Ratusan Ijazah Numpuk di Sekolah

Foto: ilustrasi

Tak Diambil Pemilik Karena Berbagai Alasan

Surabaya, Bhirawa
Keberadaan ijazah yang tidak diambil si pemilik kerap terjadi di sekolah. Bahkan tidak hanya satu atau dua jumlahnya, melainkan ratusan dan tersimpan hingga menahun.
Hal itu tentu bukan karena pihak sekolah sengaja menahannya. Melainkan pemilik ijazah sengaja membiarkannya ngendon di sekolah. Seperti diakui Kepala SMKN 12 Surabaya Bhiwara Sakti Pracihara, dalam dua tahun terakhir ada ratusan ijazah siswanya yang masih tersimpan di sekolah. Pada tahun ajaran 2015/2016 ada 50 siswa yang belum mengambil ijazah, dan 33 di antaranya juga belum melakukan cap tiga jari. Sementara tahun ajaran 2016/2017 jumlah ijazah yang velum diambil mencapai 153.
“Totalnya dua tahun terakhir 203 ijazah yang belum diambil. Dan baru sekitar 30 persen yang sudah melakukan cap tiga jari,” tutur Praci saat dikonfirmasi kemarin, Rabu (3/1).
Praci menilai wajar hal tersebut karena sebagian siswa belum menbutuhkannya sehingga tidak diurus. Sementara untuk bekal mereka mendaftar pekerjaan atau ke perguruan tinggi bisa menggunakan surat keterangan lulus dari sekolah. Di sisi lain, lulusan SMK juga tidak terlalu memperhatikan ijazah dan lebih pada keahlian siswanya.
“Apalagi jurusan kami rata-rata jurusan seni. Begitu mereka punya keterampilan ya pasti diterima kerja,” ungkap Praci. Jadwal pembagian ijazah, lanjut Praci, memang cukup jauh dengan pengumuman kelulusan. Rentang waktunya sekitar lima bulan.
“Mei anak-anak lulus, Oktober ijazah baru dibagikan,” tutur dia.
Pihaknya menegaskan, ijazah yang tidak diambil bukan karena masalah biaya. Sebab, pada 2016 sekolah masih gratis namun ijazah juga tak kunjung diambil. Bahkan sempat ada alumni yang sudah lulus sekitar 15 tahunan baru mengambil ijazah. Itu karena pemiliknya berwirausaha sehingga tidak membutuhkan ijazah. “Kita tidak pernah mempermasalahkan biaya. Yang penting saat ambil ijazah tidak punya tanggungan seperti pinjam buku di perpus ya silahkan diambil,” kata dia.
Kendati telah cukup lama berada di sekolah, pihaknya tetap berkewajiban untuk menyimpan fisik ijazah tersebut dengan baik. “Sampai kapanpun tetap tersimpan dengan baik. Sewaktu-waktu siswa akan mengambil akan kita layani,” tandasnya.
Enggan mengambil ijazah di sekolah juga diakui salah satu alumnus SMAN 10 Surabaya Clarinsa Kireina. Dia mengungkapkan hanya sempat cap tiga jari untuk ijazah dan SKHUN seminggu setelah pengumuman kelulusan. Ijazah saat itu juga bisa ia bawa, tetapi SKHUN harus diisi dulu datanya oleh sekolah sehingga belum.bisa langsung dibawa.
“Kalau sekarang rata-rata nggak sempat ambil ijazah ke sekolah. Soalnya sibuk kuliah dan banyak tugas, pulang kuliah juga malam terus,” ungkap gadis yang juga mahasiswa Desain Manufaktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ini.
Ia mengungkapkan, saat ini ia menginjak semester genap dan belum membutuhkan ijazah sekolah. Ia mengungkapkan baru membutuhkan ijazah dan SKHUN saat daftar ulang di awal kuliah.
“Kalau pas pendaftaran ulang kuliah ijazah belum keluar atau belum diambil bisa pakai surat keterangan kelulusan,”paparnya.
Sebelumnya, Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman juga menuturkan, perihal ijazah yang ngendon di sekolah terjadi karena berbagai alasan. Di antaranya dari awal sudah takut datang ke sekolah karena memiliki tanggungan. Kedua, ijazah tidak dibutuhkan lagi karena siswa sudah menikah atau bekerja.
“Karena sebelum menerima ijazah itu siswa sudah memiliki surat keterangan lulus dari sekolah. Mungkin dengan itu siswa merasa sudah tidak butuh lagi dengan ijazah,” tutur Saiful.
Saiful mengaku, hal semacam itu tidak hanya terjadi di Lamongan seperti yang viral belakangan Ijazah yang ditinggal pemiliknya terjadi di seluruh daerah. Karena itu, yang harus dipahami masyarakat adalah tidak perlu takut untuk mengambil ijazah di sekolah. Sebab, prinsipnya pengambilan ijazah tidak ada kaitannya dengan biaya. “Kalau dulu memang ijazah itu terbitnya cukup lama dari masa kelulusan. Tapi mulai tahun kemarin ijazah itu sudah lebih cepat terbitnya,” ungkap Saiful. [tam]

Rate this article!
Tags: