Ratusan Hektare Tanaman Kedelai di Jombang Gagal Panen

Tanaman kedelai warga Kesamben dan Sumobito Jombang dipastikan mengalami gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu, Selasa (15/11). [ramadlan]

Tanaman kedelai warga Kesamben dan Sumobito Jombang dipastikan mengalami gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu, Selasa (15/11). [ramadlan]

Jombang, Bhirawa
Ratusan hektare tanaman kedelai milik petani di Kecamatan Kesamben dan Sumobito mengalami gagal panen. Karena frustasi, banyak petani terpaksa yang membabat tanaman tersebut untuk digunakan sebagai pakan ternak.
Aksi babat tanaman kedelai untuk pakan ternak ini dilakukan petani setelah melihat tanaman mereka tidak tumbuh sesuai harapan, bahkan banyak yang mati. ” Kalau seperti ini jelas tidak bisa berbuah sempurna. Kita jual untuk pakan ternak saja.  Setiap hektare hanya dijual Rp 175 ribu, “ujar Dendi Muzaki (36), petani asal Desa Pojokkulon Kecamatan Kesamben, Selasa (15/11).
Dikatakan Muzaki, tanaman kedelai yang merupakan tanaman ketiga setelah dua kali tanaman padi ini mengalami gagal panen disebabkan anomali cuaca. Yakni, tingginya intensitas hujan sejak tiga bulan terakhir atau dampak iklim La Nina. “Untuk tanaman kedelai di Desa Pojokkulon ini ada ratusan hektare yang kondisinya sama dan hampir semuanya mengalami gagal panen. Akibatnya, petani mengalami rugi besar,”imbuhnya.
Masih menurut Muzaki, menanam kedelai di lahan seluas satu hektare membutuhkan biaya sekitar Rp 5 juta. Biaya tersebut untuk pembelian bibit, obat-obatan, serta perawatan hingga panen. “Kita memprediksi Agustus mulai masuk musim kemarau. Namun ternyata prediksi itu meleset. Karena hujan justru turun setiap hari. Padahal, kedelai merupakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air,” bebernya.
Dampak tingginya curah hujan, tanaman kedelai terendam air dan banyak yang mati. Sudah begitu, harga jual kedelai juga jeblok. Betapa tidak, sebelumnya harga kedelai kering sawah Rp 6 ribu per kg, namun saat ini hanya Rp 5.300 per kg. “Akibatnya banyak yang tidak panen. Kedelai di lahan tiba-tiba mati. Nah, agar tetap dapat uang, kedelai tersebut dijual sistem borongan untuk pakan ternak. Setiap hektare Rp 175 ribu,”imbuh pemilik lahan sekitar 2 hektare ini menuturkan.
Dalam kondisi normal, lanjut Muzaki, untuk satu hektare lahan kedelai biasanya bisa menghasilkan satu ton kedelai. Namun akibat anomali cuaca tersebut, satu hektare hanya menghasilkan tujuh kuintal kedelai saja. ” Kalau sekarang dari jumlah itu hanya menghasilkan uang Rp 3,7 juta. Padahal modal yang sudah kita keluarkan Rp 5 juta. Kita rugi besar,” pungkasnya. [rur]

Tags: