Rangsang Petani Pilih Tebu Sebagai Komoditas Pertanian

Kadisbun Jatim Ir Samsul Arifien MMA saat berbincang Ketua HKTI Jatim, H Ahmad Nawardi terkait seputaran masalah pergulaan di Jatim.

Pemprov, Bhirawa
Diperkirakan musim hujan hingga pertengahan Maret ini masih turun, itu akan berpengaruh terhadap berkurangnya hasil produksi gula di Jatim. Pemprov Jatim melalui Dinas Perkebunan terus berusaha merangsang minat petani agar tetap memilih tebu sebagai komoditas pertaniannya.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Samsul Arifien MMA mengatakan, sejak lima tahun lalu, pengembangan lahan tebu di Pulau Madura sekitar 2.750 hektare yang dibangun dari danaAPBN dan bantuan dari dana PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X.
Dikatakannya, saat ini di Jatim telah berdiri 33 PG. Jika semula memiliki 31 PG, kini dua PG baru telah berdiri dan beroperasi, yakni di Kecamatan Ngimbang di Kabupaten Lamongan dan satu lagi di Glenmore, KabupatenJember.
Sesuai dengan data taksasi tahun 2017, produksi gula tahun ini diprediksi akan turun dibandingkan tahun 2016. Ini semua akibat pengaruh dari musim tanam ditahun sebelumnya. Tahun 2017 luas arel tanam tebu mencapai 204.050 hektera, sementara tahun 2016 seluas 205.000 hektare dan tahun 2015 mencapai 219.000 hektare.
Sementara untuk produksi gula, jika tahun 2015 mencapai 1.240.000 ton, tahun 2016 sebesar 1.029.803 ton dan tahun 2017 diprediksi turun menjadi 1.110.000 ton. “Penurunan ini tentunya akibat kondisi cuaca yang tidak menentu yang mempengaruhi produktivitas gula secara umum,” katanya.
Tahun 2016, produksi gula nasional sebesar 2.222.971 ton, Jatim mampu memproduksi gula sebesar 1.029.803 ton atau 46,33% terhadap produksi nasional. Luas areal tebu di Jatim 200.703 Ha dengan produksi tebu sebesar 16.260.000 ton. Dalam setipa hektarenya mampu meproduksi tebu sebesar 81,02 ton dengan produksi gula 5,13 ton
Ketika bertemu Kadisbun Jatim, Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur, H Ahmad Nawardi mengatakan, HKTI senantiasa mengajak dan mengundang investor untuk mengembangkan industrialisasi gula di Pulau Madura.
Selama ini, Pulau Madura merupakan pulau yang tepat untuk pengembangan gula. Karena topografi wilayahnya memiliki karakter musim kemarau yang bersifat tetap. Selain itu, di pulau tersebut masih banyak tersedia lahan kosong untuk pengembangan perkebunan tebu.
Dikatakannya, cuaca ekstrim yang ditandai dengan masih turunnya hujan hingga pertengahan bulan Maret, tentunya sangat berpengaruh terhadap produksi tebu. Sebenarnya idealnya, musim panen tebu di bulan Mei, seharusnya awal Maret musim penghujan sudah mulai berkurang. Karena saat ini masanya pengeringan terhadap lahan tebu.
Di Madura, topografi wilayahnya tidak sama dengan di Pulau Jawa. Jika saat ini di Jawa hujan lebat kerap turun, namun hal sebaliknya yang terjadi di Madura. “Potensi ini harusnya menjadi peluang baik bagi investor untuk melakukan ekspansi pengembangan industialisasi tebu dan gula mulai dari hulu hingga ke hilir. Apalagi di Madura belum ada satupun pabrik gula (PG) yang berdiri,” katanya yang juga anggota DPD RI asal Dapil Jatim.
Menanggapi rencana penutupan sembilan PG oleh Kementerian BUMN, Nawardi sangat mendukung kebijakan Gubernur Jatim yang hingga saat ini tetap menolak penutupan. Wacana dan rencana itu tentunya sangat berpengaruh terhadap psikologi petani tebu di Jatim. Apalagi kontribusi gula asal Jatim terhadap nasional sangat besar, yakni menutupi 46% persen konsumsi gula nasional. [rac]

Tags: