Rela Antre Divaksin

foto ilustrasi

Vaksin melawan CoViD-19 sudah disuntikkan kepada presiden, gubernur dan forum pimpinan daerah. Tokoh-tokoh nasional (panutan masyarakat) serta tokoh kelompok profesi juga telah menjalani vaksinasi. Termasuk kalangan selebritas papan atas, bagai “relawan” program imunisasi CoViD-19. Setiap daerah (proinsi, serta kabuaten dan kota) kini telah memiliki jadwal vaksinasi, dengan prioritas tenaga kesehatan. Tagar (tanda pagar, #) “siap di-vaksin” menjadi trending di-upload di Whatsapp grup.

RSUD, dan Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan (terdepan) milik pemerintah, mulai sibuk mempersiapkan sarana vaksinasi, dengan sokongan relawan vaksinator. Selain vaksin yang disediakan (diberikan kepada masyarakat secara gratis) pemerintah juga membuka opsi vaksinasi mandiri (berbayar). Jenis (merek) vaksin, dan tempat imunisasi bisa dipilih. Tetapi vaksin dengan merek lain masih harus menunggu izin edar Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan), dan jaminan produk halal Kementerian Agama.

Hingga kini di seluruh dunia mulai beredar secara terbatas, lima jenis (merek) vaksin. Paling mahal ditawarkan dengan merek Sinopharm, asal China, seharga US$ 145,- per- 2 dosis. Ada merek Moderna, asal Amerika Serikat (AS) dijual seharga US$ 34,- per-dosis, setara. Ada juga merek Pfizer-BioNTech (kerjasama Jerman dengan AS) seharga US$ 20,- per-dosis.. Ada juga vaksin produk AS yang dijual lebih murah, hanya US$ 10,- per-dosis (merek Johnson & Johnson). Inggris juga mengeluarkan vaksin super murah bermerek Oxford-AstraZeneca, harganya US$ 4,- per-dosis.

Antusiasme masyarakat memperoleh vaksin CoViD-19 cukup besar. Walau kampanye penolakan (melalui media sosial) juga cukup banyak. Ironisnya, kampanye penolakan vaksinasi, seolah-olah dimotori oleh anggota DPR-RI faksi pendukung pemerintah. Dialog dalam rapat komisi IX DPR-RI (dengan Menteri Kesehatan), menjadi andalan posting di media sosial. Tetapi terbukti tidak mengurangi semangat masyarakat mendaftar menjadi penerima vaksinasi.

Beberapa negara telah melakukan imunisasii tahap pertama, sekaligus menjejaki efek vaksin CoViD-19, sejak pertengahan Desember 2020. Antara lain, Inggris, Rusia, China, AS, serta negara-negara jazirah Arab. Sekitar 1,6 juta warga dunia sudah disuntik vaksinasi CoViD-19. Masing-masing negara beda merek. China, Turki, jazirah Arab, menggunakan vaksin yang se-merek dengan Indonesia. Namun China juga menggunakan merek lain, disebabkan jumlah Sinovac tidak mencukupi (karena berbagi dengan negara lain).

Vaksin merupakan hasil kerjasama negara sedunia. Penggunaannya juga berdasar kesepakatan, melalui Komite Darurat Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization). Kerjasama internasional diamanatkan dalam UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dalam pasal 13 ayat (1) dinyatakan, “Pada kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia, pemerintah pusat melakukan komunikasi, koordinasi, dan kerjasama dengan negara lain dan/atau organisasi internasional.”

Seluruh dunia akan memerlukan vaksin dalam jumlah sangat besar, sampai sekitar 8 milyar dosis. Tidak seluruh negara bisa membuat vaksin. Kecuali yang memiliki “sejarah” memproduksi vaksin kesohor. Termasuk Indonesia yang telah memiliki pabrik vaksin level dunia, sejak tahun 1890. Produk industri farmasi milik negara (BUMN), Bio Farma, telah digunakan di 130 negara, termasuk 50 negara OKI. Menjadi andalan WHO, dan UNICEF (United Nations Children’s Fund).

Vaksinasi akan menjadi peta jalan membangun imunitas terhadap pandemi CoViD-19. Pemerintah mencanangkan vaksinasi selesai pada akhir tahun (2021) ini. Terutama setelah vaksin “merah-putih” produksi dalam negeri telah bisa disuntikkan. Bahkan juga bisa diekspor ke berbagai negara.

Kekebalan (Ketahanan Kesehatan) wajib segera dibangun, membentuk suasana herd immunity, mayoritas rakyat yang kebal infeksi bisa melindungi yang tidak kebal. Segera memulihkan nafkah, peribadatan dan ke-guyub-an sosial.

——— 000 ———

Rate this article!
Rela Antre Divaksin,5 / 5 ( 1votes )
Tags: