Rayuan Plt Bupati Luluhkan Hati Mbah Sainah yang Tidak Mau Dievakuasi

Plt Bupati Trenggalek Muhammad Nur Arifin saat meninjau langsung banjir diwilayahnya sambil membawa bantuan untuk korban banjir.

Saat Banjir Melanda Kabupaten Trenggalek
Kab Trenggalek, Bhirawa
Jatim tengah darurat banjir. Sebanyak 17 daerah di provinsi paling ujung timur Pulau Jawa ini dilanda bencana banjir. Salah satu daerah itu adalah Kabupaten Trenggalek yang dilanda banjir cukup parah. Dari 14 kecamatan, 10 kecamatan diantaranya terendam banjir. Seperti apa penanganan banjir di Trenggalek ?.
Melihat sebagian besar wilayahnya kebanjiran, membuat Plt Bupati Trenggalek Muhammad Nur Arifin merasa prihatin dan langsung turun lapangan memastikan masyarakatnya aman. Didampingi jajaran organisasi perangakat daerah (OPD) Pemkab Trenggalek dan kepolisian serta TNI, Muhammad Nur Arifin membagikan makanan bagi korban banjir dan melihat posko pengungsian.
Saat melihat langsung kondisi masyarakatnya yang terdampak banjir ini, Plt Bupati Trenggalek yang biasa disapa Gus Ipin ini mempunyai cerita unik yang dibagikan di instagramnya. Gus Ipin menulis di instagramnya dengan judul Mbah Sainah oh Mbah Sainah.
Gus Ipin harus merayu Mbah Sainah yang berusia 70 tahun warga Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek untuk bersedia dievakuasi dari rumahnya. Meskipun air sudah masuk ke dalam rumahnya namun Mbah Sainah enggan untuk mengungsi.
Sekretaris PW GP Ansor Jatim ini mengaku, sudah mendatangi rumah Mbah Sainah sejak Kamis dini hari sekitar pukul 01.30 WIB. Saat itu Mbah Sainah hanya tiduran di kasurnya saja. Sedangkan anaknya sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Saat mengajak Mbah Sainah mengungsi, Gus Ipin justru dimarahi olehnya.
“Mbah Sainah ini bersikukuh untuk tetap bertahan di rumahnya meski air sudah masuk. Bahkan warga dan BPBD Trenggalek sudah berulang kali datang agar Mbah Sainah mau dievakuasi ke tempat pengungsian,” ujarnya, Kamis (7/3).
Setelah tidak berhasil membujuknya, Gus Ipin kemudian kembali pagi harinya. Saat itu Mbah Sainah sudah mau untuk dievakuasi. Mbah Sainah beralasan merasa kedinginan karena air sudah mencapai kasurnya. Namun Mbah Sainah tidak mau begitu saja dipindahkan ke perahu karet yang disiapkan oleh tim evakuasi.
“Tiba-tiba Mbah Sainah ini memegang tangan saya karena air masih tinggi langsung saya gendong dan saya letakkan ke perahu karet. Ternyata Mbah Sainah maunya aku gendong tok ?. Gitu kan tadi semalam ngomong to Mbah, gak usah malu-malu,” tulis Gus Ipin dalam instagramnya.
Mbah Sainah kemudian dievakuasi ke salah satu rumah warga yang lebih aman. Setibanya di lokasi tim medis segera melakukan pemeriksaan kondisi kesehatannya. “Alhamdulilah kondisinya sehat dan normal,” ujarnya.
Sementara itu, terkait bencana banjir ini, Pemkab Trenggalek menetapkan status siaga. “Karena dampaknya yang begitu luas, ya otomatis kami tetapkan status siaga bencana. Tak hanya melakukan langkah kedaruratan dengan menyalurkan bantuan pangan dan evakuasi warga yang terdampak banjir,” kata Gus Ipin.
Gus Ipin juga memastikan akan segera bersurat ke Pemprov Jatim terkait penetapan status siaga bencana itu agar bisa diteruskan ke pemerintah pusat. Respon Pemprov Jatim diharapkan bisa mendukung upaya penanganan pascabencana seperti penyaluran bantuan untuk perbaikan infrastruktur serta bantuan pangan dan obat-obatan bagi warga yang terdampak.
Hingga saat ini BPBD Trenggalek mencatat ada puluhan desa di 10 kecamatan yang terdampak banjir dan tanah longsor. Tiga kecamatan yang paling parah terdampak banjir adalah Kecamatan Trenggalek, Pogalan serta Panggul. Kendati berangsur surut, di sejumlah pemukiman di tiga kecamatan itu ketinggian air masih sekitar satu meter.
Proses evakuasi masih terus dilakukan, demikian juga dengan penyaluran bantuan pangan, seperti roti, makanan cepat saji serta nasi bungkus yang terus didistribusikan ke titik-titik kawasan pemukiman yang mengalami dampak parah.
“Kami juga sudah dirikan beberapa dapur umum untuk membantu logistik pangan warga, karena saat bencana banjir dan longsor seperti ini mereka tentu tidak bisa mengolah kebutuhan pangan sendiri,” ujarnya.
Sebagian mereka khawatir bantuan pangan yang disalurkan tidak sampai hingga pelosok lokasi terdampak. Sebab, bantuan biasanya habis di titik distribusi atau habis di jalan dimana terdapat konsentrasi warga maupun pengungsi.
“Pengalaman tahun-tahun lalu saat terjadi bencana (banjir), bantuan pangan seperti itu habis di jalan. Biasanya begitu datang bantuan pangan, warga yang di jalan langsung mengerubuti sehingga kami yang bertahan di rumah-rumah tidak kebagian,” ucap Suharlan, warga Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan.
Diperkirakan, banjir masih akan terjadi dan melanda pemukiman di desa-desa yang berada di sekitar jalur Sungai Ngasinan hingga Parit Agung menuju muara Bendung Niyama di wilayah Kecamatan Besuki, Tulungagung karena cuaca masih hujan. [Wahyu Asmoro]

Tags: