Realisasikan Pabrik Pengolahan Limbah, Inggris Investasi Rp500 Miliar

Duta Besar Inggris Owen Jenkis mengisi buku tamu didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung di Gedung Negara Grahadi, Selasa (27/8). [Humas pemprov jatim]

Pemprov, Bhirawa
Rencana pembangunan pabrik limbah di Jatim semakin matang setelah ditandatanganinya kerjasama antara Pemprov Jatim yang diwakili BUMD PT Jatim Grha Utama (JGU) dengan Pemerintah Inggris yang diwakili PT Serba Dinamik Internasional (SDI). Atas kerjasama tersebut, potensi investasi sebesar Rp 500 miliar juga akan terbuka.
Kerjasama tersebut dilakukan setelah Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menerima kunjungan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkis di Gedung Negara Grahadi, Selasa (27/8). Dalam kesempatan itu, Khofifah mengaku senang karena menjadi tujuan pertama kunjungan provinsi pertama oleh Dubes Inggris. Khofifah berharap, hubungan antara Pemprov Jatim dengan Pemerintah Inggris semakin kuat.
Sebab, perekonomian di Jatim 29,4 persen disuport oleh industri. Sehingga Jatim sudah disebut sebagai provinsi industri dan memberikan kemungkinan investor dari inggris untuk berinvestasi di Jatim. “Kita juga berharap adanya kerjasama di bidang pendidikan dalam berbagai format. Apakah pendidikan formal, non formal maupun short course,” tutur dia. Dalam kesempatan itu, terdapat tiga MoU yang dilakukan sejumlah instansi di Jatim. Antara lain PT SDI dengan PT JGU, Welding Institute dengan ITS dan Cambridge Indonesia dengan Universitas Airlangga.
Sementara itu, Dubes Inggris untuk Indonesia Owen Jenkis menuturkan, pertemuan itu ada beberapa perwakilan dari Inggris yang tertarik melakukan investasi di Jatim. Karena itu, peluang kerjasama yang dibangun untuk pengolahan limbah berbahaya. Selain itu, United Kingdom (UK) juga berupaya memperkuat kerjasama dalam bidang pendidikan. “Kita telah menandatangani kerjasama dengan dua universitas dalam bidang pendidikan,” ungkap Owen.
Sementara itu, Dirut PT JGU Mirza Muttaqin menuturkan, dalam 6 – 9 bulan ke depan akan melakukan kajian lebih mendetail terkait teknis, fisik dan financial. Kajian teknis untuk melihat teknologi apa yang paling tepat untuk menjawab kebutuhan pasar dan kebutuhan investasi itu berapa. Sehingga industri dapat berkembang baik sesuai dengan harapan untuk memulai pembangunan dan menunjang kebutuhan pengolahan limbah di Jatim.
“Sangat besar potensi limbah industri yang harus dioalah dan selama ini hanya ada satu-satunya di Cilensi, Bogor. Sedangkan di Jatim, rencana pembangunan akan dilakukan di dua titik. Yaitu di Mojokerto dan Lamongan,” tutur Mirza.
Dua titik pembangunan pabrik limbah ini disokong dari dua investor berbeda. Untuk di Mojokerto, kerjasama dilakukan dengan UK dan untuk Lamongan dilakukan dengan Jepang. Investasi yang dibutuhkan untuk masing-masing pengolahan limbah minimal ialah Rp 500 miliar untuk tahap pertama. “Kemungkinan akan berkembang sampai hampir Rp 1 triliun per lokasi. Lamongan maupun Mojokerto dengan investor yang berbeda. Keduanya tidak menggunakan APBD sama sekali kecuali pembebasan lahan di Mojokerto,” ungkap dia.
Kerjasama dengan UK, dijelaskannya terutama untuk financial. Sementara untuk teknologi, bisa dari berbagai pihak sesuai dengan kebutuhan. Karena masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif masing-masing dalam teknologi pengolahan limbah. “UK lebih pada finance. Untuk teknologi akan lebih banyak partner. Misal untuk limbah medis berbeda, limbah oil and gas berbeda, untuk selep kertas dan jenis lainnya akan berbeda,” tutur dia.
Menurut Mirza, pengolahan limbah di Jatim sudah sangat urgent. Sebab, selama 25 tahun baru ada pengolahan limbah di Bogor dan saat ini akan dibangun dua sekaligus di Jatim. Yang lebih penting lagi, kata dia, keberadaan limbah di Jatim segera dapat diolah. Karena jika tidak akan semakin berbahaya. “Bayangkan, saat ini limbah industri di Jatim itu mencapai 170 juta ton per tahun. Dan yang dapat diolah baru 34 persen saja,” ungkp dia.
Pada tahap pertama ini, ungkap Mirza, kapasitas pengolahan limbah di Mojokerto diperkirakan bakal mencapai 50 ton per hari. “Kalau bisa dioptimalkan, kita berharap tidak ada lagi limbh di Jatim yang tidak diolah,” pungkas Mirza.
Sementara itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama anak-anak yang sudah pernah belajar di Liverpool menyambut hangat Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins. Dubes yang baru dilantik beberapa waktu lalu ini disambut di Balai Kota Surabaya, Selasa (27/8).
“Tidak ada yang special tadi, hanya beliau kan baru menggantikan Pak Moazzam. Dia juga ingin bertemu dengan anak-anak juga, makanya kami datangkan semuanya,” kata Wali Kota Risma seusai menerima Dubes Inggris.
Seusai bertemu Wali Kota Risma, Dubes Inggris dan jajarannya ini langsung bertemu dengan anak-anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan di Liverpool berkat adanya sister city. Setidaknya, sudah dua tahap Wali Kota Risma mengirimkan anak-anak Surabaya untuk belajar di Liverpool. [tam,iib]

Tags: