Rancang Model Pembelajaran MIKA

Margaretha

Margaretha
Sebagai salah dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), nama Margaretha telah cukup dikenal. Selain mengajar, dia juga menjadi konsultan pengembangan identifikasi dan intervensi dini anak autisme di Jatim.
Margaretha juga menerapkan kemampuannya untuk membantu empat resourse center di Jatim. Di sela prakteknya, Margaretha menemukan sesuatu yang perlu untuk dikembangkan. Yaitu model pembelajaran untuk anak dengan autisme. “Kami biasanya mencetak terus melaminating alat bantu visual satu-satu. Tetapi karena semakin banyak, bukunya menjadi semakin tebal. Akan lebih praktis jika menggunakan aplikasi,” ujarnya.
Berangkat dari hal tersebut, Margaretha membuat proyek dengan judul Pengembangan Program Media Komunikasi Visual Anak (MIKA) Sebagai Alat Bantu Belajar Komunikasi pada Anak Autisme. Setelah melalui beberapa tahapan, proyek tersebut akhirnya diterima oleh Australia Award’s Indonesia. Alumnus University of Newcastle, Australia itu selanjutnya memperoleh pendanaan sebesar AUD 10.000 atau setara dengan 105 juta rupiah.
“Jadi seperti software yang berisi visual atau gambar yang di bawahnya terdapat kata-kata. Sebagai alat bantu visual, aplikasi tersebut digunakan untuk menyampaikan infomasi,” tutur Margaretha.
Penggunaan gambar dan keterangan kata dinilai perlu karena pendekatan komunikasi visual lebih mudah dipahami anak dengan autisme. Sebab, mereka cara berpikirnya visual. Orang normal yang berbicara tanpa visual, lanjut Margaretha, lebih sulit untuk dipahami oleh anak dengan autisme. Misalnya, ketika memberi instruksi makan. Pemanfaatan aplikasi buatan Margaretha dapat menghasilkan suara, gambar, dan tulisan yang akan lebih memudahkan anak dengan autisme.
“Nanti ini MIKA-nya level 1. Jadi lebih ke hal-hal yang dasar sampai ke komunkasi menjalin dialog. Bisa juga untuk menyusun kalimat,” ujarnya saat ditanya mengenai gambaran proyek aplikasi miliknya.
Melalui aplikasi ini, Margaretha berharap dapat menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya anak dengan autisme. Aplikasi ini nantinya dapat digunakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus beserta keluarganya. Selain itu, dapat pula digunakan di pusat terapi atau pusat pendidikan.
“Saya berusaha agar alat ini benar-benar dapat dipakai. Bukan hanya berdasarkan teoritis tetapi juga praktis,” pungkas Margaretha. [tam]

Rate this article!
Tags: