sebentar lagi akan tiba. Jangan sampai ramadan tahun ini kehilangan makna di tengah kesibukan kita menghindari pandemi corona. Yang terpenting bagi kita adalah mengikuti semua prosedur kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah, yaitu dengan melakukan social distancing, physical distancing, mencuci tangan, menggunakan masker pada saat keluar rumah, Stay at Home, Work From Home.
Menurut Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih, bahwa awal ramadan 1441 H jatuh pada tangga 24 April 2020, dan 1 Syawwal akan jatuh pada 24 Mei 2020 M. Kemungkinan besar kita akan mengawali bulan ramadan tahun ini secara bersamaan dan mengakhiri ramadan juga bersamaan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah memberikan panduan tentang tatacara beribadah selama wabah covid-19, tatacara Salat Tarawih dan Idulfitri, yaitu tidak menyelenggarakan shalat berjamaah di masjid, shalat tarawih di rumah masing-masing dan tidak menyelenggarakan Salat Idulfitri, untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19 yang semakin luas.
Justru ramadan kali ini harus dapat kita jadikan pembelajaran yang berharga bagi umat Islam, untuk menjadikan rumah sebagai tempat ibadah dan menggali pahala sebanyak-banyaknya dari rumah. Bila selama ini masjid sebagai pusat ibadah, maka sekarang saatnya kita jadikan rumah kita jadikan sebagai pusat ibadah. Dan rumah kita akan lebih berkah.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar ramadan tidak kehilangan makna di tengah pandemi corona.
Pertama, bagi umat Islam, bahwa menjelang ramadan ini bisa dimanfaatkan untuk saling mengrimkan pesan, saling mengingatkan bahwa sebentar lagi ramadan akan tiba. Saling bermaafan diantara kita, antara anak dengan orang tua, suami dan istri, dengan tetangga barang kali selama ini ada kesalahan dan kekhilafan baik disengaja maupun tidak disengaja. Juga kepada orang-orang yang selama ini dekat dengan kita. Bisa juga sebelum memasuki ramadan ini, kita manfaatkan untuk membayar hutang, barangkali ada diantara kita yang mempunyai tanggungan yang belum terbayarkan, maka memasuki ramadan inilah saat yang untuk membayar hutang-hutang kita.
Kedua, bagi para orang tua, kegiatan stay at home bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Misalnya kegiatan shalat berjamaah, shalat tarawih berjamaah dengan menjadikan anak-anak yang sudah mahasiswa atau SMA untuk menjadi Imam. Kemudian juga memberikan kultum (kuliah tujuh menit) dengan tema yang ringan seperti; pengertian puasa, syarat saah puasa, tujuan puasa, orang-orang yang boleh meninggalkan puasa, Nuzulul Quran, Lailatul Qadar, i’tikaf, hal-hal yang membatalkan puasa, amalan-amalan yang disunnahkan selama bulan puasa, keutamaan bulan puasa, zakat fitrah, makna idul fitri. Juga bisa dimanfaatkan untuk tadarus bersama, bergiliran membaca Alquran. Hal ini akan sangat menarik sekali dan bisa dijadikan sebagai bahan untuk melatih keberanian anak-anak kita untuk tampil didepan orang lain.
Ketiga, bagi para takmir Masjid atau Musala. Walaupun tidak ada kegiatan shalat tarawih di masjid atau Musala, namun harus tetap memiliki strategi bagaimana tetap berfungsi untuk mengatur jama’ah masjid dari rumah. Misalnya, mengirimkan pesan melalui grup masing-masing masjid atau musala yang sudah ada untuk mengingatkan bahwa ramadan sebentar lagi akan tiba, mengirimkan jadwal imsakiyah, membangunkan jama’ah untuk makan sahur, mengirimkan jadwal untuk penerimaan zakat. Selain itu juga bisa mengajak jamaah untuk mendengarkan ceramah tarawih melalui aplikasi zoom, facebook, instgram dan aplikasi lainnya. Juga bisa mengajak jamaah untuk tadarus melalui aplikasi tersebut. Atau juga meminta jama’ah atau ustadz untuk mengirimkan rekaman ceramah melalui rekaman suara. Takmir juga bisa menghimbau kepada jamaah untuk membayar zakat, infaq dan shodaqoh. Dan menjajak jama’ah masjid untuk berbagai kepada saudara-saudara kita yang terdampak covid-19.
Keempat, bagi para ustadz juga harus lebih kreatif. Biasanya di bulan Ramadan ramai permintaan untuk tausiyah, tahun ini kumungkinan besar akan sangat sepi. Karena banyak masjid dan musala yang tidak menyelenggarakan kegiatan salat berjamaah dan tarawih di masjid. Sehingga banyak takmir masjid dan musala yang sudah mengirimkan pesan bahwa jadwal shalat tarawih ditiadakan. Hal ini tidak boleh mengurangi tugasnya sebagai ustadz yang harus memberikan tausiyah.
Walaupun tausiyah tidak bisa dilakukan dengan bertatap muka dengan jama’ah secara langsung, tetapi masih bisa dilakukan dengan cara online. Misalnya menggunakan tausiyah online, live streaming, facabook, Instagram you tube, membuat ceramah-ceramah singkat dan divideokan sehingga jamaah akan tetap mendapatkan pencerahan.
Mari kita berpikir yang lebih kreatif dalam menghadapi ramadan tahun ini. Dengan banyak membaca istighfar dan memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga wabah ini segera diangkat oleh Allah dari muka bumi sehingga kita bisa beribadah dengan tenang.
Wallahu A’lam Bishawab [*]

Tags: