Rayakan Ulang Tahun Setelah Puncak Peringatan Hardiknas

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mencoba mesin bubut di bengkel UPT PPPK Dindik Jatim. Dari tempat itulah, karir Saiful dimulai.

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mencoba mesin bubut di bengkel UPT PPPK Dindik Jatim. Dari tempat itulah, karir Saiful dimulai.

Kota Surabaya, Bhirawa
3 Mei 2015, persis satu hari setelah puncak peringatah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) digelar, Dr Saiful Rahman menggenapi usianya yang ke-56 tahun. Ini adalah dua momentum penting bagi pria yang baru satu bulan ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Sebuah momentum untuk melahirkan semangat baru, mewujudkan program-program pendidikan di Jatim menjadi lebih segar dan inovatif.
Satu bulan tentu bukan waktu yang cukup untuk beradaptasi di tempat baru. Apalagi di Dinas Pendidikan dengan tanggung jawab yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan primer masyarakat. Untungnya, nahkoda baru instansi yang berpusat di Jalan Gentengkali 33 Surabaya ini bukan orang yang benar-benar baru. Justru di tempat itulah, dia memulai awal karirnya.
Sekitar 31 tahun yang lalu, Saiful sudah menjadi bagian dari Dindik Jatim (saat itu masih Kanwil Diknas Jatim). Namun, dia tak langsung berada di posisi nyaman. Sebaliknya, dia berada di tempat paling belakang, tempat mesin-mesin berderit, bising dan panas. Begitulah suasana bengkel teknik mesin tempat dia bekerja selama 12 tahun sebagai instruktur pelatihan di UPT Badan Latihan Pendidikan Teknik Kanwil Diknas Jatim (kini bernama UPT PPPK). Karena pengalaman itulah, Saiful hingga kini masih cakap dengan mesin-mesin industri seperti bubut, frais, bahkan welder (pengelasan).
“Mulai 1984 sampai 1996 jadi instruktur. Baru kemudian pada 1996 diangkat menjadi Kepala SMK Grafika Malang,” kata pria kelahiran 1959 ini.
Saat menjadi kepala sekolah, Saiful adalah kepala sekolah termuda di Jatim saat itu. Usianya baru 36 tahun.  Dari jabatan kepala sekolah, karir Saiful terus merangkak ke eselon tiga sebagai Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan di Dindik Jatim. Pada tahun pertama dia menjabat, Jatim sukses di ajang Lomba Karya Siswa (LKS) SMK tingkat nasional sebagai juara umum untuk pertama kalinya. Di Dindik Jatim, dia sempat bergeser ke beberapa bidang, seperti Kasubdin Tenaga Pendidikan dan Wakil Kepala Dindik Jatim 2007-2008. “Setiap peningkatan karir, saya harus jalani lewat tes. Tidak ada yang promosi. Termasuk saat pertama kali duduk di eselon dua sebagai Kepala Biro Kerjasama Pemprov Jatim,” tutur doktor alumnus Universitas Negeri Malang itu.
Sebelum menjadi Kepala Dindik Jatim, lulusan magister pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka juga sempat bergeser ke beberapa instansi seperti Biro Kesra dan Badan Diklat Jatim. “Rasanya seperti pulang lagi setelah tujuh tahun meninggalkan Dindik Jatim,” ungkapnya.
Saat kembali ke Dindik Jatim, Saiful baru menyadari usianya telah bertambah. Namun, ini bukan alasan baginya untuk lemah. Justru di usia yang baru, di tempat yang baru, dan tugas baru, dia bersikukuh menciptakan kebaharuan di dunia pendidikan Jatim. “Saatnya membuat format dan semangat baru pendidikan. Inovasi seperti SMK lulus dengan sertifikat kompetensi, penciptaan teknologi tepat guna harus diangkat,” kata dia.
Baginya, ini adalah cara memaknai pertambahan usia dengan bersungguh-sungguh bertanggung jawab atas amanah yang diberikan. Saiful mengatakan, inti dari pendidikan ialah pada proses. Karena itu, tidak mungkin peserta didik tiba-tiba disekolahkan lalu dites dengan hasil yang harus baik. Karena pendidikan juga harus ada quality insurance. Sehingga sejak mereka masuk ke sekolah sudah harus terlihat potensinya. Lalu dijamin proses belajarnya di sekolah baru kemudian diuji. “Tidak boleh siswa masuk di sekolah kemudian diumbar (dibiarkan) begitu saja lalu tiba-tiba dites. Itu bukan pendidikan,” pungkas Saiful. [tam]

Tags: