Rancang Maket Interior, Gandeng Sebelas Komunitas Kreatif

Rancang Maket Interior, Gandeng Sebelas Komunitas Kreatif

Upaya Mahasiswa UK Petra Tingkatkan Potensi Budaya dan Wisata
Surabaya, Bhirawa
Ratusan mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya gandeng sebelas komunitas di Surabaya untuk tingkatkan potensi Kota Surabaya. Mulai dari seni, budaya hingga sosial masyarakat.
Kepala Studio Mata Kuliah Desain Interior dan Styling 4 (DIS 4), Dian Thamrin menilai jika pameran yang bertajuk “Design for Creative Communities of Surabaya” merupakan upaya dalam mendukung komunitas kreatif yang mempunyai potensi meningkatkan nilai budaya dan wisata kota Surabaya. Sebelas komunitas yang tergabung diantaranya, Komunitas Love Suroboyo, My Sister’s Fingers, Komunitas Tiada Ruang, Persatuan Layang-layang Surabaya, Paguyuban Pataka Surabaya, Surabaya Kustom Kulture, Surabaya Sehat, Surabaya Diecast Club, Komunitas Cinta Berkain Indonesia, Cosplay Surabaya (Cosura) dan De Mardijkers.
“Kami menggandeng sebelas komunitas ini bergabung, agar mahasiswa bisa menangkap aspirasi yang diinginkan oleh para komunitas ini” ungkapnya. Lebih lanjut, dalam perancangan Desain Interior, Diana mengaku jika pihaknya memanfaatkan dana hibah Dikti untuk pembiayaan pembuatan maket dan booth dari desain interiror yang diinginkan masing-masing komunitas. “Pembuatan rancangan interior ini menggunakan dana hibah dari Dikti. Beberapa juga menggunakan dana dari penelitian dosen” imbuh dia.
Sehingga nantinya, lanjut dia, dengan menggunakan konsep pembelajaran Service Learning komunitas yang ada di Surabaya mampu meningkatkan nilai sosial di masyarakat. adapun berabagi objek yang dipamerkan, diantaranya 105 maket hasil perancangan interior dengan skala 1:50, 105 poster hasil perancangan interior, 4 buah booth komunitas (Cosura, Paguyuban Pataka, Komunitas Cinta Berkain Indonesia dan Surabaya Diecast Club) dengan skala 1:1 dan 11 poster yang menampilkan hasil tugas perancangan booth komunitas.
Salah satu mahasiswa semester 6 Desain Interior, Favian Grady Susanto mengungkapkan jika pihaknya membuat sebuah maket Interior yang di cita-citakan komunitas Love Surabaya dengan penambahan Jembatan Merah sebagai penghubung di antara dua masa yang di lalui kota Surabaya, yaitu Surabaya tempo dulu dan Surabaya Sekarang.
“Komunitas Love Surabaya bercita-cita agar masyarakat saat ini bisa belajar dari sejarah masyarakat kota Surabaya jaman dahulu. Jadi saya menggunakan Jembatan Merah ini selain sebagai icon juga sebagai penghubung dua masa tersebut” Papar mahasiswa yang mendesain Interior komunitas love Surabaya ini.
Dari penggunaaan material bahan, lanjut dia, pihaknnya menggunakan kaca, besi dan beton untuk menghasilkan Maket Interior yang sesuai perminataan komunitas love Surabaya. “Awalnya sedikit terkendala pembuatan ide. Dari mana cita-cita itu terwujud” sahut nya.
Sisi lain, lanjut dia, pihaknya tidak hanya ingin memberikan tempat yang nyaman untuk sebuah perkumpulan komunitas melainkan juga memberikan aksen dan identitas yang di cita-citakan Love Surabaya.
“Tugas ini menyadarkan saya atas nilai-nilai sejarah dan budaya kota Surabaya yang mulai pudar. Tidak hanya membuat ruang yang cantik melainkan juga membuat karya yang mendukung komunitas dalam memajukan kota Surabaya” Pungkas Favian Grady
Berbeda dengan desain interior yang disuguhkan Favian, Giovani Tanza mahasiswa semester 6 Desain Interior harus memutar otak untuk menghilangkan stigma negative masyarakat tentang “Keris dan Aji” yang terlanjur di identikkan dengan suatu yang bersifat mistis.
“Untuk menghilangkan unsure mistis, saya gunakan konsep dinamis yang mengusung ruang multifungsi. Tidak hanya memberikan tempat yang nyaman, tapi saya gunakan aksen edukasi dan entertainment dalam interior Paguyuban Pataka” Jelas dia. Di mana, lanjut dia, untuk sisi edukasi dan entertaimen pihaknya memberikan story line board dengan desain jendela terbuka. “Bagi pengunjung yang ingin mencari informasi tentang keris dan aji, mereka harus membuka jendela itu kemudian membacanya dengan menggunakan laser. Dengan begitu mereka mendapat pengetahuan dari story line board yang saya buat” tutur nya. [ina]

Tags: