Ratusan Warga Jombang Antusias Ikuti Baksos P3AI

Baksos P3AI di Desa Banjardowo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Kamis (16/03). [arif yulianto/bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Ratusan warga Desa Banjardowo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang dan sekitarnya antusias mengikuti kegiatan Bakti Sosial (Baksos) pengobatan gratis yang digelar oleh Perkumpulan Pellaku Pemerhati Akupuntur Indonesia (P3AI) di desa setempat, Kamis (16/03).

Kegiatan Baksos yang dilaksanakan di Dusun Gempolpait, Desa Banjardowo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang ini juga dihadiri oleh petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang. Sebanyak kurang lebih 150 warga cukup antusias mengikuti sesi pengobatan akupresur di Griya Sehat Herba Nung di desa setempat.

Ketua P3AI Jombang, Subani yang juga merupakan terapis asal Desa Sambong Dukuh, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang mengatakan, kegiatan Baksos serupa sudah dilakukan di kecamatan lainya di Kabupaten Jombang dengan tujuan untuk memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat terkait pengobatan akupresur.

“P3AI sendiri berdiri tahun 2009 beranggotakan 120 orang yang tersebar di Kabupaten Jombang. Tujuan utama P3AI adalah mewujudkan terapis professional, handal dan bermartabat,” kata Subani.

“Sedangkan manfaat dari akupresur bagi kesehatan tubuh adalah meningkatkan daya imunitas tubuh, rileksasi tubuh, mencegah berbagai macam penyakit, serta dapat mengobati dan percepatan penyembuhan berbagai penyakit,” jelas Subani.

Subani sendiri mengaku mengenal dunia pijat tradisional akupresur dari tahun 2012 yang lalu diawali ketika sang ibu sakit kemudian berobat di kediri dan banyak pasien yang tertolong.

“Kemudian saya lantas bertanya ke petugas terapisnya, apakah boleh saya ikut belajar, ternyata diperkenankan dan selama 3 bulan saya belajar dan saya terapkan dari rumah ke rumah (home care). Dan saya bergabung di P3AI di tahun 2015 menjadi wakil ketua dan tahun 2019 barulah saya diberi amanah menjadi ketua di P3AI sampai sekarang,” beber Subani.

Dia menjelaskan, jika pada pengobatan akupuntur menggunakan jarum, sedangkan pada pengobatan akupresur merupakan akupuntur tanpa jarum karena melibatkan penerapan tekanan titik-titik meridian (saluran) pada tubuh.

“Sehingga mampu mengalirkan energi vital untuk mengatur sistem aliran yang awalnya tersumbat atau tidak seimbang akan kembali normal (rileks). Karena jika salah satu meridian tersumbat atau tidak seimbang penyakit akan mudah terjadi. secara teori pemijatan akupresur memang dari Tiongkok, namun dari leluhur tradisional nenek moyang kita juga sudah menerapkan pemijatan,” paparnya menjelaskan.

Subani menambahkan, pengobatan akupresur yang digelutinya sudah melalui izin resmi dari Dinkes Kabupaten Jombang dan pihak Dinkes Kabupaten Jombang sendiri sangat mensupport agar pengobatan pijat akupresur ini terus diperkenalkan kepada masyarakat.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Kabupaten Jombang, Maya Ermaningsih, memberikan apresiasi positif terkait kegiatan Baksos yang digelar oleh P3AI tersebut.

“Alhamdulilah kami sangat senang dan terbantu dengan adanya kegiatan Baksos oleh P3AI Jombang. Di mana di samping memang sudah mendapatkan izin legalitas resmi dari Dinas Kesehatan kabupaten jombang. Maka diharapkan masyarakat akan semakin banyak yang tahu, bahwa ada poli tradisional yang saat ini keberadaanya dapat ditemukan di Puskesmas juga nantinya,” bebernya.

Sub Koordinator Pelayanan Kesehatan Tradisional, Dinkes Kabupaten Jombang, Rudy Yuli Widodo, menguraikan, saat ini terdapat sebanyak 7 organisasi terapis kesehatan tradisional di Kabupaten Jombang yang aktif.

“Secara teknis pelayanan yang sudah tersedia di Puskesmas sendiri itu bersifat Komplementer, artinya yang ada sekolahnya, dan ada juga kelas empiris yakni turun temurun, ini biasanya memang di dalam satu keluarga dari mbah buyut atau nenek moyangnya sudah mahir dan pengalaman di bidang terapiterapi,” ucap Rudy Yuli Widodo.

“Dan dalam regulasi, baik Peraturan Pemerintah 103 atau Permenkes 61 itu legal dan mereka memang diperkenankan membuka praktik kesehatan tradisional,” pungkasnya.(rif.gat)

Tags: