Rampungkan Tugas Akhir, Calon Lulusan Smekdor Surabaya Produksi Tujuh Film

Siswa SMK Dr Soetomo Surabaya mengikuti ujian keterampilan dengan membuat Tugas Akhir berupa film pendek dengan berbagai macam genre. [adit hananta utama]

Surabaya, Bhirawa
SMK Dr Soetomo (Smekdor) Surabaya segera meluluskan siswa angkatan pertamanya untuk jurusan produksi film dan televisi. Sebagai syarat kelulusan, para siswa di jurusan ini harus menyelesaikan Tugas Akhir (TA) berupa produksi film. TA ini sekaligus menjadi ukuran dalam uji kompetensi siswa untuk memperoleh sertifikat keahlian pendamping ijazah.
Menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi Persatuan Karyawan Film dan Televisi (KFT) Indonesia, sebanyak 56 siswa mengikuti uji sertifikasi selama dua hari dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).
Menurut Kepala Smekdor Surabaya, Juliantono Hadi, ujian ini merupakan kewajiban siswa sebelum dinyatakan lulus. Sebab, mereka membutuhkan sertifikat kompetensi yang diakui oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
“Ini angkatan pertama dari prodi baru Smekdor yang akan lulus tahun ini. Dari 56 siswa ini, 22 diantaranya ikut Program SMK empat tahun, selebihnya hanya Program SMK tiga tahun,” ujar pria yang akrab disapa Abah Anton ini, Rabu (31/3).
Sementaraitu, Ketua Jurusan Produksi Film Smekdor Surabaya, Azhari Cahyono mengungkapkan, uji kompetensi ini dimulai dengan pembagian siswa dalam tujuh kelompok dan kemudian satu kelompok memproduksi satu film. Kemudian penilaian dilakukan mulai dari pra produksi film hingga post produksi film selama empat bulan.
“Pembuatan film ini juga termasuk penilaian ujian semester, jadi guru pembimbing di sekolah juga ikut mengarahkan dan menilai proses produksinya,” urainya ditemui di sela uji kompetensi.
Azhari menjelaskan, dalam pembentukan kelompok, setiap siswa juga memilih posisinya dalam produksi film. Mulai dari sutradara, produser, juru kamera, asisten sutradara, asisten kamera, bagian art, bagian lighting, bagian audio dan pembantu umum. Sebab posisi siswa dalam produksi film ini yang kemudian akan diuji dalam sertifikasi.
“Produksi film bisa dilakukan di sekitar rumah siswa asal mendapat izin dari warga dengan adanya stempel resmi. Karena selama produksi juga harus menerapkan Protokol Kesehatan,” urainya.
Setelah lolos uji sertifikasi, para siswa akan mendapat sertifikat profesi level dua. Sehingga bisa menjadi bekal siswa saat akan mencari pekerjaan di bidang produksi film.
Selain uji sertifikasi, tujuh film hasil produksi siswa ini juga di tayangkan di halaman sekolah untuk ditonton bersama siswa lainnya.
“Jadi sebagai apresiasi karena mereka sudah membuat film sendiri, kami manfaatkan fasilitas di sekolah untuk nonton bersama sesuai dengan Prokes,” pungkasnya.
Penguji LSP KFT Indonesia, Gunawan Paggaru mengungkapkan, dalam uji kompetensi ini karya film yang dibuat siswa sebagai referensi untuk melihat kompetensi siswa. Mulai dari pengetahuan tentang film, skill dan sikap dalam produksi film.
“Kami tidak berbicara estetika film dalam kompetensi ini, yang coba kami ukur itu pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka terhadap tugas mereka,” urainya pria yang juga menjabat Ketua Umum di KFT Indonesia ini.
Sejauh ini, menurutnya para siswa sudah cukup mengetahui tugas mereka secara dasar sesuai level mereka di SMK. Hal ini sebagai modal terjun ke industri.
“Dalam masa pandemi ini, para lulusan produksi film ini harus jeli melihat peluang. Bisa mempersiapkan cerita dulu di rumah dan meningkatkan kompetensi menulisnya. Saat pandemi lewat bisa diproduksi,” paparnya.
Melihat peta industri film di Indonesia, menurutnya saat ini butuh tenaga hingga 60 ribu orang dalam produksinya. Sementara itu, pemenuhannya saat ini baru 50% nya, bahkan yang kompeten hanya 1%.
“Kegiatan uji kompetensi ini sebagai pendamping ijazah siswa yang membuktikan kompetensi siswa sesuai profesinya. Sehingga saat kerja tidak salah alamat, berbeda dengan ijazah yang hanya menunjukkan kelulusannya, tapi tidak ada profesinya sehingga saat kerja bisa sesuai kompetensinya dan produktif,” pungkasnya. [tam]

Tags: