Ratrikala Bhre Aditya: Jangan Ragu Memulai Karya

Praktisi Film Ratrikala Bhre Aditya bersama Artis Senior Ria Irawan memberikan motivasi dalam pemaparan Trik Pembuatan Video Pendek.

BNPT Gelar Workshop Video Pendek
Surabaya, Bhirawa
Sineas muda Ratrikala Bhre Aditya memberikan trik kepada 190 peserta yang hadir dalam kegiatan ‘Workshop Pelibatan untuk Mencegah Terorisme melalui Video Pendek’ yang diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat, di Universitas Surabaya (Ubaya) kamis (15/3) kemarin.
Dalam kesempatan tersebut Bhre sapaan akrab Ratrikala Bhre Aditya memaparkan beberapa point penting dalam pembuatan sebuah film pendek. Ia menjelaskan kepada seluruh peserta yang hadir pagi itu, untuk percaya diri dalam memulai membuat film atau video pendek dengan media yang paling sederhana.
“Akan lebih mudah memakai Handphone untuk mengambil gambar. Bahkan mengedit dengan aplikasi yang ada di smartphone” ujarnya. Sehingga, imbuhnya kreatifitas yang dimiliki calon sineas tidak terbatas dengan peralatan. Menurutnya, kemudahan akses teknologi yang tersedia saat ini, memudahkan para calon sineas dalam proses pembuatan film.
Bhre memaparkan bahwa untuk membuat film hal yang paling utama adalah sebuah ide. Bagaimana sebuah ide bisa menjadi nyata, bisa digali dari keidupan sehari-hari atau menambah wawasan.
Sutradara ‘Lentera Hati Priska’ ini menambahkan jika film adalah media yang sudah sangat dekat dengan pelajar SMA dan SMK. Bagi Bhre, Film adalah satu diantara berbagai media yang paling efektif dalam menyampaiakan gagasan mengenai keberagaman.
“Di Festival Video BNPT ini, bisa jadi media untuk mewujudkan gagasan siswa SMA/SMK untuk memberikan kontribusi dan motivasi dalam mewujudkan Indonesia bebas paham ekstrimisme hingga terorisme” tuturnya.
Disinggung mengenai penilainnya terhadap film berkualitas, Assisten Sutradara (Astrada) AADC ini menekankan bahwa sebuah ffilm tidak dapat dilihat dari, siapa aktornya, bagaimana alur caritanya dan siapa yang membuatnya.
“Bisa jadi seorang sutradara membuat sebuah film yang membuat orang lain menangis, namun saya tidak mengerti cerita film itu. atau sebaliknya” ceritanya.
Jadi, menurut saya, tambahnya kualitas film harus dilihat pada seberapa jujur sebuah film dalam melihat persoalan, seberapa jujur film membuat sebuah issu dan seberapa film jujur dalam mengutarakan apa yang ada dipikirannya. Sehingga yang menjadi pertanyaan saat ini, “Apakah dia (Sineas, Red) mau lebih jujur melalui karya seni yang dia tampilkan” tanyanya pada calon video maker, yang diutarakan pada Bhirawa, kamis (15/3).
Sementara itu, Penanggung Jawab komunitas Pohon Rindang yang digandeng oleh Bhre pada pembekalan materi pembuatan video pendek Adi Sucipto berpendapat bahwa melalui sebuah film para sineas, aktris maupun actor berusaha untuk merekayasa dirinya.
Bagi Adi, kegiatan ini menjadi kesempatan yang baik bagi ratusan pelajar SMA atau SMK dalam mengembangkan kreatifitasnya. Mengingat, menurutnya keterlibatan siswa dalam pembuatan film terorisme dan anti radikalisme akan mendorong anak muda dalam memulai perbuatan yang positif.
“Mereka sudah membudayakan seperti sebuah film. Kegiatan ini tidak langsung mewakili mereka membuat suatu karya” tandasnya.

Alihkan Paham Radikalisme, BNPT Beri Wadah Berkarya
Peran film sebagai media teknologi yang mempunyai dua mata pisau, membuat para pelaku sineas muda berhati-hati dalam pemanfaatan dan tujuan pembuatan film itu sendiri. Tak sedikit sineas menggunakan sebuah film untuk alat propaganda, alat mempengaruhi atau merusak emosi dan alat yang bisa digunakan untuk memberikan sebuah harapan terhadap penonton. Oleh sebab itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengadakan workshop yang melibatkan pelajar SMA dan SMK. Menurutnya Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Pusat, Andi Intang Dulung bahwa paham radikalisme dan terorisme paling banyak menyasar pada pemuda-pemudi Indonesia, terutama siswa SMA atau SMK.
“Oleh sebab itu, kami perlu melakukan edukasi atau sosialisasi ini dalam bentuk workshop” ujarnya.
Hasil dari workshop ini, imbuhnya akan diadakan festifal film yang akan diselenggarakan pada akhir tahun ini. Andi Intang Dulung menuturkan jika disetiap tahunnya, BNPT melakukan sosialisasi dan edukasi di berbagai tempat. Hal tersebut dilakukan, sebagai tujuan untuk pemerataan sosialisasi.
“Kita berharap semua siswa yang hadir untuk membuat video yang bermuatan nasionalisme dan perdamaian” tuturnya.
Dengan mengusung tema ‘Menjadi Indonesia’, diakui Andi sapaan akrab Andi Intang Dulung mengarahkan siswa pada pemanfaatan gandget sebagai media pembuatan film.
“Nah, bagaimana kita mengalihkan mereka kepada hoby yang positif, untuk menggunakan gadgetnya dalam membuat sebuah video pendek yang akan diulas di workshop ini” urainya.
Kami berharap, tambahnya Ketika mereka menonton sebuah filmbisa menumbuhkan jiwa nasionalisme, jiwa perdamaian dengan menonton video tersebut.
Sementara itu Kabid Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Dr Hesti Armiwulan mengungkapkan jika acara tersebut merupakan bentuk upaya pengemasan sosialisasi anti terorisme dan anti radikalisme dalam video pendek yang dinilai lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional yang selama ini dilakukan.
Dosen hukum Universitas Surabaya (Ubaya) ini juga menegaskan bahwa bentuk kontribusi ubaya dalam pencegahan radikalisme dan terorisme dimulai dengan pencanangan Rektor Ubaya dalam keikutsertannya untuk pencegahan Radikalisme dan Terorisme.
“Ubaya sendiri mempunyai kontribusi dalam mencegah terorisme dan radikalisme khususnya untuk generasi muda” paparnya. [ina]

Tags: