Rekam Jejak Raja Cendana

Presiden SoehartoJudul Buku  : Presiden (daripada) Soeharto
Penulis    : Jonar T.H. Situmorang
Cetakan  : Pertama, 2016
Penerbit  : Palapa
Tebal    : 388 halaman
ISBN    : 978-602-391-070-0
Peresensi  : Fakhruddin Aziz
Alumnus UIN Yogyakarta ; Aktif menulis opini maupun resensi buku dibeberapa koran nasional maupun local

Dalam kurun waktu 32 tahun, presiden kedua Indonesia Soeharto berkuasa di negeri ini. Selama itu diakui banyak kemajuan terutama di bidang pembangunan, sehingga ia dijuluki “Bapak Pembangunan”. Namun di sisi lain, ia juga dianggap otoriter, sehingga gerakan reformasi 1998 melengserkannya. Setelah bertahun-tahun wafat, kini banyak pula yang merindukannya. Berbagai kalangan menilai di masa kekuasaan Soeharto, kehidupan terasa lebih aman dan makmur. Kerinduan itu diantaranya terwujud dalam bentuk tulisan “piye kabare, isih penak jamanku to?”
Buku ini menelusuri jejak Soeharto mulai dari lahir sampai wafat. Soeharto adalah anak dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah yang lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta. Soeharto menjalani masa kecil dan sekolah layaknya anak-anak di desa. Masa sekolahnya dijalani dengan berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain. Sebelum memasuki dunia militer, Soeharto pernah bekerja sebagai pembantu klerek Bank Desa di Wuryantoro. Selanjutnya karena ketertarikannya dengan dunia militer, pada 1 Juni 1940 Soeharto masuk ke dunia militer dengan menjalani Pendidikan Dasar Militer KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger -Angkatan Bersenjata Hindia Belanda). Setelah itu, ia memulai pelatihan militer dasar di Gombong. Pada tanggal 5 Oktober 1945, ketika berumur 24 tahun, ia resmi masuk TNI.
Falsafah hidup soeharto yang terkenal adalah  aja kagetan, aja gumunan, dan aja dumeh (Jangan mudah kaget, jangan mudah heran, dan jangan mentang-mentang). Sehubungan dengan falsafah aja dumeh, maka berkembang menjadi aja adigang, adigung, adiguna. Inilah prinsip Soeharto dalam memimpin bangsa Indonesia (hal 45). Selain sosok yang senang belajar, Soeharto juga suka memperhatikan bidang spiritual. Ajaran leluhur Soeharto sering dikira mistik, tapi menurut Soeharto pengertian mistik adalah ilmu kebatinan, bukan klenik.
Dalam karir militernya, Soeharto menorehkan jejak penting, diantaranya berperan penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Belanda di Yogyakarta. Serangan yang dipimpin oleh Soeharto itu mempunyai arti penting bagi sejarah perjalanan bangsa Indonesia dan dipercaya telah membakar semangat juang militer Indonesia. Saat itu Soeharto menjabat sebagai Komandan Brigade 10 Daerah Wehr Kreise III. Karena peristiwa itu, dunia internasional pun menjadi tahu bahwa TNI masih ada. Namun, menurut buku biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX, penguasa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga berjasa dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, tetapi tidak terlalu diekspos, karena yang bersangkutan sendiri tidak berkenan memberitakannya.
Buku mengisahkan pula pergolakan perebutan kekuasaan menjelang berakhirnya kekuasaan Soekarno antara PKI yang menyebut dirinya Dewan Revolusi dan Angkatan Darat dengan nama Dewan Jenderal. Peristiwa ini populer dengan nama G30S. Selanjutnya ada Supersemar  yang walaupun dianggap masih sebuah misteri, namun patut diakui bahwa melalui Supersemar pula yang mengantar Soeharto menduduki jabatan presiden. Direkayasa atau tidak, tetap surat ini membawa dampak yang sangat besar bagi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Supersemar pula yang menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Orde Lama, dan berawalnya Orde Baru (hal 227).
Keberhasilan Soeharto menumpas para pelaku G30S melambungkan namanya, dan kepercayaan pun mengalir kepadanya. MPRS mengeluarkan TAP MPRS RI No XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari Soekarno. Soeharto dilantik sebagai presiden sesuai TAP MPRS RI No XLIV/MPRS/1968 yang dikeluarkan di Jakarta, 27 Maret 1968. Selama berkuasa, Soeharto didampingi oleh sederet nama wakil presiden, yaitu: Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusuma, Soedarmono, Tri Sutrisno, dan B.J. Habibie. Sedangkan para menteri yang membantunya dikenal dengan kabinet pembangunan (hal 248-250). Program yang terkenal di era pemerintahan Soeharto adalah Pembangunan Lima Tahun (pelita) yang berhasil dilakukan sebanyak 6 kali.
Kekuasaan Soeharto selama 32 tahun harus berakhir pada tahun 1998. Bermula dari krisis ekonomi dan menguatnya dugaan KKN, menyulut demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang akhirnya melengserkannya. Kamis, 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan mengundurkan diri setelah meminta masukan dari berbagai kalangan yang diundang ke Istana Negara. Setelah lama lengser keprabon Soeharto mengalami sakit-sakitan dan wafat pada 27 Januari 2008 setelah menjalani perawatan intensif di RSPP. Sesuai amanat, ia dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar.
Buku ini menyuguhkan sudut pandang sejarah yang berimbang mengenai Soeharto. Terdapat keberhasilan dan kekurangan sosok penguasa selama 32 tahun itu. Selanjutnya pembaca bisa menilainya sendiri secara obyektif.

                                                                                                          ———– *** ————

Rate this article!
Rekam Jejak Raja Cendana,5 / 5 ( 1votes )
Tags: