Ratusan Desa Kering Kritis Penyakit Diare dan ISPA

Salah satu warga Dusun Kandangan, Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Mojokerto berjalan untuk bisa mendapatkan droping aiar bersih dari BPBD Jatim beberapa hari lalu. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Dinkes Jatim, Bhirawa
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mengingatkan agar masyarakat mewaspadai penyakit yang bisa muncul saat terjadi kekeringan. Salah satunya diare dan Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA.
Hal ini disampaikan Kepala Dinkes Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso saat ditemui Bhirawa, Senin (17/9) kemarin. Ia menyampaikan ada sekitar 140 desa di Jawa Timur yang dilanda kekeringan. Ratusan desa berstarus kering kritis tersebut dikhawatirkan masyarakat mengambil air sembarangan dan kotor.
“Dari data BPBD Jatim ada sekitar 140-an desa yang terancam kering kritis. Dikhawatirkan masyarakat menggunakan air sembarang,” katanya.
Menurut dia, adanya bencana kekeringan ini sumber air baku jadi lebih kecil, air bersih berkurang dan jadi lebih keruh. Kemungkinannya akan muncul penyakit-penyakit berbasis air seperti diare. “Penyakit Diare dan ISPA akan naik. Ini yang kami khawatirkan,” terangnya.
Dr Kohar mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di daerah kering dan sulit air untuk menjaga kebersihan air untuk kebutuhan makan dan minum. Dia juga mengingatkan agar tidak menggunakan air sungai yang kotor untuk kebutuhan air sehari-hari.
“Oleh sebab itu, Dinkes Jatim telah mengantisipasinya dengan memasok obat-obatan dan sudah disebarkan di seluruh dinas kesehatan kabupaten kota dan puskesmas,” jelasnya.
Dr Kohar berpesan agar masyarakat menghemat air saat terjadi kekeringan, menjaga kualitas sumber air dengan tidak mencemarinya, gunakan air dengan kualitas yang layak, dan menjaga makanan agar tidak tercemar bakteri atau hewan-hewan pembawa vektor penyakit.
Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim terus melakukan droping air bersih, pemberian tandon dan jirigen. Sesuai data BPBD Jatim, dari 38 Kabupaten/Kota ada 23 Kabupaten terdampak kekeringan.
Di breakdown lagi menjadi 171 Kecamatan, 422 Desa. Dari jumlah desa tersebut ada 199 desa tidak ada potensi air atau kering kritis dan 223 masih ada potensi air. Dengan adanya upaya serta langkah yang dilakukan dipastikan pada tahun 2019 ada penurunan hingga 25 persen. Penurunan ini karena adanya pembangunan Sarpras seperti perpipaan , pembuatan sumur bor dan pembuatan bak penampung air yg dilakukan dinas PU Cipta Karya Jatim.
Kepala BPBD Provinsi Jatim, Suban Wahyudiono, mengatakan ada tiga kategori kekeringan. Pertama, kering langka terbatas, kering langka dan kering kritis. Menurutnya, semua akan diprioritaskan untuk bisa mendapatkan air bersih.
“Kabupaten dengan jumlah Desa potensi terdampak paling banyak ada di Sampang yakni 42 Desa, Trenggalek 34 Desa, Gresik 32 Desa, Ngawi 30 Desa dan Bangkalan 25 Desa,” terangnya.
Oleh sebab itu, lanjut Suban, pelaksanaan droping air bersih dimulai sejak Agustus sampai Oktober 2018. Dengan rekapitulasi di bulan Agustus ada 13 Kabupaten, 82 Kecamatan, 223 Desa dan 1.670 rit bantuan dari Pemprov Jatim yang sudah dilayani. (geh)

Tags: