Remaja Raksasa dari Pujon Telah Kembali dari Australia

Dengan tubuh jangkungnya, Yavi Wijayanto berfoto bersama ayahnya, Rohmat dan relawan dari Children First Foundation, Senin (14/12).

Dengan tubuh jangkungnya, Yavi Wijayanto berfoto bersama ayahnya, Rohmat dan relawan dari Children First Foundation, Senin (14/12).

Batu, Bhirawa
Isak tangis haru penuh kebahagiaan menyambut kedatangan Yavi Wijayanto, remaja 16 tahun yang pulang kembali ke kampung halamannya, Dusun Bengkaras RT 14 RW 5 Desa Madirdo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.  Ia datang dari Melbourne Australia setelah menjalani pengobatan selama 1 tahun 10 hari atas penyakit gigantisme yang dideritanya.
Atas penyakit gigantisme yang diderita, tubuh Yavi mulai meraksasa saat ia duduk di bangku SMP kelas 1, SMP Islam 2 Pujon. Saat itu ia sering merasa pusing, pandangan mata kabur, sementara tubuhnya terus meraksasa.
Saat Yavi kelas 2 SMP keluarga pun membawa Yavi ke RS Paru, namun saat diperiksa rumah sakit yang kini berubah nama menjadi Rumah Sakit Karsa Husada ini langsung mengarahkan Yavi untuk dirawat ke RSSA Malang. “Diagnosa dokter saat itu, saya kelebihan hormon. Mendengar itu rasanya saya sangat tidak enak. Tinggi saya saat itu 1,98 centimeter, kalau tidak segera diobati setiap tahun bisa bertambah 3 kilan atau kurang lebih 25 centimeter,” ujar Yavi, Senin (14/12).
Di RSSA Malang, Yavi sempat dioperasi sekali, dilakukan pengambilan cairan melalui lubang hidungnya. Sampai akhirnya Dokter Hayudi menyarankan agar Yavi berangkat ke Meulborne Australia.
Tidak hanya perasaan Yavi yang tergoncang, sang ayah Rohmat dan ibunya Miharsi juga ikut tergoncang. Perasaan mereka kacau, karena khawatir keselamatan anaknya dan memikirkan bagaimana nasib anaknya di negeri Kanguru. “Ya awalnya perasaan kacau, hati ini rasanya hancur. Bagaimana tidak, dia (Yavi) itu baru bisa tidur kalau saya keloni,” ujar Rohmat.
Namun demi kesembuhan anaknya, Rohmat dan Miharsi merelakan kepergian anaknya. Yavi pun berangkat ke Australia ditemani oleh kakaknya ke Australia. “Seluruh biaya keberangkatan dan pengobatan ditanggung oleh Dokter Hayudi, dokter Yavi waktu periksa di RSSA,” tambah Rohmat.
Minggu-minggu pertama di Australia, setiap malam ia menelepon ayah dan ibunya dengan tangisan. Ia tidak kerasan tinggal di Australia dan meminta dipulangkan. “Dokternya dan pendamping dari teman-teman LSM di sana sampai bingung harus bagaiman. Alhamdulillah bisa kerasan dan menyelesaikan pengobatannya,” ujar Rohmat.
Setiap hari di sela-sela pengobatan, Yavi diajari oleh relawan Children First Foundation sekolah dan tetap bermain seperti biasa. “Di sana saya menjalani operasi sebanyak dua kali, sekarang Alhamdulillah saya bisa sembuh, tidak pusing lagi, pandangan juga tidak kabur,” terang Yavi.
Sekadar diketahui, saat ini ukuran kaki Yavi berukuran 48, baju dan celana juga berukuran sangat besar. Untuk masuk ke kamarnya saja ia harus menundukkan kepalanya terlebih dahulu. [nas]

Tags: