Ratusan Warga Surabaya Reaktif Covid-19 Usai Jalani Rapid Test

Surabaya, Bhirawa
Ratusan warga Kota Surabaya dari Rungkut Lord an Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut dinyatakan reaktif setelah menjalani rapid test atau tes cepat Covid-19 pada Senin (11/5). Usai dinyatakan reaktif tersebut, sebanyak 74 warga Rungkut Lor menjalani tes swab di RS Husada Utama, kemarin.
“Acara (rapid test) berlangsung dalam keaadan aman dan terkendali. Bahkan ada usulan warga terdampak supaya diberikan vitamin dan obat obatan untuk meningkatkan imun,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya Irvan Widyanto.
Puluhan warga dari Rungkut Lor tersebut diangkut dengan menggunakan mobil Satpol PP menuju RS Husada Utama. Bagi warga yang dinyatakan positif dari hasil tes swab akan dikarantina di salah satu hotel di Surabaya. Tes swab tersebut gratis karena dibiayai oleh Pemkot Surabaya.
Irvan menjelaskan, ada ratusan warga yang terpapar Covid-19 di wilayah Rungkut Lor Gang VII, Kecamatan Rungkut dan wilayah RW 02 dan RW 03 Kedung Asem, Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut. Adanya penularan tersebut diduga bagian dari klaster pabrik rokok Sampoerna di Rungkut 2 menyusul banyak karyawan pabrik setempat terkonfirmasi positif Covid-19 yang tinggal di dua wilayah tersebut.
Mendapati hal itu, Pemkot Surabaya menggelar rapid test atau tes cepat Covid-19 di Rungkut Lor dan Kedung Baruk pada Senin (11/5). Rapid test tersebut diikuti oleh 468 orang meliputi Rungkut Lor diikuti sebanyak 170 orang, RW 02 Kedung Baruk sebanyak 112 dan RW 03 Kedung Baruk sebanyak 149 orang dan 37 warga luar Surabaya.
Adapun hasil rapid test diketahui sebanyak 188 warga dinyatakan reaktif dengan perincian 74 orang berasal dari Rungkut Lor, 61 orang dari RW 02 Kedung Baruk dan 53 orang dari RW 03 Kedung Baruk.
Untuk itu, Irvan memberikan arahan agar setiap RW segera memblokade wilayah dan dijaga secara selektif. Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengimbau agar warga tetap menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya memutus rantai Covid-19. “Utamakan kebersihan tangan dan wajah,” katanya.
Sementara itu, Pemkot Surabaya menerapkan metode sarang tawon untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19, khususnya di wilayah perkampungan. Metode yang dimaksud adalah ketika ditemukan satu orang positif di suatu wilayah, maka pemkot langsung menggelar rapid test secara massal di lokasi itu.
“Kita melakukan metode sarang tawon. Jadi ketika di lokasi-lokasi ditemukan ada terpapar, maka di kampung itu kita lakukan rapid test secara massal, sejumlah warga yang ada di situ,” kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto.
Eddy menjelaskan, hingga saat ini Pemkot Surabaya telah menggelar rapid test massal di lima wilayah perkampungan Surabaya. Di antaranya yakni, Manukan Kulon, Bratang Gede, Rungkut Lor dan Kedung Baruk. Nah, ketika dilakukan rapid test hasilnya ditemukan ada yang reaktif, maka orang tersebut langsung dilakukan swab.
“Tapi swab kan keputusannya menunggu 4 sampai 8 hari. Nah, sambil menunggu hasil swab itu, arahan Ibu Wali Kota agar orang tersebut dilakukan isolasi di salah satu hotel,” katanya.
Dalam proses isolasi tersebut, Eddy mengungkapkan, bahwa Pemkot Surabaya menerjunkan jajaran Satpol PP, Linmas beserta petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan kecamatan setempat untuk memotivasi dan mengajak mereka agar mau melakukan isolasi di hotel. Tujuannya, agar virus tersebut tidak sampai menular kepada anggota keluarga lain ataupun tetangga di sekitar lokasi.
“Nanti kalau hasil swabnya negatif, maka mereka kita kembalikan ke rumahnya. Tapi kalau hasil swab positif, maka akan kita rawat di Rumah Sakit Surabaya. Jadi tujuan kita adalah untuk bisa menekan sejauh mungkin terjadinya pandemi,” jelasnya.
Sebab, Eddy menyebut, virus ini hanya bisa diketahui secara pasti dengan melakukan test swab. Apalagi, tidak semua orang yang terkena Covid-19 ini memiliki gejala, seperti batuk, badan lemas dan sesak nafas. “Untuk itu supaya ini tidak menular kemana-mana, maka kami mohon khususnya bagi yang OTG (orang tanpa gejala) agar mengikuti kebijakan pemerintah untuk dilakukan isolasi,” kata dia. [iib]

Tags: