Refleksi Dua Tahun ASEAN Community

(“ASEAN adalah Kita”)

Najamuddin Khairur Rijal
Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang

ASEAN adalah Kita merupakan tagline dari Kementerian Luar Negeri RI dalam memasyarakatkan ASEAN dan ASEAN Community. Selanjutnya diviralkan di media sosial dengan tanda pagar (tagar) #aseanadalahkita. ASEAN adalah Kita sejatinya memiliki dua makna substansial. Ini sekaligus perlu menjadi otokritik atas rasa dan kesadaran ber-ASEAN Kita. Terutama, dalam agenda ASEAN Community yang telah diberlakukan selama dua tahun sejak 1 Januari 2016.
Pertama
ASEAN adalah Kita menjadi penegasan bahwa kita adalah bagian yang tak terpisahkan dari ASEAN. Kita dalam makna ini adalah bangsa Indonesia. ASEAN adalah Kita merupakan sebuah pernyataan bahwa Indonesia menjadi bagian penting dari ASEAN dan ASEAN menjadi bagian integral dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia. Hal itu ditegaskan melalui pernyataan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi.
Dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri Tahun 2016 pada 7 Januari 2016 di Jakarta, Retno menegaskan bahwa “Bersama Indonesia, ASEAN Kuat! Bersama ASEAN, Indonesia Maju!” Pernyataan tersebut kemudian menjadi semboyan yang selalu digunakan dan didengungkan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri dalam setiap publikasi dan kegiatannya.
“Bersama Indonesia, ASEAN Kuat” mengandung makna bahwa Indonesia menyatakan dirinya sebagai aktor yang memiliki peran sentral dalam organisasi regional ASEAN. Eksistensi dan perkembangan ASEAN tidak terlepas dari kontribusi yang diberikan oleh Indonesia. Hal itu karena Indonesia menegaskan dirinya sebagai pemimpin alamiah (natural leadership) ASEAN.
Disebut pemimpin alamiah karena Indonesia merupakan salah satu negara pendiri organisasi kawasan Asia Tenggara tersebut pada 8 Agustus 1967. Lebih dari itu, jumlah penduduk ASEAN yang lebih dari 630 juta jiwa atau sekitar 9 persen dari penduduk dunia, hampir setengahnya adalah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 255 juta jiwa. Kemudian, dari luas keseluruhan wilayah Asia Tenggara yang mencakup 4,5 juta kilometer persegi, wilayah Indonesia baik darat dan terutama lautan adalah yang dominan.
Ditambah lagi dengan kekayaan alam Indonesia menempatkan Indonesia sebagai negara terkaya di Asia Tenggara dari sumber daya alamnya. Ekonomi Indonesia juga menyumbang angka yang besar bagi posisi perekonomian ASEAN sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia. Kemudian, arsitektur politik-keamanan ASEAN banyak dipengaruhi oleh Indonesia, terutama karena Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar di kawasan, dari hanya dua negara demokrasi di Asia Tenggara. Semua yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa kekuatan ASEAN dapat dikatakan bergantung pada Indonesia. Karena itu, bersama Indonesia, ASEAN menjadi kuat, baik dari aspek populasi, geografi, sumber daya alam, hingga politik-keamanan,
Adapun pernyataan “Bersama ASEAN, Indonesia Maju” menegaskan bahwa ASEAN adalah soko guru politik luar negeri Indonesia. ASEAN memegang peranan strategis dalam menjaga stabilitas, keamanan dan pertumbuhan ekonomi kawasan. Dengan peran strategis ini, Indonesia terus memastikan pentingnya kesatuan dan sentralitas ASEAN. Perjalanan politik luar negeri Indonesia bahkan selalu menempatkan ASEAN sebagai pilar pertama dan utama.
Menurut Saputra (2011), setidaknya ada tiga alasan utama, mengapa ASEAN menjadi pilar utama orientasi PLNI. Pertama, sebagai negara pendiri ASEAN, maka konsekuensi logis Indonesia adalah menjadikan ASEAN sebagai instrumen politik luar negeri. Kedua, ASEAN merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara sehingga Indonesia sudah seharusnya terlibat aktif dalam ASEAN. Ketiga, ASEAN memiliki potensi yang besar untuk terlibat dalam arsitektur dan dinamika di kawasan Asia terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial.
Meskipun banyak pihak yang mempertanyakan relevansi penempatan ASEAN sebagai pilar utama politik luar negeri Indonesia, karena dipandang kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari ASEAN. Akan tetapi, pemerintahan akan selalu tetap menempatkan ASEAN sebagai pilar utama politik luar negeri. Penegasan bahwa bersama ASEAN, Indonesia akan maju menunjukkan bahwa ada banyak manfaat, baik politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya yang dapat diperoleh Indonesia dari perkembangan kerja sama regional ASEAN.
Kedua
ASEAN adalah Kita memiliki makna bahwa kita, masyarakat Indonesia, adalah masyarakat ASEAN. Kita tengah berintegrasi menuju terwujudnya ASEAN Community yang ditopang oleh tiga pilarnya, yakni politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Sebagai masyarakat ASEAN, maka kesuksesan agenda ASEAN Community membutuhkan partisipasi dan dukungan kita.
Kita sebagai masyarakat ASEAN harus memiliki kesadaran ber-ASEAN (ASEAN We Feeling). Dengan kesadaran dan perasaan memiliki ASEAN, kita harus melibatkan diri dalam upaya memasyarakatkan ASEAN Community dan meng-ASEAN-kan masyarakat. Apalagi, ASEAN Community membuka peluang untuk memperoleh beragam manfaat dari integrasi kawasan, selain memberi tantangan agar kita tidak sekadar menjadi penonton dalam arena persaingan di era ASEAN Community.
Keterlibatan dan dukungan kita menjadi kian penting karena faktanya, meskipun ASEAN Community telah diberlakukan selama dua tahun, berbagai kajian justru menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang ASEAN Community masih sangat rendah. Agenda ASEAN Community cenderung hanya dipahami oleh kalangan masyarakat tertentu. Celakanya lagi, pemahaman itu mengalami reduksi karena Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) jauh lebih familiar dibanding ASEAN Community itu sendiri. Padahal MEA hanyalah satu pilar dari dua pilar lain ASEAN Community.
Namun demikian, reduksi pemahaman itu dapat dipahami sebab aspek ekonomi lebih bersentuhan secara langsung pada masyarakat. Masalahnya adalah, sekalipun begitu, masyarakat kita belum sepenuhnya memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana sesungguhnya MEA itu. Apalagi dalam dua tahun implementasinya, dampaknya belum secara nyata terasa di masyarakat.
Karena itulah, menjadi refleksi bersama untuk bagaimana membangun kepekaan dan kesadaran ber-ASEAN Community. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Namun karena menyasar masyarakat pada kalangan tertentu saja, sehingga ide ASEAN Community tidak begitu membumi di level masyarakat akar rumput. Maka, peran kita adalah down to earth, menjadikan agenda ASEAN Community lebih dekat pada masyarakat melalui berbagai cara dan upaya.
Hal itu menjadi penting karena ASEAN Community bukanlah akhir, melainkan awal dari integrasi negara dan masyarakat ASEAN di masa yang akan datang. Pada tahun 2025, ASEAN akan memasuki agenda baru dari ASEAN Community yang disebut dengan ASEAN Forging Ahead Together (Melangkah Maju Bersama). ASEAN 2025 akan mengintegrasikan kita lebih dalam, lebih jauh, lebih komprehensif pada berbagai sektor dan bidang kehidupan kita. Makanya, sekarang ada waktu untuk menyiapkan hal tersebut.

———— *** ————-

Rate this article!
Tags: