Regenerasi Pedalangan Masih Terus Berjalan

Pelajar SMP di Surabaya mengikuti lomba Dalang Cilik yang digelar Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Sabtu (24/3).

Pemprov, Bhirawa
Seni pedalangan di Jawa Timur sampai saat ini masih bagus dan regenerasi terus berjalan. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Jarianto, MSi, dalam acara Sarasehan Seniman Pedalangan di Taman Budaya Jawa Timur.
Ia mencontohkan, ada anak masih kelas 1 (satu) Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) di Tulungagung, tingkatan mendalangnya luar biasa.
“Pagelaran wayang kulit ada dimana-mana, bahkan banyak dalang dari Jawa Tengah yang menggantungkan hidupnya dengan pagelaran di Jawa Timur,” katanya.
Kondisi semacam itu, maka tidak terjadi begitusaja, melainkan dikarenakan adanya pembinaan dalang di Jatim dimana sudah dilakukan selama 20 tahun. Terkait dengan biaya menggelar wayang, Jarianto menyarankan agar masyarakat tidak segan-segan bekerjasama atau patungan mengundang dalang.
“Kalau ada hajatan sunatan misalnya, mengapa beberapa orang tidak bekerjasama mengundang satu dalang sehingga biayanya menjadi murah karena ditanggung bersama. Kalau kurban satu sapi untuk 7 orang bisa mengapa untuk nanggap seharusnya cara yang sama dapat dilakukan untuk menggelar wayang,” katanya.
Ditambahkannya, dalam kehidupan itu yang penting ada perubahan, dan perubahan itu inovasi dan kreativitas. “Dimanapun dan dalam bidang apapun, kalau kita tidak memiliki pikiran-pikiran tentang perubahan maka kita akan ketinggalan. Ini adalah modal dalam kinerja kehidupan. Kita harus kreatif, inovatif dan tanggap terhadap situasi sosial. Bagaimana kondisi sosial saat ini dan bagaimana kita melakukan hal yang cocok dengan kondisi tersebut,” paparnya.
Dikatakan pula, kalau manusia tidak dapat bertahan hanya dengan ilmunya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan. Begitupyla dengan para dalang juga memperhatikan waton dan ugeme pedalangan yang harus tetap dipegang.
“Kalau dulu wayang itu dikatakan baik karena memang ada sesuatu yang ingin dimiliki oleh masyarakat. Karena yang diberikan dalang itu adalah sesuatu berupa ajaran tentang kehidupan,” tandasnya.
Acara sarasehan ini diisi beberapa pembicara seperti Prof. Dr. Henri Subiyakto, staf ahli Menkominf, dan materi dari Prof. Dr. Djoko Saryono dari Universitas Negeri Malang dan dalang Ki Purboasmoro. [rac]

Tags: