Rela Menyeberangi Sungai, Jika Air Pasang Memilih Tak Sekolah

Puluhan siswa dan siswi SDN Grati IV rela menyeberangi Sungai Grati, Senin (13/2). Kondisi ini sudah berlangsung selama tiga minggu lamanya. Hal itu dikarenakan ambruknya jembatan yang terbuat dari bambu karena lapuk. [hilmi husain]

Perjuangan Siswa SDN Grati IV untuk Menuntut Ilmu
Pasuruan, Bhirawa
Sebuah jembatan sebagai penghubung antar dua desa, yakni Dusun Krikilan Kelurahan Gratitunon dan Dusun Tegalan Desa Kalipang di Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan ambruk diterjang banjir.  Ambruknya jembatan ini membuat para siswa SDN Grati IV harus rela menembus Sungai Grati untuk ke sekolah.
Ambruknya jembatan yang terbuat dari bambu tersebut karena sudah lapuk. Tentu saja, kondisi tersebut membuat puluhan siswa harus melintasi sungai sebagai mobilitas antar desa. Pasalnya, jika tak melintasi Sungai Grati tersebut, otomatis para siswa harus memutar arah dengan jarak tempuh 5-6 kilometer untuk sampai sekolah mereka.
Pantauan di lapangan, puluhan siswa SDN Grati IV tampak melintasi sungai untuk pergi ke sekolah dengan penuh perjuangan, Senin (13/2). Siswa yang menyeberangi sungai berasal dari Dusun Tegalan Desa Kalipang. Sedangkan, sekolah mereka berada di Dusun Krikilan Kelurahan Gratitunon. Para siswa dibantu orangtua, warga hingga guru saat menyeberang sungai.
Terlihat siswa-siswa SD menyeberang jembatan sambil membawa pakaian lengkap, peralatan belajar serta menjinjing sepatu. Usai menyeberangi sungai, mereka mencuci kaki dan memakai sepatu mereka. Jika kondisi sungai lagi meninggi, para siswa memilih meliburkan diri.
Salah satu wali murid siswa SDN Grati IV, Rukayah mengaku jika melewati Sungai Grati, siswa dapat sampai di sekolah dalam waktu kurang lebih 10 menit. Apabila ingin melewati jalur lain setidaknya memerlukan waktu hingga 30 menit bahkan  lebih dengan berjalan kaki. Kondisi seperti itu (siswa melewati sungai, red) terjadi sejak jembatan roboh pada 5 Januari lalu. Hingga akhirnya banyak siswa yang lewat sungai.
“Anak saya bersama anak-anak lainnya terpaksa melewati sungai ini, karena lebih cepat sampai ke sekolah. Jika kondisi air sungai  meninggi, kami putuskan tidak bersekolah. Sebab, jika melewati jalan lain harus memutar hingga 5-6 kilometer, kasihan anak-anak,” ujar Rukayah, salah satu wali murid siswa SDN Grati IV yang mengaku tiap hari mengantarkan anaknya sekolah melewati sungai.
Seorang guru di SDN Grati IV Jamil membenarkan, sedikitnya 40 orang siswanya rela melewati Sungai Grati dengan penuh perjuangan demi menuntut ilmu. Bahkan, ketika hujan di pagi hari dan kondisi air meninggi, para siswa dari Dusun Tegalan tak akan masuk sekolah.
“Sudah sekitar tiga mingguan para siswa melewati Sungai Grati ini. Setiap harinya saya berangkat pagi, melihat sekaligus membantu menyeberangkan mereka. Begitu juga saat pulang sekolah. Otomatis kegiatan belajar mengajar di dalam kelas tergangggu,” terang Jamil.
Demi mempercepat akses jalan antar desa, warga sekitar membangun jembatan ala kadarnya. Biaya pembangunan jembatan dari swadaya masyarakat. Tujuannya agar perekonomian warga sekitar tak terganggu dan anak-anak yang mau ke sekolah tak lagi menyeberangi sungai.
“Ini sedang dibangun lagi jembatan bambu ala kadarnya. Pokoknya warga hingga lainnya bisa beraktivitas melewati jembatan ini. Nantinya jembatan ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan roda tiga atau tossa,” kata Hujaiman warga lainnya.
Meski sudah dibangun kembali jembatan yang terbuat dari bambu tersebut, warga dan para guru SDN Grati IV mengharapkan kepada pemerintah supaya memperbaikinya secara permanen.
“Harapan kami saat ini ada perhatian dari pemerintah untuk segera membangun Jembatan Grati ini. Supaya angka kehadiran siswa di sekolah tidak menurun serta perekonomian warga sekitar kembali berjalan normal,” imbuh Hujaiman.
Terpisah, Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Pasuruan Hari Apriyanto menyampaikan pihaknya akan membangun jembatan tersebut. Hanya saja, harus melalui prosedur yang ada. “Tetap akan kami bangun, tapi harus menunggu melalui proses maupun tahapannya,” tandas Hari Apriyanto. [Hilmi Husain]

Tags: