Rencana Impor Jagung Dinilai Petani Kabupaten Jombang Kurang Tepat

Panen jagung oleh petani di daerah Mojowarno, Jombang sepekan yang lalu. [Arif Yulianto/ Bhirawa]

Jombang, Bhirawa
Rencana pemerintah untuk melakukan impor jagung dari luar negeri dinilai petani Jombang kurang tepat. Dari pada melakukan impor jagung dari luar negeri, petani berpendapat mengapa pemerintah tidak melakukan langkah semacam program intensifikasi jagung saja seperti dengan cara memberikan subsidi benih jagung ataupun pola kemitraan dan kerjasama dengan petani, bukannya melakukan impor.
Hal itu seperti dikatakan Noor Bambang (48), petani asal Desa Pojokrejo, Kesamben, Jombang saat diwawancarai sejumlah wartawan, Kamis (08/11).
“Bisa dilakukan itu, ‘nggak’ harus impor. Padahal kita sangat besar potensinya kalau itu diberdayakan. Kalau bisa dicukupi dari dalam negeri, kenapa kita harus impor,” kata Noor Bambang.
Meski tidak secara tegas ia menolak rencana pemerintah untuk impor jagung tersebut, namun ia berpendapat, agar sebisa mungkin kebutuhan jagung dalam negeri dapat dicukupi sendiri dari petani.
“Kalau bisa (harusnya) kita ekspor, kenapa impor,” tambahnya.
Lebih lanjut, jika nantinya pemerintah benar-benar melakukan impor jagung, menurut Bambang, petani akan dirugikan. Pasalnya kata Bambang, petani nantinya tidak bisa menaikkan harga jual panen jagungnya. Ditanya lebih lanjut, terkait statemen dari Dinas Pertanian Jombang yang menyatakan impor jagung tidak akan berdampak kepada petani karena saat ini harga jagung masih cenderung bagus, Bambang menjawab, untuk saat ini memang kondisi harga jagung masih mahal.
“Untuk saat ini, tapi untuk ke depannya, apakah menjamin terus,” tandas Bambang.
Sebelumnya, terkait rencana impor ini, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Hadi Purwantoro mengatakan, di Kabupaten Jombang, produksi jagung rata-rata sekitar 6,5 ton per hektar. Saat ini menurutnya, harga jual jagung pipilan kering mencapai harga 4.800 rupiah per kilogram. Terkait rencana impor jagung, Hadi mengatakan belum berpengaruh kepada petani.
“Ternyata tidak berpengaruh, petani belum sambat (mengeluh), meskipun ada informasi pemerintah akan impor jagung, tapi ternyata harga masih baik,” pungkas Hadi.(rif)

Tags: