Rendemen Tebu Bojonegoro Capai 9%

Panen raya tebu diwilayah Bojonegoro. (Achmad Basir/bhirawa]

Panen raya tebu diwilayah Bojonegoro. (Achmad Basir/bhirawa]

Bojonegoro,Bhirawa
Potensi pengembangan tebu di wilayah Bojonegoro kini cukup bagus. Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Bojonegoro menyebutkan, bahwa musim panen tahun ini kualitas rendeman tebu mencapai 9 persen, tapi ada juga yang hanya 6,4 sampai 8 persen.
“Musim panen tebu tahun ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya karena curah hujan sudah berkurang sehingga berdampak terhadap kualitas rendeman tebu,” kata Kepala Bidang (Kabid) Bina Usaha Perkebunan Dishutbun, Kabupaten Bojonegoro, Khoirul Insan Senin (31/8).
Menurut  Insan, hasil panen tebu salah satu petani di Kecamatan Kedungadem beberapa waktu lalu ada yang mampu mencapai rendemen 9 persen, para petani lebih diuntungkan oleh kondisi cuaca baik.  Karena petani tebu di Kedungadem itu, sudah banyak yang berpengalaman, sehingga tanaman tebunya mampu berproduksi 1.000 kuintal per hektare,”  jelasnya.
Namun lanjut, Insan,   ada juga kualitas rendemen hanya 6,4 persen, sampai 8 persen atau rata-rata tanaman tebu yang hanya 600 kwintal per hektare, karena petani kesulitan memperoleh air untuk mengairi tanaman tebunya,” jelas dia.
Selain diuntungkan kondisi cuaca baik, para petani juga mendapatkan keuntungan dengan naiknya harproduksinya 600 kwintal hingga 700 kwintal per hektar. ” Dengan hasil rendemen dan produksi yang dihasilkan itu petani tebu tetap memperoleh keuntungan, sebab harga gula saat ini mencapai Rp 9.700 per kilogram,” ujarnya.
Di daerahnya, lanjut dia, dari areal tanaman tebu tertanam seluas 1.862 hektare di 20 kecamatan, yang sudah panen seluas 1.365 hektare di bulan ini. “Pabrik gula mulai membuka penerimaan tebu, sejak akhir Juni dan tutup giling 15 November,” teranganya.
Insan juga menambahkan, untuk lima pabrik gula yang bermitra dengan petani di daerahnya yaitu Pabrik Gula (PG) Jombang Baru Jombang, PG Lestari Kertosono, PG Purwodadi Magetan, PG Sundono Nganjuk, dan PG Rejoagung Madiun.
“Saat ini pola kemitraan yang sudah berjalan, di antaranya ada petani yang langsung memperoleh dana awal dari pabrik gula, dengan perhitungan bagi hasil berkisar 40 persen 45 persen untuk petani dan 55 persen 60 persen untuk pabrik gula,” imbuhnya. [bas]

Rate this article!
Tags: