Rekayasa Cuaca Lokal

Seluruh daerah sentra pangan kini memerlukan “teknologi modifikasi cuaca” (TMC), dengan cara mengurangi intensitas hujan. Terutama untuk mengamankan tanaman padi yang baru tumbuh separuh usia siap panen. TMC telah terbukti berhasil mengurangi ke-parah-an cuaca di Jakarta, sekaligus mencegah banjir parah yang biasa merendam ibukota. Di daerah sentra pangan, petani sering merugi karena ladang tersapu hujan, dan angin kencang. Padi yang sudah menguning roboh, membusuk terendam banjir.

Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) sukses me-rekayasa cuaca dengan tabur garam. Metode TMC tergolong teknologi sederhana yang tepat guna. Yakni, meng-antisipasi dampak hujan (banjir bandang) sebelum hujan datang. Sesuai warning BMKG area Jabodetabek akan diguyung hujan deras dengan intensitas sangat ekstrem menyongsong akhir tahun 2022.

Namun BNPB melakukan “pencegatan” awan pada 29 Desember 2022. Sebanyak 30 ton NaCl (garam) ditabur di langit bawah awan. Dua pesawat (Cassa 212 dan CN 295) diterbangkan dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Berhasil, Jakarta (dan sekitarnya) hanya hujan gerimis. Sebenarnya metode TMC telah pernah dilakukan pada tahun 2013 (saat Jokowi menjabat Gubernur DKI).

Banjir bandang di Jakarta jelang pergantian tahun, selalu datang hampir rutin. Beberapa kali bencana banjir selalu membawa korban jiwa, serta kerugian material trilyunan rupiah. Bahkan pada akhir tahun 2019 terjadi hujan deras dengan intensitas sangat ekstrem. Curah hujan tercatat 377 milimeter (mm), terbesar sepanjang masa. Menyebabkan korban jiwa sebanyak 24 orang. Serta sebanyak 31 ribu warga mengungsi.

Sukses “merekayasa” cuaca di Jabodetabek, tetapi kawasan lain di pulau Jawa mengalami banjir bandang. Seluruh kawasan di pantai utara (pantura) Jawa Tengah terendam banjir bandang. Kabupaten Tegal, Pekalongan Raya, Kendal, Kudus, Demak, Pati, sampai Grobogan. Puluhan ribu warga terpaksa pengungsi. Bahkan ruang tunggu stasiun besar Tawang (Semarang) terendam banjir. Aktifitas dialihkan ke stasiun Poncol. Seluruh tempat wisata di Semarang (kota lama, Simpang Lima, dan Lawang Sewu) ditutup, karena terendam banjir.

Di Jawa Timur, seluruh kawasan pulau Madura terendam banjir, meliputi 4 kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Semenep). Sungai Semajid (di Pamekasan), dan sungai Kemuning (di Sampang) meluap, bersamaan rob. Jalan nasional trans-Madura lintas tengah telah terendam. Akses perekonomian (pasar) terhenti. Begitu pula perikanan tangkap (nelayan) terhenti karena cuaca. Niscaya sangat mempengaruhi ketersediaan (dan harga) ikan di Surabaya.

Warning (peringatan) ke-cuaca-an oleh BMKG, nyaris tidak pernah meleset. Sehingga Syahbandar, dan otoritas bandara wajib mematuhi. Beberapa bandara telah melakukan diverted (pengalihan pendaratan), karena cuaca buruk. Serta Syahbandar melarang seluruh kapal mengarungi perairan luas. Sampai pulau Karimjunjawa (Jawa Tengah), dan Bawean (Jawa Timur) ter-isolasi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), telah menerbitkan warning (kewaspadaan) cuaca selama bulan November 2022 hingga Pebruari 2023.

Perubahan iklim (menjadi ekstrem tak terduga) memaksa seluruh daerah waspada bencana hidro-meteorologi. Mitigasi (dan sekolah bencana), sesungguhnya telah diamanatkan UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Di dalamnya terdapat amanat pencegahan bencana, termasuk mitigasi. Pada pasal 38 huruf a, diwajibkan adanya “identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.”

Maka rekayasa cuaca melalui TMC patut diprioritaskan pada kawasan sentra pangan. Termasuk kawasan pantai perlu pe-masal-an sekolah lapang cuaca nelayan yang telah dimulai BMKG. Keamanan kawasan pangan menjadi “pertaruhan” pada masa resesi global saat ini.

———- 000 ———–

Rate this article!
Rekayasa Cuaca Lokal,5 / 5 ( 1votes )
Tags: