Razia Jam Sekolah, 8 Siswa Terjaring Satpol PP

Siswa yang terkena razia harus membuat pernyataan dihadapan petugas satpol pp, Senin (21/11) kemarin. (kariyadi/bhirawa)

Siswa yang terkena razia harus membuat pernyataan dihadapan petugas satpol pp, Senin (21/11) kemarin. (kariyadi/bhirawa)

Kota Mojokerto, Bhirawa
Masih banyaknya siswa di Kota Mojokerto yang berkeliaran saat jam sekolah, direaksi Satpol PP setempat. Dalam razia yang digelar, Senin (21/11) kemarin, kembali aparat penegak perda itu mengamankan 8 siswa dari berbagai lokasi dan sekolah.
Kedelapan siswa dari SMA asal Kota Mojokerto itu diduga mbolos dan ditemukan cangkrukan di kawasan Taman Kehati dan warung kopi di daerah Pulorejo. Sempat terjadi kejar-kejaran antara petugas yang dibantu oleh belasan Banpol PP perempuan dan para siswa itu.
”Delapan siswa yang kita jaring terdiri dari tujuh laki-laki dan seorang pelajar putri. Orang tua dan guru mereka kita minta menjemput anaknya karena ada pelanggaran terhadap Perwali 17 tahun 2008 tentang wajib belajar 12 tahun,” ujar Sugiono Kasie Penegakan Perundang-undangan Daerah Pol PP Kota Mojokerto.
Awalnya mereka akan dihadapkan Balai Konseling (BK) Pol PP. Namun karena ada permintaan diadakan BK di sekolah masing-masing para pelajar itu diperbolehkan pulang.
“Mereka kita minta menandatangani surat pernyataan tidak bolos lagi,” tambahnya.
Dari razia ini, petugas mengamankan beberapa batang rokok eceran dan handphone sebagai barang bukti. Petugas juga membawa sepeda motor tanpa kelengkapan seperti spion dan SIM.
Para siswa laki-laki yang diproses tampak tertekan dan malu. Mereka berusaha menyembunyikan muka mereka dari kamera. Pemandangan berbeda justru tidak terlihat pada seorang pelajar perempuan asal SMA di Kota Mojokerto. Ia rileks dan bercanda dengan teman-temannya yang magang di kantor Pol PP.
Terkait kondisi ini Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto, Djunaedi Malik mengapresiasi Pol PP. Ia berharap razia ini dapat menjadi pelajaran bagi pelajar lainnya yang berniat mbolos. “Biar ini menjadi pelajaran. Karena pendidikan itu tidak hanya oleh guru saja, para orang tua juga menjadi guru ketika siswa berada di rumah,” katanya.
Politisi PKB ini menekankan, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya dengan cara mendisplin siswa itu. [kar]

Tags: