Ratusan Peserta Mancanegara Ramaikan Acara Cross Culture International

Peserta mancanegara meramaikan acara Cross Culture International, Minggu (16/7). Mereka unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai macam atraksi budaya dan tarian tradisional dengan iringan musik.

Surabaya, Bhirawa
Ratusan peserta dari beberapa negara meramaikan festival Surabaya Cross Culture International (CCI) Folk Art di Tugu Bambu Runcing, Minggu (16/7) pagi. Parade seni diawali dengan menunggangi becak hias dari Taman Bungkul, sampai Tugu Kerapan Sapi lalu finish di Tugu Bambu Runcung. Di sana mereka menampilkan atraksi budaya dibalut kostum yang menjadi ciri dari masing-masing negara.
Tepat pukul 08.00, satu per satu peserta unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai macam atraksi budaya dan tarian tradisional dengan iringan musik. Slovakia sebagai negara pertama dengan jumlah 24 orang menampilkan Tari Cardas, disusul Polandia yang membawa 27 orang menampilkan Tari Krakovia, lalu negara gajah putih, Thailand dengan jumlah personel 28 orang menampilkan Tari Ponglang.
Selanjutnya, Kanada yang membawa 22 orang menyajikan tarian dansa jalanan. Kemudian Guangzhou Tiongkok berjumlah 2 orang membawakan Tarian Akrobatik, Lithuania sebanyak 27 orang menampilkan tarian Flowers Walk, Rusia yang membawa 22 orang memadukan berbagai macam tari-tarian suku dan bahasa, terakhir negara Perancis membawa 2 orang dengan menampilkan kesenian Les Grandes Personnes atau tarian boneka raksasa. Sedangkan peserta dari dalam negeri yang tampil adalah Bali dengan membawa 22 orang menampilkan Tari Joger dan Jawa Barat yang membawa 12 orang menampilkan Tari Garuda.
Selama acara berlangsung, tampak keceriaan dan candaan keluar dari mulut warga yang menyaksikan langsung budaya tari dan musik dari masing-negara dan kota. Keceriaan itu juga ditampilkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan memberi semangat kepada peserta yang tampil dan meminta warga untuk bertepuk tangan. “Ayo mana semangatnya. Beri tepuk tangan semua,” teriak Risma, Minggu (16/7) kemarin.
Saking semangatnya, tiba-tiba Risma diajak salah satu penari Bali untuk tampil bersama. Risma yang terlihat sedikit kaget langsung menerima ajakan tersebut. Warga yang menyaksikan momen langka tersebut langsung bersorak dan bertepuk tangan. Dengan gemulai, jari-jemari Risma mulai menari, tak kalah dengan penari aslinya. “Dulu aku pernah menari Bali waktu SMA, semasa SD juga pernah menari Jawa,” ungkap Risma sambil tertawa.
Ia juga mengakui bahwa penampilan peserta cross culture kemarin sangat bagus dan itu membuat dirinya terhibur. Alasannya, semua negara baik luar maupun dalam negeri menampilkan khas tarian dari masing-masing daerah “Itulah namanya culture, mencerminkan hubungan antar manusia yang kemudian menciptakan sejarah,” ujarnya di sela-sela acara.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya berharap supaya acara ini mampu menjadikan Surabaya sebagai salah satu destinasi wisata dan nanti akan dikemas lebih profesional lagi ke depannya. “Nanti bisa kita jual di mancanegara,” ujar Risma.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Widodo Suryantoro mengatakan, sebanyak 224 peserta meramaikan festival surabaya CCI. Mereka berasal dari Slovakia, Lithuania, Polandia, Kanada, Rusia, Tiongkok, Perancis, Thailand. Sementara dari Indonesia ada dari Bali, Jawa Barat, Jogjakarta, Aceh, Jakarta dan Surabaya selaku tuan rumah.
“Untuk tahun ini lebih semarak karena jumlah negara yang ikut cukup banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi untuk tari-tarian modern, kreasinya selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun,” kata Widodo.
Rencananya, sambung Widodo, pihaknya akan mengundang lebih banyak lagi peserta baik peserta luar maupun dalam negeri. “Tahun depan kita target 10 negara. masing-masing dari dalam dan luar negeri, nanti kan pasti seru,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga berencana agar tahun depan acara ini dikemas sedikit berbeda dari biasanya. “Tahun depan, saya ingin menampilkan seni teater namun lokasinya outdoor,” imbuhnya.
Melalui agenda tahunan ini, Widodo berharap ada kemanfaatan yang bisa dirasakan oleh masyarakat Surabaya. Pertama adanya transfer knowledge dalam hal kreasi kesenian. “Dengan seniman luar yang punya inovasi bagus dalam seni datang ke sini, kita bisa dapat referensi. Sanggar-sanggar tari juga mendapatkan transfer kreasi seni,” jelas dia.
Acara yang digelar kali ke-13 ini mendapat respon positif dari salah satu warga asing asal Perancis, Henry (24 tahun). Meskipun baru pertama kali mengikuti acara ini dan baru menginjakkan kaki di Surabaya, dia mengaku kagum dengan Kota Pahlawan karena bersedia untuk membuka akses kepada warga luar. “Ini sungguh luar biasa, saya bisa menonton beraneka macam keberagaman dari negara-negara Eropa dan Asia. Saya tak akan  menyia-nyiakan momen langka seperti ini,” ujarnya. [geh,dre]

Tags: