Rayakan Imlek, Telusuri Jejak Klenteng

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat Tionghoa untuk merayakan tahun baru Imlek, kali ini Lumar Pagoda melakukan tur ke klenteng yang memliki nilai sejarah melalui program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT) ‘Lunar Track’ mulai tanggal 17 Februari – 15 Maret 2015.
Ina Silas Rani Anggraini Manager House of Sampoerna Museum Manager mengatakan, satu tradisi yang masih eksis hingga kini adalah perayaan Hari Raya Imlek, biasanya dikaitkan dengan berkumpulnya keluarga besar serta berdoa ke klenteng.
Di Surabaya lanjutnya, klenteng awalnya digunakan sebagai tempat untuk menghormati Makcho, dewa pelindung para pelaut dan nelayan dari Cina ketika berdagang di sekitar pesisir pulau Jawa pada abad ke 14.
Klenteng mengalami perubahan yang signifikan dan bahkan terancam ditutup ketika ada pemberlakuan peraturan pemerintah di tahun 1965 tentang pelarangan kebudayaan termasuk kepercayaan tradisonal Tionghoa.
“Akibatnya banyak klenteng yang kemudian mengadopsi nama dari bahasa Sanskerta atau bahasa Pali dan mengubah nama sebagai vihara serta mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan dan kepemilikan,” katan Ina Silas
Melalui program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT) ‘Lunar Track’, trackers diajak untuk mengunjungi berbagai klenteng, seperti Klenteng peribadatan Khonghucu yaitu Klenteng Boen Bio, yang merupakan satu-satunya klenteng sastra Tionghoa di Indonesia dan Klenteng Pak Kik Bio pada hari Selasa dan Rabu. Pada hari Kamis dan Jum’at trackers akan mengunjungi Klenteng Peribadatan Tri Dharma (Taoisme, Konghuchu dan Buddha) yaitu Klenteng Hok An Kiong yang merupakan klenteng tertua di Surabaya dan Klenteng Sam Poo Tay Djhien yang memiliki peninggalan kayu dari kapal Laksamana Cheng Ho, sedang pada hari Sabtu dan Minggu akan mengunjungi Klenteng Hong San Koo Tee dan Jun Cin Kiung. [ma]

Tags: