Ratusan Ayam di Bojonegoro Mati Terserang Virus Flu Burung

Petugas saat memeriksa ayam yang terserang virus flu burung di Bojonegoro. [achmad basir/bhirawa]

Bojonegoro, Bhirawa
Dalam sebulan ini, ada sekitar 380 unggas dilaporkan mati mendadak terjadi di dua kecamatan di Kab Bojonegoro. Usai dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Bojonegoro akhirnya diketahui unggas yang mati positif terkena virus flu burung.
Virus mematikan bagi hewan unggas itu mulai menyerang sejak Desember 2017 lalu hingga kini. Kasus flu burung di Bojonegoro terus terjadi, setelah sebelumnya di Desa Simbatan, Kec Kanor yang terjadi pada 28 Desember 2017 dan 5 Januari 2018.
Kini kasus serupa terjadi di Desa Daya Kidul, Kec Kedungadem pada 23 Januari 2018. Namun kasus ini langsung mendapat perhatian dari Tim Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Jogjakarta, Keswan Tuban, dan petugas Keswan Disnak Provinsi Jatim.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan, Kab Bojonegoro, Sugiharti S Rahaju, penyebaran vius flu burung itu awalnya menyerang peternak unggas di Desa Simbatan, Kec Kanor.
”Karena sudah terlambat saat melapor sehingga virusnya menyebar,’ ujar Sugiharti, Selasa (30/1) kemarin.
Di Kec Kanor, virus flu burung menyebar di empat peternak. Diantaranya ternak milik Mahfud, dari 400 ekor ayam petelur sebanyak 105 ekor mati, kemudian ternak milik Fajar Mahmudi, dari jumlah 600 ekor ayam petelur mati 60 ekor, milik peternak Sulkan Imron, dari jumlah ternak 500 ekor 40 mati dan milik Sunarto 1.800 ekor mati lima ekor.
Sugiharti mengungkapkan, peristiwa kematian mendadak unggas di wilayah tersebut sudah berlangsung sejak awal 28 Desember 2017 dan 5 Januari 2018.
”Sebanyak 210 ekor unggas jenis ayam petelur, yang mati mendadak dilakukan rapid tes. Hasilnya positif AI (avian influenza),” katanya.
Sedangkan di Kec Kedungadem, virus flu burung menyerang unggas milik peternak Mul Sutiono. Dari 200 ekor ayam petelur miliknya sebanyak 170 ekor mati. Virus flu burung itu diketahui setelah oleh tim kesehatan hewan dilakukan pengecekan hasil uji rapid test dengan AIV arigen kit yang menunjukan positif.
”Sebagian besar ayam yang mati ini karena tidak diberi vaksin AI. Selain itu juga karena faktor cuaca. Pada waktu pancaroba dan cuaca ekstrem unggas akan lebih mudah terserang penyakit,” jelasnya.
Ia menuturkan, agar virus mematikan dan bisa menular kepada manusia itu tidak menyebar, maka setiap unggas yang mati harus dikubur. Langkah itu diambil untuk mencegah penyebaran virus flu burung yang bisa menular kepada manusia.
Selain itu, pihaknya Dinas Peternakan dan Perikanan telah melakukan koordinasi dengan perangkat desa setempat, Muspika, Dinas kesehatan Kab Bojonegoro dan RSUD Sosodoro Djati Kusumo. [bas]

Tags: