‘Rampas’ Tas Kresek, Sebagian Warga Paham

Kampanye anti Tas kresekPemprov Jatim, Bhirawa
Kelompok Komunitas Nol Sampah didukung instansi terkait akhirnya melangsungkan ‘perampasan’ tas kresek di salah satu pusat perbelanjaan di Ciputra Word Plaza. Hasilnya, banyak warga yang mulai paham akan kebijakan tersebut dan tidak menolak untuk dikenakan biaya untuk tas kresek.
Ketua Komunitas Nol Sampah Wawan Some mengatakan, pihaknya akan melangsungkan kegiatan sosialisasi dan ‘perampasan’ terhadap tas kresek beberapa tempat. “Kamis ini (kemarin, red), kami melangsungkan kegiatan di Ciputra World Mall, selanjutnya Jumat (Hari ini,red) akan berlangsung di Grandcity Mall,” katanya, (18/2)
Kegiatan besarnya, lanjut Wawan Some, kegiatan yang sama akan berlangsung pada hari Minggu (21/2) berlokasi di Taman Bungkul Surabaya. “Sekaligus rencananya nanti juga akan tele konferensi dengan Presiden RI, Joko Widodo,” katanya.
Dikatakannya, selama kegiatan sosialisasi dan ‘perampasan’ tas kresek ini, sebagian warga masyarakat sudah memahami dan tidak menolak jika pusat perbelanjaan mulai mengenakan biaya tas kresek minimal sebesar Rp200.
“Biaya minimal tas kresek itu merupakan hasil produksi tas kresek. Kalau ukurannya besar yang bisa mencapai Rp 500. Harga ditetapkan KLHK dan berlaku secara nasional,” ujarnya.
Dikatakannya, pada 21 Pebruari 2106 yang merupakan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, uji coba tas kresek berbayar atau tidak gratis lagi ini harus  sudah diimplementasikan secara nasional. Nantinya ujicoba akan dilakukan evaluasi kembali setelah tiga bulan sebelum peraturan menteri dirilis.
Sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup  (BLH) Jatim turut mendukung dan mendorong seluruh pusat perbelanjaan agar mengenakan biaya tambahan tas kresek minimal Rp200. Hal itu merupakan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Dikatakan  Kepala BLH Jatim, Bambang Sadono melalui Kabid Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Uda Hari Pantjoro mengatakan, Jatim tetap mendukung dan menyambut baik kebijakan itu, karena selama ini plastik merupakan bahan yang tidak mudah terurai. Meskipun ada plastik yang terurai pun, masih ada kandungan bahan karbon yang berbahaya.
Di Jatim, pengurangan penggunaan tas kresek juga terus digaungkan melalui sekolah Adiwiyata, sehingga generasi mendatang bisa memanfaatkan bahan lainnya yang ramah lingkungan sebagai pengganti tas kresek.
“Memang lebih baik kembali ke jaman dulu, dimana jika membeli sesuatu sebelumnya membawa tas kain atau tas yang ramah lingkungan untuk berbelanja. Atau membeli makanan dengan menggunakan rantang atau lainnya,” katanya.
Surabaya Memulai
Mulai hari Minggu (21/2) besok, warga Kota Pahlawan dihimbau secara mandiri membawa kantong belanja saat berbelanja di gerai-gerai retail modern di seluruh Kota Surabaya.
Selain untuk turut mengurangi limbah plastik, himbauan ini juga merujuk dari Surat Edaran Kementrian Lingkungan Hidup nomor : SE-06/PSLB3-PS/2015, tentang Antisipasi Penerapan Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Pada Usaha Retail Modern mulai 21 Februari hingga 5 Juni 2016 mendatang.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secara aktif melakukan koordinasi dengan LSM, perguruan tinggi, pelaku retail modern, PD Pasar hingga pedagang di Sentra PKL terkait sosialiasi penggunaan kantong plastik sebagai media penyimpanan.
”Karena kantong plastik adalah benda yang paling mudah pengalikasiannya, setelah berisikan barang belanjaan hanya perlu dikaitkan di kendaraan bermotor atau sepedah. Namun, kantong plastik juga merupakan limbah paling susah dibersihkan, sekali dia tersangkut di saluran pembuangan, maka ia berubah menjadi jari bagi sampah yang lain,” tegas Musdiq Ali Suhudi.
Musdiq Ali Suhudi menambahkan, Pemkot Surabaya akan memasukkan syarat-syarat tentang pengetatan kantong plastik saat pengusaha retail melakukan pengurusan izin. Menurut pejabat yang gemar bermain sepak bola, komitmen dari masyarakat dan pemilik retail adalah syarat utama keberlangsungan kampanya diet kantong plastik ini.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya Chalid Buhari menambahkan, 34 dari 100 persen sampah di TPA Benowo merupakan sampah dari kantong plastik. Artinya, sekitar 400 ton sampah plastik perhari masuk di TPA Benowo. Namun, partisipasi warga Kota Surabaya turut mengurangi peredaran sampah yang masuk ke TPA tiap harinya.
”Sebenarnya program diet kantong plastik sudah disuarakan oleh Pemkot Surabaya sejak dahulu. Pemkot melalui Dinas Pendidikan memiliki program kantin sehat. Selain itu, program Green and Clean, merdeka dari sampah yang meraih partisipasi tinggi dari wargi juga turut mereduksi produksi sampah setiap harinya,” imbuh Chalid Buhari. [rac dre]

Tags: