Twi Adi
Menjadi seorang relawan tidaklah mudah. Namun jika semuanya dijalani dengan baik maka menghasilkan rezeki tersendiri. Hal itu yang sedang dilakoni Twi Adi, seorang relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Jatim asli kelahiran Malang, yang juga seorang Karang Taruna Provinsi Jatim serta seorang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Perjalanan hidupnya dimulai dari memasuki Tagana Muda, berlanjut Madya hingga Utama kini menjadikannya sebagai Instruktur Nasional, dan hal tersebut merupakan hal yang tidak mudah. Selalu meningkatkan kapasitas, kompetensi diri melalui berbagai ilmu dan pengalaman yang didapatkan baik dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur hingga ke lembaga maupun instansi lain.
Diklat yang dilalui pria lulusan S1 PAI (Pendidikan Agama Islam), yaitu TOT Layanan Dukungan Psikososial, TOT Shelter, dan Praktisi KSB (Kampung Siaga Bencana) Nasional. “Saya selalu belajar dan banyak ilmu yang didapat semakin dalam dan semakin banyak jejaring serta selalu berbagi ilmu,” ujarnya.
Setiap dapat ilmu, lanjut Twi, maka ia mencoba aplikasikan ilmunya yang diraihmya pada saat terjadinya bencana, dan akhirnya mendapatkan banyak apresiasi. “Apresiasi karena bersama teman teman Tagana lainnya akhirnya bisa berinovasi, dan tidak hanya jalan ditempat saja,” kata pria kelahiran 4 Januari 1974.
Ia juga memiliki segudang pengalaman. Erupsi Sinabung, Gempa Lombok (NTB), Bom Surabaya, Gempa Sulbar (Majene, Mamuju), Badai Seroja Ntt (Pulau Adonara), Gempa Malang Lumajang (Jawa Timur), Longsor Nganjuk (Jawa Timur, Tsunami Banten, Erupsi Semeru, hingga Gempa Cianjur.
Untuk prestasi di Tagana, Twi Adi yang menjadi Koordinator Tagana Prov Jatim sejak 2018 silam telah meraih beberapa penghargaan seperti Tagana Teladan Indonesia, Peringkat 1 Tahun 2018, kemudian Penjenjangan Tagana Utama Tahun 2019, dan 5 kali sebagai Atlit Jambore Nasional Tagana dari Provinsi Jawa dimana Kelima Jambore Tagana Jawa Timur sebagai Juara Umum.
Dari situlah, Twi juga mengatakan, agar Ketaganaan di Jawa Timur harus tetap luar biasa. “Menjaga marwah Jatim tetap luar biasa. Bahkan Tagana Teladan juga ketiganya dari Jatim dengan jumlah personil tagana yang begitu banyak, maka harus dipertahankan,” pungkasnya.
Dan Twi juga mengaku bahagia mengikuti Tagana selama ini. “Jika beramal dengan materi tidak maksimal, maka bisa dengan cara berkontribusi besar pada bangsa dan negara dalam bidang penanggulangan bencana,” katanya.
“Kita tidak merasa ada beban, senang dan merasa tertantang jika ada masalah yang terjadi dalam oerlindungan dan pengungsian. Ini menjadikan kita semangat. Artinya hidup kita ini wakafkan untuk kemanusiaan. Kita tidak kerja relawan tapi fokus di relawan dan masalah lain lain mengalir begitusaja sehingga kehidupan kita tidak sama dengan yang lain.,” katanya yang memiliki usaha tanaman hias bersama kakaknya. [rac.iib]
